Chapter 5

5.2K 298 33
                                    

DLDR!

.

.

.

"Kenapa kau bisa memiliki ini?"

DEG!

Jantung Sakura terpompa tiga kali lebih cepat. Onyx Sasuke yang tajam dan lurus dengan tepat menusuk ke arah emerald Sakura.

"I-itu a-anu..." Seluruh tubuh Sakura bergetar menahan air matanya agar tidak jatuh dari tempat asalnya.

Ia bingung harus beralasan apa. Lebih tepatnya ia tidak tahu harus berkata apa. Ia akui ini memang kesalahannya karena telah lancang mengetahui rahasia orang lain.

"Maafkan aku!" Suara lantang Sakura memenuhi ruangan yang cukup luas itu. Memang inilah yang sedari dulu harus dilakukannya.

"Saat itu aku memungutnya di kelas. Aku langsung mengetahui bahwa ini tulisan Sasuke," Gadis itu memberikan jeda sejenak dalam kalimatnya. Matanya tidak memandang ke arah Sasuke. Ia menarik napas sejenak, "Entah kenapa aku tidak bisa membuangnya. Dalam kertas itu ada perasaanmu yang kuyakin sudah lama kau pendam."

"Ini hanya coretan tak berguna. Kau tidak perlu menyimpannya. Harusnya buang saja ini." Ucap Sasuke disertai sedikit kekehan aneh di akhir kalimatnya. Kini ganti Sasuke yang mengalihkan pandangannya. Matanya memandang ke bawah, entah apa yang pemuda itu lihat.

"Ti-tidak berguna? Sasuke menyukai Sugiura sensei kan?" Gadis itu tak memandang Sasuke sama sekali. Ia sangat terluka saat mengutarakan jawabannya ini. Suasana canggung terbentuk di ruangan serba pink itu.

Keheningan menyelimuti mereka. Suasana menjadi semakin canggung. Sakura yang sejak awal berdiri akhirnya duduk bersandar pada pintu kamarnya. Mereka saling berhadapan. Tak satu katapun terucap. Pandangan mereka tak bertemu. Tak ada yang berniat melakukan kontak mata.

"Karena dia itu tunangan kakakku." Sasuke memecah keheningan. Pemuda itu berkata dengan suara pelan. Netra Sakura membulat sempurna.

"Aku, kakakku, dan Izumi selalu bersama sejak kecil. Tanpa kusadari aku menyukai Izumi. Tapi..." Sasuke memberi jeda dalam kalimatnya. Ia meminum teh yang disediakan Sakura.

"Orang yang diperhatikannya selalu kakakku." Lanjut Sasuke. Sakura makin tak enak dengan Sasuke. Entah kenapa ia merasa sangat bersalah.

"Jadi kau sama sekali tidak pernah menyampaikan perasaanmu?" Tanya Sakura. Ia tahu bahwa pembicaraan mereka mengarah ke hal yang sensitif sejak tadi. Cinta.

"Kalau aku menyatakan perasaanku, itu akan membuatnya kerepotan." Sasuke melihat kertasnya untuk terakhir kalinya. Ia merobek kertas itu. "Rasa cinta hanya akan mengacaukan hatimu saja. Benar-benar sesuatu yang tidak penting. Perasaan seperti ini lebh baik menghilang saja."

Dan kalimat terakhir Sasuke sukses mengenai hati Sakura.

Sasuke,

Ternyata selama ini hatimu dipenuhi oleh perasaan yang menyakitkan.

***

"Ohayou Sakura! Bagaimana keadaanmu? Demamnya sudah turun?" Tanya Tenten yang juga baru saja memasuki kawasan KHS.

"Iya. Syukurlah demamnya segera turun. Aku bosan berdiam diri di rumah." Jawab gadis pink itu gembira.

Ia terlihat lebih segar daripada sebelumnya. Gadis itu pergi ke sekolah dengan perasaan yang sangat gembira. Ia masih sedikit memikirkan kata-kata Sasuke kemarin. Namun, itu semua tak masalah bagi gadis seperti dirinya.

Tablemates? Oh No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang