Hari mulai senja, matahari pun telah pergi, pulang ke ufuk barat.Dibawah jingga aku termenung, sejenak mengingat kisah masa lampau.Dengan berbayang-bayang bahagia dan kesedian.
Namun tak lama, aku terhentak, hening itu pecah, oleh sapaan penjaga rumah seribu bunga. Ialah Pandir.Lelaki lugu nan polos, bertubuh kurus dan tinggi.“Mbak Vira..!!!” Sapanya
“heeeemm…ooohhhh,,iya!!!!” sahutku terhentak
“Maaf kalau saya ngagetin…!!”
“Iya nggak apa-apa!!’
“oh ya mbak,,lama nggak ke taman”
“ya,, dua bulan ini saya ikut nenek ke desa..”
“oohhh..!!!”
“Oh ya..Saya permisi dulu ya…!!Mau bantu-bantu nyiapin acaranya dulu.!!!” Pamitku beranjak dari ruang lampau yang kelam.
“Oh iya,,silahkan.!!”Acara tahlil sebentar lagi akan dimulai. Benar, satu tahun sudah sahabatku Luna telah berpulang. Meninggalkan dunia yang fana dan melepas kewajibannya sebagai umat manusia.Bersemayam dalam rumah duka, calon rumah masa depan bagi kita semua.
Kalau aku ingat kala itu…….Flashback on
Tepat saat itu aku masih disini…Temani Luna, sebelum sang malaikat datang menjemput Luna ke surga.Di taman,, seribu kenangan antara aku dengannya…
“Lun..!! Alam manggil nih..pergi dulu ya..” Pamit ku pergi ke belakang.
“Iyeee…!!!” Jawabnya cuek, sambil memainkan eletronik Jepang itu…
“Gih..masukkin Ponselmu,,yang mahaalll nya selangiiiiiiiiiiittt !!! Bahaya lho…gih cepetan..!!!” Ujarku.
“Iya-iya..cerewet banget sih..udah sana..!! katanya mau ke toilet…”
Aku pun beranjak meninggalkaannya..Hanya sejenak,, namun membuatku menyesal karena meningglkannya sendiri.
Benar… tak lama kemudian…
Aku segera kembali menuju tempat duduk kayu itu lagi… Namun, aku terkejut.. Sontak saja aku terkejut.. Bagaimana tidak,, kursi yang aku duduki tadi telah berdiri sekerumunan manusia.
“Maaf..pak , buk, permisi..!!!”Ucapku sambil terus menerobos orang-orang itu…
“Astaga!!” Aku terkejut melihatsosok wanita terbaring lemas, tertutup oleh tumpukan surat kabar, dengan seluruh darah di sekujur tubuhnya.
“Kenapa dia..??? Ada yang terjadi padanya..?? apakah dia masih hidup??” tanyaku
“Dia dirampok..dia mencoba mengelak namun tak berhasil juga, malah……”Ucap Pardi yang tak terlanjut,dan seperti menyembunyikan sesuatu.
“Malah apa sih..?? yang jelas dong!! Apa kalian nggak coba menolong??” Ujarku dengan nada agak marah.
“Dia meninggal..!!”
“Apa..???”
“Kami mencoba menolong..tapi penjahat itu mengancam dengan menggunakan pistol…kami takut…!!”
“Baiklah kalau gitu , kita bawa aja dia ke rumah sakit..kamu udah telpon polisi??”
(Pandir menganggukkan kepala, dan seperti menyembunyikan sesuatu.Dia bumkam..dia seperti takut untuk berbicara)
Kerumunan orang buyar, kecuali aku dan pandir .. polisi datang.. hmm.. karena pensaran ku buka lembaran surat kabar itu..dan ternyata, itu….
“Luna..!!!”
(Pandir menangis, para poilisi berdiri dibelakang ku,, sejenak membiarkanku berduka)
Aku menangis histeris.. aku tak menyangka bahwa itu Luna.. Luna yang polos, cengeng dan Cuek telah pergi meninggalkanku untuk selamanya..Di pemakaman… air mata ini masih tak mau tuk berhenti.. aku masih sedih… menyesal… Karena aku belum meminta maaf dan berterimakasih padanya untuk yang terakhir kalinya…
Aku tersimpuh dihadapan liang tidurnya..
“lun…!! Mengapa begitu cepat kau meninggalkan ku sendiri,disini tanpamu … membiarkanku sedih…dan sangat terpukul … Juga bigung…Siapa yang akan mengisi diary harianku… membangkitkan emosiku…. Menumbuhkan senyum di bibirku… menabur benih-benih kebahagiaan dalam hatiku… dan mengisi seluk beluk ruang hampa dalam diriku…. Selamat jalan LUN…!!! Gak bakalan ku lupakan semuanya…!!!! Kenangan manis dan pahit yang udah kamu ukir dalam hatiku.”
Dengan berat hati aku beranjak… melepas kesedihan yang mengusik jiwa… Meski berat, ku akan terus melampauinya dengan sepak terjang arus kehidupan yang semakin menggila..Flashback off
Seruan tuk sembahyang telah bergema… mengusik jiwa yang sibuk akan dunia… ku bergegas pergi, menuju tempat 1001 malaiakat yang selalu menjaga. Kutampung anugrah, dan ku alirkan ke setiap bagian tubuhku… Terasa Suci, ku bergegas meraih sujud dan pelindung auratku ketika sholat..
Dalam sujudku,ku bersyukur telah diberi sahabat sepertinya,di beri saudara yang menurut ku paling sempurna diantara anak-anak Adam dan Hawa.Dalam do’a ku juga selalu terbesit namamu yang akan selalu larut dalam do’aku.
Aku telah selesai menunaikan kewajibanku sebagai umat manusia. Aku segera menyambung kegiatanku dengan membacakan tahlil dan latunan do’ untuk Luna..
Dalam kekhusyu’anku, terbesit kata-kata dalam pikirku..
“Ikhlaslah untuk melepasku..kau kan menemukan yang lebih baik..ku kan kirimkan seorang peri hati yang akan selalu temani hari-harimu..Ku kan pergi dan takkan pernah kembali…sampaijumpa kawan..ku kan selalu mengingatmu dalam hatiku..dah….”
Aku tersadar dari khayalku..entah itu sungguh atau hanya imajiasiku.. Namun yang aku tau adalah kepastian bahwa aku harus mengikhlaskannya…Ya… Inilah sebuah alur kehidupan,bersama lika-liku pedih, perih juga bahagianya.Dimana ada percik api kebahagiaan, disitu pula ada genangan air mata kesedihan, duka dan lara.Dimana ada indah dan sejuknya mata air mengalir, disitu pula ada batu-batu yang keras dan tak mudah dipatahkan,disekelilingnya.Dan dimana setiap kali ada pertemuan pasti ada pula perpisahan. Perpisahan bukanlah duka, meskipun akhirnya harus menyisahkan duka.
Ini saatnya aku berpisah dari sebuah kebahagiaan dunia yang fana, saatnya untuk melepas keindahan dan kenangan.
Aku harus ikhlas. Ini sudah digariskan. Bukan aku ataupun perampok itu yang salah, akan tetapi ini adalah takdirnya yang sudah telukis dalam catatan di surga. Bahwa ia harus pergi hari ini dan detik ini juga bukan esok atau lusa.
Aku ingin mengikhlaskan segalanya, karena inilah takdir tuhan yang tak terbantahkan, tak dapat lawan dan tak dapat ditunda juga tak tahu kapan datangnya.Maaf yaa cerita cuman sedikit. Namanya juga cerita pendek. Maaf juga kalau banyak salah kata. Karena ini adalah karya pertamaku. Jangan lupa vote yaa! Dan minta banyak sarannya juga. Mungkin lain kali ceritanya bisa di perpanjang. Nantikan karyaku selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja ditaman Kelabu
Short StoryYa... Inilah sebuah alur kehidupan,bersama lika-liku pedih, perih juga bahagianya.Dimana ada percik api kebahagiaan, disitu pula ada genangan air mata kesedihan, duka dan lara.Dimana ada indah dan sejuknya mata air mengalir, disitu pula ada batu-bat...