PART 1

22 0 0
                                    

Masih seperti pagi-pagi sebelumnya selama 2 tahun ini, aku melewati St. Paulo Street dengan perasaan kesal yang sampai kapanpun takkan pernah hilang karena kemacetannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 08.30 tapi mobil di depanku masih enggan untuk melaju diatas kecepana 10km/h. Aku berusaha berpikir apakah ada jalan lain yang bisa kulewati untuk mempersingkat waktunya sampai ke kantor. Tapi kenyataannya hanya jalan ini yang terbersit di benakku. Ah, meeting pagi ini sepertinya menggangu kelancaran otakku untuk berpikir dengan jernih.

Layar handphone tak kunjung berhenti menampilkan nama Mrs. Claudy sedari 20 menit yang lalu. Rasanya aku tak sanggup mendengar ocehannya pagi ini. Setiap kalimat yg terlontar dari mulut pedas nya itu niscaya menghilangkan seluruh ingatanku akan bahan presentasi yg sudah ku hapal mati-matian semalam.

Setelah deringan terakhir berhenti aku berusaha menggapai handphone ku untuk menon-aktif kan dering nya. Suara Alvin and the Chipmunk yg biasanya selalu berhasil membuatku tersenyum kali ini cukup membuatku gugup. Tapi mungkin Tuhan ingin aku menerima 'sarapan pagiku' dengan membuat jari-jari ini terlalu lincah menggunakan handphone sehingga hanya butuh nada sambung pertama telepon dari Claudy tak sengaja tersambung.

Oh Damn, habislah aku. "Ad, Where are you? Are u fucking crazy now? Sudah pukul berapa ini? Presentasimu dimulai 30 menit lagi tapi aku belum melihat batang hidungmu di ruangan." Jeritan nya sontak membuatku menjauhkan handphone dari telinga sebelum aku harus menderita ketulian akut.

"Yes mam, I'll be there for 10 minutes. Trust me. Aku juga sudah muak dengan St. Paulo." Sergahku setelah aku yakin dia takkan mengeluarkan sepatah katapun.

"My eyes on you, Ad. Ku tunggu kau diruanganku" jawabnya disertai satu helaan napas jengah.

Demi apapun yang ada di jalanan ini, baru saja aku menyelesaikan satu pemicu kepanikan, aku sudah mendapati kepanikan ku kembali bertambah 100%. Tak cukup dengan kenyataan aku takkan sampai kesana dalam waktu 10 menit, sekarang ditambah dengan benturan yang lumayan keras dari arah belakang mobilku. Oh God, apalagi ini? Sedetik kemudian kuberanikan diri untuk menoleh kebelakang dan ya! Sebuah mobil terkutuk kudapati berhasil mencium bokong mobilku. Ya Tuhan, aku tak suka mengeluh. Tapi haruskan seburuk ini nasibku?

Dengan kasar aku membuka pintu mobil dan keluar. Niatku sangat bulat untuk menghampiri mobil yg terbilang masuk dalam urutan mobil mewah dengan pajak selangit itu. "Permisi, sepertinya ada yang harus kita bicarakan." Ucapku seraya mengetuk kaca mobilnya.

"Oh I'm so sorry nona, saya sangat menyesal dengan kejadian ini. Tapi sayangnya saya tidak ada waktu untuk membicarakan masalah ini." Jawab pria berperawakan besar disertai wajah cukup rupawan itu dengan nada menyesal. Dari pakaiannya sepertinya dia seorang supir. Setelah mengucapkan kalimat itu, aku dapat melihatnya menoleh ke bangku belakang dan dilanjutkan dengan anggukkan sopan.

"Maaf nona, ini kartu nama atasanku. Kita akan selesaikan urusan ini pukul 5 sore nanti. Anda bisa mendatangi kantor kami." Jelasnya seraya menaikan kaca mobil sebelum aku sempat memberikan tanggapan.

'Damn you' gumam ku dalam hati. Aku berjalan kembali ke mobil tanpa sempat memperhatikan kerusakan mobil butut ku ini.

-----

Jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 12.05 tapi aku masih enggan beranjak dari ruang meeting ini, padahal ruangan sudah kosong sejak pukul 11.30 tadi.

Anyway, meeting pagi tadi berjalan dengan lancar sekaligus memberiku satu tugas yg selama ini sangat ku hindari. Mrs. Claudy memberikan itu sebagai hukuman untukku karena sudah memberinya shock therapy dengan datang hanya berselang 5 menit dari dimulainya meeting.

(a) HU(R)TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang