"Every flower, every grain of sand, is reaching out to shake my hand ... it's the best day everrrrr ...." suaranya menggema dari kamar mandi, meskipun gemericik air dari shower air mengalir tetapi senandung soundtrack dari animasi Spongebob terdengar nyaring.
"Woi lu mandi apa bikin mini konser sih?!" tegur Bobi menggedor pintu kaca kamar mandi.
"Hah, apaan?" anak laki-laki yang tengah keramas menyembulkan kepalanya di pintu yang sedikit terbuka.
"Berisik banget lu, kayak adek gue aja nyanyi-nyanyi di kamar mandi." Bobi mendengus. Merasa ilfeel dengan temannya yang satu ini.
Alaric hanya terkekeh dengan malunya, "bagus'kan suara gue?" katanya dengan pongah.
"Kayak suara kentongan satpam keliling gitu, bangga!" cibir Bobi yang berlalu mengambil es batu dari kulkas yang tak jauh dari kamar mandi.
"Dih sialan, pokoknya lu harus belajar nyanyi sama gue." paksanya dan melanjutkan konsernya.
"It's the best day everrr ...."
Bobi menggeleng kepalanya heran dengan keayanan Alaric yang selalu kambuh tiap hari, bahkan tiap jam, tiap menit, tiap detik bahkan tiap amoeba membelah diri.
◌ ◍
"Anjirr game over, semi final nih ah gila!" dumel Alaric menghujat status permainannya.
"Udah nasib lu." Bobi tambah mengejeknya membuatnya mengacak-acak rambutnya yang masih basah.
"Eh Bob beli makan kuy," ajaknya menyimpang dari topik awal.
"Pembokat lo gak masak?" tanya Bobi setelah menekan ikon pause pada joysticknya.
"Tolong ya kata-katanya di perhalus," celetuknya memicingkan mata saat melirik Bobi.
Bobi tertawa kecil melihat ekspresi Alaric yang super idiot itu, "kuylah cuci mata sekalian."
"Najisun!"
Keduanya menyudahi gamenya dan berkelana sore mencuci mata dengan ke asrian di sekitar komplek dengan berjalan kaki. Setiap sore lapangan kompleknya memang selalu ramai dengan orang dari segala usia, mulai dari anak kecil hingga lanjut usia hanya untuk sekadar mengobrol atau bersantai mencari angin.
"Al cakep Al .... " Bobi meninju bahu Alaric pelan yang berjalan 2 langkah di depannya, "seksi bohai menggoda bray."
"Anjir waspada njay!" arah pandang Alaric masih terpusat pada seorang wanita yang sedang jogging.
"Yeu si autis," Bobi menoyor kepala Alaric, "ketoprak enak tuh Al."
Bobi berlari kecil sejauh 2 meter dari Alaric. "Bang, ketropraknya dua ya, spesial pedas."
"Oke bos!" Tukang ketoprak itu mengangguk dengan tersenyum simpul. Alaric menghampiri Bobi yang sudah duduk di bawah pohon rindang yang sudah tua. Ia menyandarkan kepalanya di batang pohon itu.
"Damai ya ...." gumam Alaric bicara sendiri namun Bobi menoleh seperti seolah-olah Alaric bicara kepadanya.
"Ya, damai. Karena otak dan hati lo akur sepemikiran satu rasa." Tambah Bobi mengingatkan.
"Gak ada masalah, gak ada kejanggalan." Matanya terpejam sejak tadi, kedua tangannya terlipat di depan dada.
Lu gak akan inget kejadian 9 tahun yang lalu, Al. Batin Bobi menahan dirinya.
YOU ARE READING
Parallel
HorrorKalau kamu tahu betapa teririsnya hati ini saat menyaksikan kematian orang tuaku, mungkin kamu tidak akan berani menemuiku lagi. Aku sangat membencimu. Karena kamu salah satu penyebab kematian mereka.