Dira, Ica, dan Salsa adalah sahabat yang sudah lama kenal. Mereka bertemu ketika acara penerimaan siswa baru saat masih SMP. Mereka selalu kompak dan jarang sekali terlihat berselisih. Terakhir kita berselisih saat berbeda pendapat tentang liburan bersama sekitar 1/2 tahun lalu. Itu pun mereka cepat baikannya.
Bel berbunyi kencang di SMA Sakura. Siswa-siswa dari kelas 1 sampai kelas 3 berhamburan keluar dari kelas, berdesak-desakan, ingin paling dulu menuju kantin. Begitu juga dengan ketiga sahabat ini. Dengan santai mereka berjalan menuju kantin sambil mengobrol renyah.
"Hari ini jadwal kita sibuk banget, ya! Kita harus tepat runaway kalau mau bolos dari kelas guru bedebah itu! " Dira dengan serius memulai percakapan. "Gak usah runaway-lah, mau bagaimana pun juga pelajaran guru bedebah itu juga penting." Salsa mendesak.
"Biarlah! Aku muak dengan guru itu, matanya melotot ketika menatap, telinganya merah tiba-tiba. Begitu saja sudah seram, apalagi ketika marah." Ica menimpali.
"Terserah kalian-lah! Aku ikut aja." Salsa akhirnya mengalahPulang sekolah. Sekolah tampak sepi. Jarang-jarang satu-dua orang berlalu lalang. Sudah jam 4 sore. Ketiga sahabat itu bulam pulang. Memastikan jalur runaway bersih dari orang-orang. Salsa celingukan melihat situasi di luar jendela, Ica menjaga pintu, berjaga jika ada orang yang datang. Sementara Dira berjaga di monitor CCTV yang ada di kelas.
Satu jam telah berlalu. Pukul 5 sore. Senua area sudah bersih. Tertinggal satu dua petugas yang menjaga pintu depan. Sementara pintu depan dijaga ketat, tidak ada yang menjaga pintu belakang dan tiu menjadi celah yang bagus bagi mereka.
"Oke, semua sudah bersih, kita hompimpa dulu siapa yang jalan deluan." Salsa memberi pengarahan dan mereka hompimpa. Ica kalah dan harus berjalan deluan.
"Ingat, ya, Ca! Depan lapangan ada CCTV, samping lobi juga ada, hati-hati!" Dira berkata tegas, tidak ingin mendapat masalah karena kejadian ini. Dan Ica mengangguk mantap.Sekarang mereka sudah ada di lobi. Merupakan celah yang sempit untuk bisa melewati lobi dengan pengawasan yang ketat itu.
"Hei, kalian!" Teriakan itu membuat langkah mereka terhenti. Jantung mereka seakan-akan berhenti. Bayangan hukuman yang akan mereka dapat seakan lebih seram dari uang mereka bayangkan. Tapi, keberuntungan berpihak pada mereka.
"Hey, lelaki-lelaki kurang ajar! Sini, kalian!" Ternyata orang yang teriak itu, guru yang memanggil para gangster yang suka membuat ulah.
Mereka berencana bolos seperti tiga sahabat itu tapi tidak memainkan taktik sehingga ketahuan. Tiga cewek itu memanfaatkan situasi untuk segera kabur."Akhirnya! Aku tidak bisa bayangin kalau kita yang ketahuan." Dira mengatur napasnya yang tersengal.
"Sekarang kita mau ngapain?" Ica bertanya.
"Pulabg aja,yuk! Takut ketahuan sama guru kalau nongkrong dulu." Salsa menjawab.
"Hmm ... Iya juga. Ya udah, sampai ketemu beaok!" Dira melambaikan tangan pada kedua sahabatnya. Lalu berjalan arah dari mereka. Rumah Dira dan rumah sahabatnya memang berbeda arah. Dan ia hatus menunggu di halte jika ingib menaiki bus rute 12, bus jurusan daerah perkomplekan rumahnya.Saat berjalan menuju halte bus, Dira dikejutkan olrh pemandangan yang seumur-umur tidak pernah dilihatnya. Seorang lelaki tinggi terjatuh dari mobil sedan yang sedang melaju kencang. Lalu lekaki itu mencoba berdiri lalu mengusap celananya yang kotor. Seorang lagi, yang tampak seperti ayah dari lelaki itu keluar dari mobil. Memandangi tanpa berniat membantu anaknya yang merintih kesakitan.
"Terserahmu! Papa sudah tidak peduli lagi!" Orangtua itu masuk ke mobilnya. Lalu melesat dengan kecepatan penuh.
"Aw!" Rintih sekali lagi lelaki itu, sambil menghembus-hembuskan darah yang keluar dari sikunya. Sementara Dira mematung di tempatnya, tidak ingin bergerak sedikit, tidak ingin terlibat meskipun jelas-jelas sekarang ia sudah terlibat. Cowok itu menoleh menatap Dira. Dira terkejut dan hendak berjalan berbalik arah. Tapi cowok itu mengehentikannya.
"Hei!" Cowom itu menghampiri Dira yang berjarak 5 meter di depannya dengan keadaan kaku.Sekarang mereka sudah berhadap-hadapan. Dira tetap menunduk, seakan orang yang di depannya terlihat seperti gangster sekolahan. Untuk dua menit semua canggung, tegang, sampai cowok itu mencairkan suasana.
"Tutup mulutmu tentang kejadian tadi." Suara lembut itu mengejutkan Dira. Walaupun lembut, tapi terkesan dingin dan memaksa. Dira mengangguk pelan, masih tidak berani walau hanya melirik cowok itu. Cowok itu bingungbdengan tingkah Dira.
"Angkat wajahmu." Cowok itu dengan sengaja meninggikan suaranya. Dira menghela napas dan perlahan mengangkat wajahnya."Jangan lupakan wajah tampanku, ya!" Kali ini cowok itu berbicara hangat membuat rasa takut Dira berkurang sedikit. Cowok itu tersenyum tipis memperlihatkan wajah yang sebenarnya hangat. Lalu mengacak jilbab Dira dan pergi dari hadapannya. Dira hanya menatapnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I In Your Heart?
RomanceDira seorang cewek yang terlambat menyadari bahwa ia menyukai seorang cowok yang misterius