Budaya Nusantara Budayaku, Budayamu, dan Budaya Kita
"Akhernyo hari Jumat jugo! Dak sabar nian aku nak ke Bandung!" teriak Masayu bersemangat di pagi hari.
Perempuan kelahiran Palembang ini telah menunggu dua minggu lebih untuk mengikuti acara Kenal, Belajar, Lestarikan Budaya Indonesia atau yang disingkat Kejaribundo yang diselenggarakan di kota Bandung. Ia sangat antusias untuk mengikuti acara tahunan yang pesertanya dari berbagai daerah di Indonesia. Masih teringat dalam benaknya bagaimana ia mendapatkan surat dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan.
"Sehubungan dengan pertemuan untuk lebih mengenal dan menjalin tali persatuan antardaerah melalui budaya, maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan memilih Masayu sebagai perwakilan dari Sumatera Selatan untuk mengikuti acara Kejaribundo yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 29 Oktober 2016 sampai dengan hari Senin, 31 Oktober 2016 di Bandung." baca Masayu kaget.
Namun, tak lama berselang Masayu berteriak kegirangan sambil melompat dan menari tidak jelas. Bagaimana mungkin ia tidak senang jika hanya dirinya seorang yang dipilih dari Sumatera Selatan sebagai perwakilan untuk mengikuti acara tahunan ini? Terlebih lagi dirinya akan lebih mengenal kebudayaan dari berbagai daerah di tanah kelahirannya, Indonesia. Sejak kecil, Masayu telah tertarik dengan kebudayaan nusantara, lebih tepatnya setelah menonton sebuah acara harian di televisi yang menampilkan kebudayaan Indonesia melalui tarian, nyanyian, dan lainnya. Semenjak itu, dirinya mempelajari kebudayaan Indonesia dan sering mengikuti perlombaan menari dan menyanyi tradisional yang rata-rata selalu dimenangkannya. Mungkin hal inilah yang membuat dirinya terpilih untuk mewakili pemuda-pemudi Sumatera Selatan.
Ia membayangkan akan belajar banyak kebudayaan yang membuatnya merasa sangat bahagia. Senyum manis pun terukir di bibir mungilnya tanpa ia sadari. Namun, bayangan-bayangan indah itu terusik kala ibunya menegur anak bungsunya yang terlihat melamun.
"Masayu ngapo? Kok bengong sambel senyum-senyum dewek?" tegur ibunya.
"Dak apo-apo, Ma. Masayu cuma bayangke di acara itu ageknyo." jawab Masayu.
Ibunya hanya tersenyum melihat tingkah putrinya yang sama dengan dirinya dulu saat akan mengikuti acara tersebut.
zzzzz
Semangat Masayu telah mendorongnya untuk bersiap-siap sejak matahari bangun dari tidurnya hingga berdiri tegak. Detik demi detik dihitungnya hingga jam dinding menunjukkan detik kelima puluh empat ribu yang mengharuskan dirinya bergegas menuju bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Semua peserta acara memang diwajibkan berangkat pada hari Jumat agar tidak terlambat mengikuti acara pembukaan di hari Sabtu.
zzzzz
Setelah sejam lebih mengudara di angkasa, pesawat yang ditumpangi Masayu dan ibunya telah menginjakkan rodanya di bandara Husein Sastranegara. Tak terasa jika matahari akan kembali menenggelamkan dirinya. Masayu merasa cacing-cacing di perutnya meminta asupan gizi sehingga ibunya pun mengajaknya ke salah satu warung makan yang menjadi tempat langganan ketika berkunjung ke kota kembang ini. Tak sampai 15 menit, mereka telah sampai di warung makan Pak Slamet dan langsung memesan makanan.
"Makanan apo ini, Ma?" tanya Masayu dengan kening berkerut.
"Itu namanyo nasi tutug oncom. Kamu belom pernah nyubo, 'kan? Makanyo cubolah cecep. Rasonyo dijamin buat kamu ketagihan, lokak nambah lagi." jawab ibu Masayu.
Dan benar saja saat Masayu mencicipinya di suapan pertama, dirinya langsung jatuh cinta pada nasi tutug oncom dan menambah seporsi lagi. Ibunya tersenyum melihat putrinya yang lahap menyantap nasi tutug oncom. Setelahnya, mereka segera menuju ke hotel yang telah disiapkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan untuk melepas lelah setelah melakukan perjalanan yang memakan waktu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Budaya Nusantara Budayuku, Budayamu, dan Budaya Kita
Short StoryKarya Friesca Aprilia Kosinga XII MIPA 8