Aku tidak terlalu suka dengan kisah cinta jadi ketika aku melakukannya, aku melakukannya dengan buruk. Kamu boleh saja menyebutku bodoh, jahat, atau apa saja tapi ini ceritaku.
Semuanya bermula di sebuah ruang kelas yang gelap tertutup tirai hijau (aku benci tempat gelap jadi biarkan aku mulai dengan ini) aku bertemu dengan Le Petitku. Biar kujelaskan kenapa aku memanggilnya Le Petit. Ini bukan berarti tubuhnya kecil (petit), tapi karena buku favoritnya sama denganku: Le Petit Prince jadi aku panggil saja dia Le Petit.
Aku masih ingat hari itu seperti semuanya terjadi saat hari kemarin, ketika aku mendekatinya yang sedang tenggelam dalam sebuah gambar yang terlihat seperti sebuah topi berwarna cokelat. "Antoine de Saint-Exupery, Le Petit Prince." Kataku dengan bahasa perancis yang fasih menyebutkan dimana aku pertama kali melihat gambar itu.
"Kau tahu ini gambar apa?" tanyanya.
"Ular sanca yang memakan gajah kan." Jawabku. Bagi orang yang tidak tahu pasti akan mengira itu gambar topi.
Wajahnya menunjukan ekspresi terkejut yang manis lalu katanya, "benar." Dan dia tertawa dengan lucu. Aku ikut tertawa dengannya. Setelah itu kami menghabiskan waktu istirahat kami dengan bercerita tentang si ular sanca yang memakan seekor gajah yang terlihat seperti sebuah topi.
Itu saat pertama kali aku bertemu dengan Elvira, seorang gadis yang memiliki mata cerah, hidung mancung, rambut panjang, dan seutas senyum yang lucu. Saat mengetahui kita memiliki hobi membaca yang sama aku sangat tertarik padanya.
Kami bertukar nomor HP dan akun sosial media untuk mempermudah mengobrol tentang hal yang kami suka. Terkadang aku dan Elvira bertukar gambar dan quote menarik yang kami temukan di buku bacaan di Facebook.
Segala hal berjalan mulus untuk kami berdua kecuali untuk satu hal: Elvira sudah mempunyai pacar, seorang anak laki laki yang spesifikasinya sedikit lebih tinggi dariku dari kelas sebelah, dan aku benci itu. Aku benci kenyataan satu satunya orang yang menyukai Le Petit Prince yang aku kenal yang menggambar sebuah ular sanca memakan seekor gajah di buku tulisnya memiliki seorang pacar. Mungkin kamu sebut ini cemburu, tapi kuyakin kamu akan menyesal telah memikirkan hal itu.
Cara yang kugunakan untuk menyalurkan kebencianku mungkin cukup licik dan jahat, yaitu mengirimkan gambar dan quote berbau romantis padanya. Semuanya demi satu tujuan, menghancurkan hubungannya dengan si laki laki dari kelas sebelah dan membuat Le Petitku hanya untukku seorang. Aku sendiri tidak mau menyebur hal ini jahat, aku hanya melakukan hal yang aku ingin lakukan, dan itu hakku sebagai manusia merdeka.
Lalu suatu ketika setelah jam pelajaran berakhir seorang laki laki berambut rapih dengan kaca mata tebal yang memuakan bertanya padaku dengan tidak sopannya. "Apa maksudmu?"
Aku mempertanyakan kesopanannya dengan tatapan tergangguku padanya. "Apa maksudmu?" aku membalikan pertanyaannya.
"Apa maksudmu mendekati Elvira?" tanyanya lagi.
Aku mengamatinya, mencoba mengingat ingat apakah aku kenal dia atau tidak. Ah itu dia, si laki laki dari kelas sebalah. Dia lebih memuakan dari fotonya di media sosial jadi aku tidak mengenalnya. "Eeh.. memang kenapa." Aku tersenyum sinis.
Matanya membelalak marah. "Menjauh darinya!" katanya setengah berteriak.
Dia tidak cukup sadar dimana kita berada jadi aku berdecak kesal. "Apa hakmu?" kataku memberi tekanan ke setiap suku katanya.
Dia terdiam beberapa saat lalu berkata "Itu bukan urusanmu."
"Ah iya memang bukan urusanku." Kataku berjalan berlalu, mengabaikannya. Jelas aku tidak mau menuruti permintaannya. Siapa yang mau menuruti perkataan seorang laki laki bertampang culun dan bersikap tidak sopan dari kelas sebelah. Lagipula Elvira adalah Le Petitku, tidak ada seorangpun yang berhak melarangku mendekatinya.