Last Wish

14.2K 738 63
                                    

"Aku ingin pergi saat hujan turun...."

"Kenapa?"

"Karena saat hujan turun, dokter memfonisku menderita penyakit ini."

-----------

12 Februari 2002

Gadis kecil itu menatap langit malam dari jendela kamarnya. Gadis polos yang seharusnya menikmati masa kecilnya dengan bermain bersama teman-temannya justru harus menjalani pengobatan yang sangat berat untuk ukuran anak umur 5 tahun. Bahkan, dia masih dapat tersenyum karena masih bisa melihat bintang-bintang yang menghiasi langit malam.

"Anna...."

Gadis itu menoleh dan mendapati seorang anak laki-laki berlari ke arahnya. Seketika, ia tersenyum. Senyumannya sedikit menghilangkan kesan pucat dari wajahnya yang mungil.

"Kamu datang Billy." ujar gadis kecil itu.

"Aku datang Anna. Kamu jangan takut. Kamu pasti bisa ngejalanin semua ini." ujar anak laki-laki itu berusaha menyemangati gadis kecil malang itu.

"Billy.. Tapi ini sakit. Aku takut ngeliat jarum-jarum itu. Kamu tahu nggak? Setiap jarum itu ditusukin ke kulit aku. Aku selalu nangis. Habis itu, aku tidur. Terus aku bangun udah malem." jelas gadis kecil itu.

Anak lelaki itu hanya tersenyum kecil. Sebenarnya, dia juga takut dengan jarum suntik dan dia juga sangat benci rumah sakit. Bau obat-obatan dan anti septik sangat dibenci lelaki itu. Tapi demi gadis kecil nan malang di hadapannya ini, seakan kebenciannya dengan rumah sakit sirna seketika.

"Kamu tahu nggak? Sebelum kamu begini, aku juga sering disuntik. Tapi kata mama, itu kayak di gigit semut kecil. Jadi, aku berani deh disuntik terus." jelas anak lelaki itu.

Gadis kecil itu tertawa. Begitupun juga anak lelaki itu, mereka tertawa bersama. Namun, tawa anak lelaki itu berhenti ketika melihat cairan berwarna merah itu keluar dari hidung gadis kecil itu.

"Anna... Hidung kamu berdarah." ujar anak laki-laki itu. Sontak gadis kecil itu berhenti tertawa.

"Billy, tolong panggiling mamaku ya." ujar gadis kecil itu. Anak laki-laki itu mengangguk. Ia membuka pintu kamar pelan.

"Kami akan berusaha sebisa mungkin untuk membuat anak ibu bertahan."

"Saya mohon dok. Saya akan bayar berapa saja agar anak saya bisa sembuh."

"Saya akan berusaha sebisa saya dan ini juga sudah kehendak Tuhan. Kanker yang bersarang di otaknya sudah terlalu ganas. Jika dibiarkan, dia bisa lumpuh dan sistem penglihatannya bisa terganggu. Meskipun dia sudah menjalani kemo terapi, belum tentu kanker itu pergi sepenuhnya dari otaknya."

Anak laki-laki itu hanya mengernyit mendengar pembicaraan dokter dengan orang tua sang gadis. Dia masih terlalu kecil untuk mengerti. Lalu, ia berlari menuju ibu gadis kecil itu. Ia menarik-narik ujung baju wanita paruh baya itu yang sedang menangis di pelukan suaminya.

"Ada apa Billy?" tanyanya.

"Tadi, hidung Anna ngeluarin darah." jawab anak laki-laki itu.

Wanita paruh baya itu langsung berlari menuju ruang inap anak satu-satunya. Dilihatnya, malaikat kecilnya sedang mencoba membersihkan dan memberhentikan darah yang terus keluar dari hidung kecilnya.

"Kamu mimisan lagi Anna." ujar wanita paruh baya itu panik.

"Nggak papa ma. Ini juga udah biasa kan." gadis kecil itu berusaha untuk membuat Ibunya tidak khawatir. Bahkan, dia sudah bisa membuat orang-orang yang ada di sekitarnya menjadi tenang dengan senyuman dari bibir pucatnya.

Last WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang