Satu•
Hari ini adalah hari yang sangat indah bagi Irsya, ini merupakan hari pertamanya masuk ke sekolah dasar. Lelaki berumur enam tahun ini tampak kecil dengan seragamnya yang kebesaran. Ia mulai bersiap untuk memakai sepatunya, tetapi sepatu tersebut tak dapat ia temukan.
Irsya, lelaki kecil itu mencari sepatunya kesana-kemari. Di rumahnya yang sempit ini, sangat susah untuk mencari barang hilang karena terlalu padatnya isi rumah. Saat Irsya melewati kamarnya, ia melihat sang adik perempuan sedang berusaha memakai sepatu berwarna hitam yang tampak mengkilap itu, dan itu adalah sepatu yang ia cari.
Irsya langsung merebut sepatu itu dari adiknya yang bernama Iren. Ia langsung menatap Iren tajam, kemudian ia menatap ke sekitar. Ibunya masih berada di dapur, dan Ayahnya sedang mandi. Ia langsung mencubit lengan adiknya lalu ia langsung berlari keluar rumah dengan sepatu yang berhasil ia rebut.
Saat duduk di teras rumahnya yang berdebu dan mulai memakai sepatunya, Irsya mendengar tangisan Iren yang meledak. Dengan ketidak peduliannya, Irsya melanjutkan memakai sepatu barunya.
Yang Irsya pakai hari ini semuanya baru, dan seharusnya ia merasa sangat beruntung dan bersyukur. Tapi ia belum mengerti apa arti beruntung dan bersyukur, ia masih terlalu kecil untuk mengerti hal itu.
Tak lama, Ibu, Ayah, dan adik dari Irsya keluar rumah. Ibunya yang sedang hamil anak ketiga itu membawa beberapa kotak berisi kue yang akan diletakkan di warung-warung. Mereka berempat beserta janin yang masih berada di dalam perut juga barang-barang menaiki motor butut berwarna hitam.
Ayah Irsya hanyalah seorang satpam super market, dan Ibunya memiliki toko kecil yang menjual keperluan sehari-hari. Tapi, dengan pekerjaan itu, keperluan mereka terpenuhi, bahkan masih berlebih.
“Irsya, kenapa Iren nangis? Katanya mau pinjam sepatu nggak dibolehin, ya?” tanya Ayahnya pada Irsya saat di atas motor.
Irsya mengangguk. “Bukannya Irsya nggak bolehin, tapi Irsya ‘kan mau ke sekolah, jadi harus pakai sepatu itu.”
Ayahnya terkekeh, sedangkan Ibunya sibuk dengan Iren yang berceloteh macam-macam. Anak umur tiga tahun itu sudah sangat lancar untuk berbicara, dan kini ia mulai bertanya-tanya tentang sang adik yang masih berada di dalam perut.
=====
16 februari '2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepiring Nasi Goreng | ✓
Short StoryPerempuan itu, yang selalu memegang sepiring nasi goreng di tangannya. Cerita Pendek ©2017 by 2miracle7