Semoga harapanku menjadi nyata.
Saat dimana seseorang dapat melengkapi kepingan hatiku yang kosong.
Aku seperti bertemu oase di tengah gurun pasir.
Membuat hatiku seakan menemukan kepingannya.David
Mentari menyinari dengan terang, hingga hanya menyisakan sedikit awan di langit biru, aku mengayuh sepeda merahku sedikit lebih cepat sambil menikmati roti gandum yang masih tersisa setengah potong lagi di tanganku."David!" Seorang bapak tua yang sedang menyapu halaman rumahnya menyapaku.
"Pagi pak!" Seruku sembari tersenyum.
Aku David Hartanto, orang-orang biasa memanggilku David, usiaku saat ini 16 tahun, tapi bulan depan 17 adalah angka baruku. Aku duduk di kelas 2 SMA Rajawali, hobiku menonton bioskop dan olahraga favoritku karate, karena aku ingin seperti ayahku yang di masa mudanya menjadi atlet karate.
Masih pukul 7 pagi, kelas masuk jam 8, sesuai rencanaku, ada 1 jam untuk aku mengulang kembali mata pelajaran kemarin, tentunya di café langgananku, Chocolava café .
"Brownies kukus dan air mineral kan?" Tanya pelayan di depanku ketika aku menghampirinya, ia sudah hafal dengan menu yang selalu aku pesan.
"Yap benar mas." Senyumku.
Setelah membayar pesananku seharga tiga puluh ribu rupiah, aku kemudian duduk di kursi putih ujung sejajar dengan pintu, dekat stop kontak karena baterai ponselku tersisa 14% lagi.
Aku membuka tas dan mengambil buku pelajaran sejarah, ketika aku meletakkan bukuku diatas meja kulihat dari pintu ada gadis yang mengenakan seragam sama denganku, rompi warna merah dengan corak kotak-kotak, tapi aku sepertinya belum pernah melihat dia disekolah.
Gadis itu sepertinya sebaya denganku, rambutnya lurus panjang berwarna hitam dan wajahnya yang cantik natural, aku tidak tahu apa yang sedang kurasakan tapi seperti ada aura lain dalam dirinya, aura yang membuat hatiku seakan menemukan kepingannya.
Aku lihat dia memesan sesuatu, kemudian pergi menuju lantai dua café , tanpa pikir panjang aku beranjak dari kursi dan menghampiri pelayan.
"Mas, tadi pelajar yang seragamnya sama seperti saya pesan apa ya?" Tanyaku.
"Dia pesan cokelat panas mas,"
"Sudah jadi?"
"Ini baru saya tuang ke cangkir mas,"
"Boleh saya yang mengantarkan mas?"
"Boleh mas,"
"Terimakasih."
Andria
Namaku Andria, Andria Faranisa Aznii, artinya perempuan baik hati yang gembira karena memiliki cinta, begitu yang ibu beritahu pada saat ulang tahunku yang ke-5.Tapi walaupun namaku terdengar romantis, sesungguhnya aku tidak terlalu memikirkan cinta, apalagi pacaran, menurutku masih banyak waktu yang bisa aku gunakan dengan kegiatan positif daripada hanya sekadar untuk pacaran, karena saat ini, itu bukan prioritasku.
Aku yakin, cinta pasti akan datang pada saat yang tepat, saat dimana seseorang dapat melengkapi kepingan hatiku yang kosong.
Langit yang cerah, di café yang didominasi warna putih dan jingga ini aku baru kembali berkunjung, terakhir aku kesini tahun lalu di bulan maret, padahal jaraknya tak terlalu jauh dari rumahku, tapi pagi ini tiba tiba aku ingin cokelat panas yang sepertinya cocok untuk cuaca yang masih terasa dingin atau mungkin juga suhu badan aku yang sedang tidak baik.
Aku memandang kearah luar dari jendela café di persimpangan jalan ini, seperti di dekat kampus dekat toko buku, ada warga lokal yang sedang memberi petunjuk pada turis asing, kemudian ada seorang Ustadz, siswa SMP, dan Polisi lalu lintas yang membantu mendorong mobil biarawati yang mogok, sungguh pemandangan yang damai, melihat orang-orang dari berbagai suku, agama dan ras saling rukun dan tolong menolong, membuatku tersenyum, terimakasih Tuhan telah melahirkanku di negeri yang indah ini, Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPINGAN HATI
RomanceDavid, Andria, Karissa dan Reyhan, 4 hati yang terbalut luka, hancur berkeping-keping dengan kisah berbeda. Mampukah mereka menemukan bahagia?