~ SATU ~

18 2 2
                                    


Seperti halnya dengan mengingat, melupakan bukanlah hal yang mudah dilakukan. Setidaknya, tidak semudah mengatakannya. Terlebih lagi jika harus melupakan seseorang yang pernah singgah di dalam kehidupan dan memiliki arti. Orang bilang, setiap pertemuan selalu memiliki perpisahan dan semua orang di dunia ini pasti memiliki cerita perpisahan, yang membedakannya berapa lama hingga perpisahan itu datang dan bagaimana perpisahan itu terjadi. Dari setiap pertemuan selalu menghasilkan cerita yang akhirnya berubah menjadi kenangan. Kenangan dibuat untuk mengenang setiap detik berharga yang dilewati tetapi ketika harus melupakan, kenangan itu hanya seperti senjata yang mampu menyerang kapanpun, di manapun, dan bahkan tanpa disadari.

^^^

Rintik-rintik hujan masih turun menggantikan derasnya hujan yang hampir satu jam lamanya mengguyur setiap pelosok sebuah kota yang tidak pernah sepi dan selalu menjadi favorit para pendatang untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Tumpukan sampah memperlambat kerja saluran air menciptakan genangan air di setiap jalan, baik itu jalan besar dan terlebih lagi di jalan kecil.

Elsa menghabiskan secangkir kopi yang ia pesan. Hampir satu jam ia menghabiskan waktunya di cafe tersebut. Derasnya hujan beberapa saat yang lalu membuatnya untuk menghentikan perjalanannya sesaat. Gadis berkaca mata itu mengangkat tubuhnya dari tempatnya duduk dan melangkahkan kakinya menuju kasir. Setelah membayar pesanannya, ia pun melangkah keluar dan disambut dengan hembusan angin yang cukup membuat badannya merasakan dingin. Suara alunan musik yang ia dengar sesaat sebelumnya langsung berubah dengan suara riuh kendaraan dan klakson yang saling bersautan serta suara tukang parkir yang berusaha mengatur mobil-mobil yang ingin berhenti agar tidak mengganggu jalannya lalu lintas.

Elsa menghentikan sebuah taksi yang lewat di hadapannya. Dalam hitungan detik, dirinya kembali duduk dan terlindung dari kebisingan kota yang ntah kapan akan tenang. Setelah mengatakan alamat tujuannya, Elsa menyandarkan tubuhnya dan kedua matanya menatap kosong ke jendela di sampingnya yang penuh dengan titik-titik air. Tatapan kosong itu membawa dirinya berjalan mundur kembali ke waktu yang ingin ia lupakan. Waktu di mana ia bisa tersenyum dengan mudah dan waktu yang kini membuatnya lemah.

"Elsa" sebuah suara membuat Elsa memutar kepalanya dan sebuah kilat mengagetkannya.

"Aaaa kebiasaan banget sih ngambil gambar orang tanpa izin" kesal Elsa dengan menekuk wajahnya.

Orang itu hanya tertawa sambil mendekati Elsa dan mengacak lembut rambut Elsa. "Aku suka lihat ekspresi kamu yang natural," ujarnya dan menatap Elsa dengan senyuman. Elsa membalas senyum itu.

"Udah ah, ayo kita jalan lagi. Nanti kita telat lagi" Elsa menepis pelan tangan yang telah berubah mengusap kepalanya.

"Ayo" Keduanyapun berjalan berdampingan dengan tangan yang saling terkait dan sesekali terdengar suara tawa yang menunjukkan kebahagiaan yang mereka rasakan saat itu.

"Mbak, sudah sampai" suara sopir taksi membuyarkan lamunan Elsa.

"Terima kasih, pak"ujar Elsa setelah membayar biaya perjalanannya dan sebelum membuka pintu disampingnya untuk keluar.

Rintik-rintik hujan telah berhenti. Kedua mata Elsa menyapu seluruh taman dan melangkahkan kakinya perlahan menyusuri taman yang ada di hadapannya. Ya, taman kota yang selalu ramai setiap sore ini merupakan tujuan utama Elsa. Air hujan membasahi seluruh taman. Hanya ada beberapa orang yang terlihat berjalan di taman tersebut. Sepertinya hujan dan dinginnya hembusan angin membuat orang-orang memilih untuk menghabiskan waktu di dalam ruangan dengan ditemani secangkir minuman hangat daripada menghabiskan waktu di luar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ELSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang