Prolog

281 28 8
                                    

"Sara! ayo turun! Kita mau berangkat! Panggilan tersebut sudah pasti dari Kakakku, Kak Rara.

Kak Rara sangat suka memanggilku Sara, karena baginya itu merupakan singkatan dari Lisa dan Rara.

Bahkan ayah dan ibu juga diminta untuk memanggil aku dengan nama itu.

"Hooooaaaaaaaammmmmm" aku terbangun dari tidur dan membuka mataku secara perlahan.

"Kak Rara... " Aku melihat kakakku begitu semangat mengawali harinya. Ia lalu menarik tanganku dan membawaku ke bawah.

Aku yang masih dalam keadaan setengah sadar langsung terbangun melihat buku yang begitu banyak ada diatas sebuah meja cantik yang dihias rapi. disana juga ada satu kue yang begitu menonjol dan tulisan 'Happy Birthday, Sara ^_^'.

Lalu suara nyanyian ayah dan ibuku tiba-tiba terdengar di telingaku dan begitu membuatku bahagia.

"Ehm, tak kusangka, Sara-ku udah remaja dan sekarang makin cantik aja. Eh bukan remaja, tapi otw remaja, hahaha" Kak Rara mulai menggodaku.

Aku mulai membalas godaan Kak Rara, "Ehm, tak kusangka, Kak Rara-ku makin jago renang. Eh bukan jago, tapi otw jago, wkwkwk".

Kak Rara lalu memasang wajah terdiam dan telah kehabisan kata-kata.

Kami sekeluarga lalu berangkat menuju Taman Bermain Wisata Air yang berada jauh dari rumah. Tempat itu adalah tempat yang kusukai, karena jaraknya jauh, aku hanya bisa kesana saat libur saja.

Kami menginap satu malam di penginapan. Bagiku itu semua adalah hadiah terbesar yang aku inginkan. Mulai dari buku, kue, dan Taman Bermain bersama keluarga.

Aku bisa dibilang lebih handal dalam berenang dibanding kakakku. Karena itulah aku bisa memamerkan sesuatu kepada Kak Rara.

Kak Rara begitu handal dalam segala hal, kecuali satu 'Renang'. Tapi kesempatan itulah saat dimana aku bisa menunjukkan kelebihanku.
Ketika bermain di kolam, tiba-tiba, "Doorr!  Doorr!  Door! ".

Suara itu begitu terdengar keras bagiku, perlahan suara tembakan bertambah banyak dan keras. Aku yang sedang berada di dalam bagian ujung kolam mulai ketakutan.

Tempat yang begitu ramai seketika diam. Hal itu membuatku jadi tidak memiliki kekuatan untuk keluar.

Perlahan kolam yang ku tempati mulai bau dan berubah warna menjadi merah. Semua orang benar benar meninggal tepat di depanku.

Aku memikirkan bagaimana keadaan ayah, ibu, dan juga Kak Rara. Dari ujung kolam aku melihat mereka berkumpul dan terlihat sedang berbicara dengan seseorang yang tengah memegang sebuah senjata.

Ketika aku ingin keluar dari kolam, "Sara! dimanapun kau sekarang, kakak mohon untuk cepat pergi. Jangan kesini! Mereka akan membunuhmu! Pergilah! " teriak Kak Rara yang membuatku tak berani lagi keluar.

"Doorr! Doorr! Door!" tiga tembakan tersebut membuat ayah, ibu, dan Kak Rara jatuh ke kolam dan mengapung seperti yang lainnya.

Aku ingin berteriak, tapi tak bisa. Aku tidak boleh ketahuan. Rasa takut di kolam yang melihat mayat yang mengapung dan air yang berwarna merah gelap membuatku menangis.

Aku berusaha agar aku tidak menenggelamkan hidungku, dan bersembunyi di sudut kolam.

Tak kusadari orang yang membunuh keluargaku tadi, sudah berdiri di ujung kolam tepat dimana aku bersembunyi. Hanya saja aku di dalam kolam, sementara ia tidak.

Aku berusaha agar tidak mengeluarkan suara, dan saat itu aku merasa bersyukur bahwa aku memiliki ukuran tubuh yang kecil.

"Jadi nama anak itu Sara, Kemanapun kau pergi, aku akan mencarimu" suara laki-laki itu yang begitu menakutkan membuatku benar-benar ingin teriak minta tolong.

Saat orang itu melangkah keluar, tanpa kusadari aku mulai kehabisan nafas dan lansung menghirup nafas serta keluar dari kolam.

Aku lupa disana masih ada penjahat itu, ia lalu menembakku dengan begitu cepat.

Hari keberuntungan, peluru tersebut meleset. Aku berlari dan lari, tapi kakiku berbalik dan ingin melihat keluargaku terakhir kalinya.

Tiba-tiba "Doorrr" tepat satu tembakan mengenai bagian lengan atas ku. Hal itu nembuat tangan ku terasa begitu sakit sehingga tubuh ku terjatuh ke kolam yang lainnya. Kolam tersebut lebih dalam dari yang kutempati sebelumnya.

Aku melihat lorong yang cukup muat kumasuki di kolam tersebut, sebelum masuk kesana,  aku harus mengambil nafas sebanyak mungkin.

Namun penjahat tersebut melihatku, dan menembakku sekali lagi. Berkat pendarahan di perut itu, tembakannya meleset lagi. Aku lansung kembali ke dasar kolam dan masuk ke lorong tersebut tanpa pikir panjang.

I Don't Want To Be Alone...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang