Tingtong! Tingtong! Tingtong!
"Yak! Buka pintunya!" Baekhyun terbangun dan menggeliat. Ia melihat jam yang berada di nakas sebelah tempat tidurnya.
Tingtong! Tingtong! Tingtong!
"Bukaaaahhhh!"
"Aish. Sialan! Ini masih jam dua malam. Beraninya kau mengganggu tidurku! Kau ingin mati?!" Baekhyun beranjak dari tempat tidurnya dengan malas, melangkah dengan gontai menuju pintu apartemennya.
"Akan ku tampar siapapun orang yang mengganggu tidurku kali ini!" Baekhyun membuka pintu apartemennya dan mendapati seorang pria tampan dengan bau alkohol disekujur tubuhnya.
"Hai, Baekhyun." Baekhyun menerjapkan matanya. Mengurungkan niatnya untuk menampar orang yang datang mengganggu tidurnya.
BUG!
"Chanyeol!" Chanyeol datang dengan membawa aroma alkohol menyengat dari tubuhnya. Dan apa yang terjadi sekarang sungguh mengkhawatirkan, ia ditindih oleh beban tubuh Chanyeol yang mungkin saja dua kali lebih berat daripada beban tubuhnya.
Walau bagaimana pun, Chanyeol adalah setengah manusia yang tidak kuat terhadap alkohol. Ia adalah peminum yang sangat buruk.
"Chanyeol, ugghhh." Baekhyun kehabisan nafas. Dengan sisa tenaga yang ia punya, ia mendorong tubuh Chanyeol lalu menghirup udara sebanyak-banyaknya yang ia butuhkan.
"Hhh.. Hhhh.. Yak! Chanyeol! Kau salah alamat. Ini apartemenku, apartemenmu sebelah sana!" Chanyeol bangkit dan merangkul bahu Baekhyun.
"Aku tidak salah alamat hngg-hik. Aku hanya-hik. Ingin bersama-hik-mu." Baekhyun terdiam sejenak. Ia memapah Chanyeol menuju kamar tamu yang jarang terpakai olehnya. Kamar yang hanya dipakai oleh manajernya saat Baekhyun memintanya untuk menginap.
"Aish. Kau menyusahkan!" Baekhyun berniat untuk pergi. Tetapi tangannya dicengkram erat dan ditarik oleh Chanyeol sehingga Baekhyun menindih tubuhnya.
"Tetap bersamaku." Chanyeol memeluk Baekhyun dengan erat.
Dengan perasaan pasrah sekaligus terpaksa, ia pun melanjutkan tidurnya dalam dekapan Chanyeol. Mungkin mulai sekarang ia harus bersikap lebih baik pada Chanyeol. Lagipula, jika api dibalas dengan api, permasalahan tak akan selesai.
***
Pagi ini sang pencerah alam semesta belum terbangun dari tidurnya, tetapi dengan perasaan campur aduk, Chanyeol terbangun. Ia melihat ke sekelilingnya dan mendapati bahwa ia tak berada dikamarnya.
Ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan beranjak keluar, mendapati Baekhyun yang sedang bergelut didapurnya dengan memakai celemek berwarna merah.
Chanyeol berdehem.
"Hai. Selamat pagi. Apa tidurmu nyenyak?" sapa Baekhyun dengan cerianya.
"Mengapa aku bisa dirumahmu?"
"Tidak tahu diri. Kau mabuk dan menggedor pintuku berkali-kali." Ujar Baekhyun sambil menaruh beberapa piring makanan ke meja makan.
Ia menyeduh teh madu untuk Chanyeol dan coklat hangat untuknya.
"Ayo duduk. Jangan berdiri disitu dan makanlah." Chanyeol tak bergeming. Ia masih menatap kosong pada suatu hal yang menarik perhatiannya.
Baekhyun menggandeng lengan Chanyeol dan menundukkannya di kursi meja makan.
"Ini. Karena kau mabuk, teh madu cocok untuk meredakan rasa mabukmu." Baekhyun menyodorkan gelas berisi teh madu pada Chanyeol. Dengan ragu ia memegang gelas itu dan meneguk isinya dengan perlahan.