Runtuhnya Kekaisaran Wang - Bagian 1

455 38 1
                                    

Istana nampak sibuk pagi ini, terlihat beberapa dayang berbaju putih membawa beberapa nampan berisi persembahan .

Yang lain menyiapkan beberapa peralatan upacara kematian diaula belakang istana.

Hal ini dikarenakan hari ini adalah hari pemakaman Putra Mahkota Fei setelah eksekusi matinya kemarin telah dilaksanakan. Jasadnya sudah dimandikan , rencananya setelah upacara kematian diadakan, Putra Mahkota akan langsung dibawa ke makam keluarga kerajaan didaerah sowon untuk dikebumikan didekat makam Ratu Li Hanyi , ibunya .

Ya, Walaupun mati sebagai penghianat kerajaan . Namun, Putra Mahkota Fei akan tetap di makamkan selayaknya anggota keluarga kerajaan atas permintaan menteri-menteri fraksi Xinan mengingat jasa Putra Mahkota yang sangat besar bagi negaranya.

Terang saja, hal ini menimbulkan pro dan kontra , terlebih dari fraksi Dongbei yang protes keras atas keputusan ini. Terlepas dari jasanya, pemberontak tetaplah pemberontak, tak pantas bagi Putra Mahkota Fei diberi kehormatan semacam itu.

Namun, Baginda Kaisar tetap menghendaki putranya dimakamkan di sowon , ia beralasan bahwa Putra Mahkota memang pemberontak tapi dia bukanlah pemberontak dan penghianat bangsa dan negaranya. Namun , pemberontak dari pemerintahan yang dipimpinnya, ayahnya.

Bagaimana dan dimana putranya dimakamkan adalah hak dari Kaisar sendiri. Fraksi Dongbei tidak senang dengan keputusan itu, hal ini dibuktikan hanya sedikit dari anggotanya yang datang ke upacara pemakaman ini.

Terlihat hanya dua keluarga dari pimpinan fraksi Dongbei yang datang ke aula ini. Keluarga menteri pengairan , Ya Huyang dan satu lagi keluarga Huang , yang masih berkerabat dekat dengan keluarga Kaisar.

Yang mencolok disini adalah diantara pelayat-pelayat berbaju putih , keluarga Putra Mahkota mengenakan baju berwarna hitam. Memang bigitulah budaya di Kerajaan Daiyu, pelayat diharuskan memakai baju berwarna putih dan pihak keluarga yang ditinggalkan memakai baju hitam selama tujuh hari tanda berkabung.

Begitu pula Putri mahkota Song Ruolan yang berada barisan paling depan, dibalik baju hitamnya dialah orang yang paling sedih di aula ini . Saat ini, Kehilangan cintanya, suaminya.

Matanya menyisir sekitar, mencari putrinya namun ia tak menemukannya.
Seketika ia memanggil Dayang Kuon dengan cara melambaikan tangannya .
Dayang Kuon mendekat.

"Hamba disini yang mulia!"

"Kau tahu dimana Putri Shuyun? Sejak tadi aku tidak melihatnya!" Kata Putri Mahkota ketika Dayang Kuon sudah berada dihadapannya.

Dayang kuon menggeleng tanda tak tahu "Hamba tidak tahu yang mulia. Namun, saya sudah mengirimkan beberapa dayang untuk pergi ke pavilun Putri Shuyun untuk mengecek keadaanya!"

"Baiklah dayang Kuon kau boleh pergi, kabari aku kalau putri sudah datang , aku sangat menghawatirkan keadaanya!"

"Baiklah yang mulia!"

Setelah kepergian Dayang Kuon , Putri Mahkota tertunduk sedih.

Dia paham bagaimana keadaan putrinya saat ini, pasti terpukul sekali.

Masih segar diingatannya, bagaimana putrinya pulang ke paviliunnya kemarin.

Keadaannya parah sekali, basah kuyup tak sadarkan diri dan tubuhnya penuh lumpur .

Ditambah lagi, luka di kakinya menganga mengeluarkan banyak darah menambah kesakitannya.

Saat ia memperhatikan putrinya dengan lekat, ia tahu putrinya tak makan dengan baik akhirakhir ini dilihat dari badannya yang semakin kurus , matanya sembab tanda sudah lelah menangis.

Lantern Of Evidence (On Hold) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang