Senja. Waktu yang tepat untukku melihat sebuah senyum semu. Walau tak nyata, semua itu bisa membuat perasaanku jauh lebih tenang. Jika aku bisa menahan senja, akan aku letakkan senja itu tepat di sampingmu agar aku bisa melihat senyum semu itu lebih lama lagi.Aku Jenny, mahasiswi jurusan seni di salah satu unversitas di Bandung. Sudah dua tahun aku berada di kota ini dan semakin lama aku semakin betah karena aku bisa melihat senyum semu itu. Kata orang Bandung adalah kota cinta, ku harap aku bisa bertemu dengan cintaku di tempat ini, dan ku harap orang itu adalah dia.
Sudah menjadi kewajibanku untuk datang ke perpustakaan setiap sore. Walaupun tidak ada jadwal kuliah, aku akan tetap mengunjungi perpus alasannya sudah jelas. Untuk melihat senyum semu itu.
Seperti hari ini, sudah lebih dari satu jam aku mencuri pandang ke arahnya. Setiap kali aku memperhatikannya, setiap kali pula jantungku berdetak lebih cepat.
" Jen, mau sampai loe ngeliatin dia? " suara sesorang yang tak asing lagi memecahkan lamunankuku alihkan mataku dan menemukan gadis berambut bob lengkap dengan tangan yang ia lipatkan di depan dadanya. Siapa lagi kalau bukan Uci, orang yang tahu semua kisahku dan dia.
" Sampai perasaanku jadi jauh lebih tenang " sambungku sedetik kemudian
" loe tahu Jen, kalau kayak gini terus waktu lie bakal kebuang percuma dan dia gak bakal kebal loe" sambung gadis cerewet itu sambil memperhatikanku dan dia yang ada di ujung sana
" Jen! Dengarin gue... " kali ini suara gadis itu memenuhi ruangan yang sesak akan buku-buku ini
semua sorot mata termasuk matanya tertuju padaku dan Uci yang duduk di pojok bangku yang langsung mengantarkan mata kami ke gerbang depan kampus. Ku alihkan tatapanku ke arah Uci dan mengangkat alis mataku sebagai isyarat ada apa. Gadis itu membalas tatapanku dengan tajam dan sedetik kemudian meninggalkan semua sorot mata di sini.
Mataku mengantarkan Uci sampai ke pintu perpus dan kembali ke buku yang ada di atas meja, walaupun pikurannku tak di sana.
Sesekali ku alihkan mataku kearahnya. Matanya, hidungnya, senyumny dan ... buku itu. Sudah lebih dari satu tahun lelaki itu membacanya. LOVE saat CINTA ada di depan sana. Itu judulnya, dengan cover berwarna hitam dan kilauan pink.
Entah buku apa itu. Novel? Selama itukan membaca sebuah novel? Ku yakin tidak. Maybe he have a reason.
Ku pastikan besok aku akan mengambil buku itu. Ku sadari ada sepasang mata yang sedang menatapku, ku angkat mataku dari buku itu ke arah sepasang mata itu.
Deg.
Mataku bertemu dengan sepasang mata pemilik senyum semu itu segera mungkin ku alihkan mataku kembali ke buku yabg ada di hadapanku san melirik jam yang melingkar di tanganku.
Deg.
Deg.
Deg.
Detak jantungku terus meningkat seiring dengan semakin dekatnya jarum jam ke angka enam. Ku alihkan mataku ke luar jendela saat jam tepat menunjukkan pukul 17.30.
Tiga.
Dua.
Satu.
Ku alihkan lagi mataku ke arahnya.
Senja.
Senja tepat disampingnya, menyinari wajahnya, dan ku temukan senyum semu itu.
###
Don't forget to read the next chapter...
😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum di balik CINTA di ujung Senja
Teen Fictionketika takdir mendamparkanmu di tempat yang tak pernah ada di daftar keinginanmu, ketika kedatangannya memberikanmu alasan untuk tetap bertahan, dan... ketika senja yang hanya bisa mempertemukanmu dengannya. Di saat itu lah, aku ingin tetap bertahan.