Disini aku akan menggunakan beberapa sudut pandang. Antara sudut pandang orang pertama atau ketiga. Aku masih belajar dalam menyesuaikan nya. Mohon bantuannya ya. Kritik dan saran sangat di perlukan.
------------------------------------------------------
Aku melangkah pelan di sebuah lorong perusahaan. Perusahaan ini yang akan menjadi tempat kerjaku. Ya... Itupun jika aku diterima disini.
"Nona Alissya, silahkan masuk"
Karyawan wanita bersanggul tinggi dengan make up tebalnya menghampiriku yang sedang dilanda kegugupan. Oh.. Aku akan di interview oleh pimpinan tertinggi perusahaan ini. Bagaimana aku tidak gugup ?Setelah sekian tahun, aku akan memulai lembaran baru dalam hidupku. Aku akan menjadi orang yang baru, Alissya yang baru. Dan aku akan membuktikan pada semuanya bahwa aku bukan wanita lemah.
Aku berjalan mengikuti wanita itu dengan perlahan, ia membawaku menyusuri lorong-lorong di perusahaan ini. Semakin lama, lorong yang kulewati semakin sepi. Hanya ada beberapa orang di sini. Dan mereka semua berwajah datar. Ditambah lagi dengan penampilan mereka yang rapi dan berkelas. Sial. Kegugupanku bertambah.
Akhirnya aku sampai di depan sebuah ruangan dengan papan bertuliskan 'CEO' di depannya. Karyawan wanita itu membuka pintu dan mempersilahkan ku untuk masuk.
Aku tahu, aku akan bertemu dengan nya. Tapi aku tak tahu aku akan segugup ini. Bulu kudukku berdiri. Kakiku bergetar. Aku melihat seorang pria duduk di kursinya. Astaga.... Auranya kuat sekali. Aku merasa nyaliku menciut hanya dengan melihatnya. Dari tempatku saat ini, aku dapat melihat rahangnya yang tegas, pundaknya yang tegap. Oh.. Jangan lupakan wajahnya yang rupawan.
Aku bisa gila
Ia akhirnya menoleh padaku dan karyawan wanita yang bersamaku.
Deg deg deg
Aku tersentak. Nafasku terasa berhenti. Dia...
------------------------------------------------------
Disinilah aku. Duduk di hadapan seorang CEO perusahaan besar. Aku menunduk. Kurasakan tanganku bergetar. Aku tak bisa menaikkan pandanganku terhadapnya. Yang aku lakukan hanyalah memainkan jari tanganku.
"Baik. Nona Alissya, kita akan memulai interviewnya"
Pria itu mulai berbicara dengan tatapan mata tajamnya yang mengarah kepadaku.Astaga... Suaranya saja sudah terdengar sangat seksi. Aku rasa aku harus mencuci otakku nanti.
"Saya harap anda mengurangi rasa gugup anda. Saya tidak menyukai orang yang tidak bisa bersikap profesional"
Ia sepertinya pria yang sangat dingin atau mungkin bisa jadi arogan.
Baik. Akan kucoba. Aku pasti bisa.------------------------------------------------------
"Selamat nona Alissya. Anda diterima di perusahaan ini".
Pria itu menjabat tanganku.
Deg
" Terimah kasih p-pak" ucapku gugup. Aku tak menyangka akan diterima di perusahaan sebesar ini setelah melewati interview yang sangat mencekam.
Aku keluar ruangan dengan langkah yang ringan. Aku sangat senang. Senyum mengembang di wajahku.
Aku sudah bilang, tak ada yang tak mungkin bagi seorang Alissya.
-----------------------------------------------------
Aku membuka pintu rumahku dengan perlahan. Dengan berhati-hati aku kembali menutup pintu rumahku yang sudah bubukan disana sini.
Kuedarkan pandanganku. Mataku memicing.
'Kemana mereka ?'batinku bertanya.Aku melepaskan flat shoes ku. Meletakkannya di rak sepatu. Kulangkahkan kakiku perlahan. Kulihat tv di ruang keluarga ku yang sama sekali tidak bisa disebut ruang keluarga. Tampak olehku seorang pria yang tertidur dengan seorang bayi mungil di dekapannya.
Aku mendekati mereka. Senyumku mereka. Pria itu. David Naufal. Tengah memeluk bayi mungil nan lucu. Bayiku.
Ku goyangkan lengan David perlahan.
"David. Bangun. David." ucapku.
David mengerang. Matanya mengerjab perlahan. Ia menatapku.
"Bagaimana interviewmu Alissya ? Kamu berhasil?" Ia menggenggam tanganku.
Aku mengangguk. Ia bersorak dan memelukku dengan tiba-tiba.
"David... Lihat. Tamara terbangun" ucapku sambil mencoba melepaskan pelukan David dan menggendong Tamara.
"Husss... Jangan menangis sayang. Bunda disini" aku menenangkan Tamara dan menatap David garang.
"Maaf" ucapnya tanpa bersuara. Ia beranjak dari hadapanku dan mengambil jaket beserta kunci motornya.
"Aku pulang dulu ya lis" ia berpamitan padaku dan mencium pipi Tamara.
"Terimah kasih Vid" ucapku.
------------------------------------------------------
Kringg... Kringg...
Suara alarm berbunyi membangunkanku dari tidur nyenyakku.
Aku mengucek mataku. Menatap ke arah jam beker yang berada di meja kecil samping tempat tidurku.
Sial. Aku terlambat.
TBC
Oke... Cukup sampai disini dulu ya. Untuk kak Eli, ini udah lumayan panjang kak. Wkwk.. Nanti kulanjutin lagi.
Sorry Farhan, dirimu gak cocok buat jadi pemeran protagonis.
Thanks buat kak Fuji, kak Marbun, kak Leyla yang udah ngasih ide.Don't forget to vote and comment guys !!!
DheAn_SWE
Medan, 21 Februari 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun In The Rainy Season
RandomCerita tentang perjuangan hidup seorang wanita. Ketulusan. Pengabdian. Amarah. Dendam. Serta cinta sejati akan diwarnai oleh isak tangis hingga air mata kebahagiaan. Cerita tentang pembalasan dendam seorang wanita.