Black days

44 4 0
                                    

"I'm gonna love you inside out"

~Rara

Sintaaa... helaku, ada apa Sinta? Waktu itu aku sangat gelisah, ada apa dengan Sinta?, mengapa ia berkata seperti itu padaku? Pertanyaan yang muncul waktu malam itu, sepanjang malam. Ponselku berdering, ada pemberitahuan. Aku segera mengambil ponselku, aku mengecek pemberitahuan itu. Terlihat akun anon, tanpa nama, identitas ataupun foto. Akun itu mengaplod sebuah foto, itu foto ku dan Ry. Ha? Siapa ini? Mengapa ada foto ku dan ry? Siapa yang sudah memotretku dan Ry? Oh tidak ini grup sekolah. Aku mulai berpikir siapakah pemilik akun ini. Foto tersebut pun dipenuhi dengan komentar, ada yang berkomentar negatif ada pula yang berkomentar positif. Aku menscroll komentar tersebut, aku melihat akun Sinta. Sinta berkomentar "hhh... seperti itulah jika teman sok kagak tau, padahal nikung. #nyinggungtemen" oh Tuhan aku sudah mengerti mengapa Sinta marah kepadaku, dia melihat foto ku dan Ry di galeri ponselku, foto sewaktu di restoran. Ahh siapakah pemilik akun ini? Dia menyusahkan ku.

~~~

1 Desember 2015
Aku segera ke sekolah untuk menjelaskan semuanya kepada Sinta, bahwa Aku dan Ry hanya sebatas sahabat kecil, ini tidak lebih. Aku berjalan di lorong sekolah untuk menemui Sinta, selama perjalanan aku selalu diejek ataupun dipuji dengan siswa siswi disini. Oh tidak ini menyusahkan ku. "Huu, nikung sahabat Barbie?!" "Ada yah Barbie pengkhianat?" "Astaga biee, lo itu bangsat, lo Munafik" ejek mereka. Sinta Sinta kamu Dimana? Helaku. "Sinnn....!!!" Teriakku menuju kantin
"Sinta lo harus tau sinn..."
"Tau apa? Tau Kalo lo itu sama kayak sampah" teriaknya di depan banyak orang.
"Aku itu sama Ry hanya temen biasa!"
"Temen biasa? Lucu banget!"
"Sinn"
"Lo harus tau, lo bilang Kalo lo kagak kenal Ry, tapi kenapa lo bilang sekarang Kalo lo itu temenya" jelasnya
"Oke oke aku ngaku salah, maaf!"
"Ha! Ngaku kagak bisa selesaiin semua ra, lo bilang temen tapi kok deket banget, kayak orang yang sedang kasmaran"
"Nggak sin, aku gak pacaran sama Ry"
"Alahhh , jelas jelas foto foto di grup itu Beneran, masa sih temen biasa bisa sampe gendong gendong gitu, apalagi di restoran itu, ha ini jelas ra"
"Dugaan mu salah sin"
"Sudahlah, lo itu kagak lebih dari pinocchio, bohong nya kagak bisa diampuni"
"Terus aku harus apa sin?"
"Makan sampahhh, mulut lo terlalu bersih, jadi mau dikotorin dikit" hina nya sambil meninggalkan ku dengan di tonton semua orang di kantin. Aku menangis, Sinta sudah tidak mempercayaiku.

Dibawah pohon mangga, aku menangis karna sikap Sinta padaku. Dia sudah membenciku.
"Hai raa" teriak seseorang
"Hai"
"Eh kok nangis" ucap Fandi
"Nggak kok fan"
"Masa sih?"
"Kagak papa fan, cuman kelilipan"
"Kelilipanya 2 mata?"
"Hh iya fan"
"Nggak mungkin, disini kurang debu"
"Mmm nggak papa fan"
"Masa sih, kenapa nangis Kalo nggak papa"
"Mmm"
"Cerita sama aku raa"
"Fan salah nggak Kalo kita menyembunyikan sesuatu sama sahabat?"
"Tergantung sih ra, kalo itu memang harus di sembunyikan, yah terpaksa harus disembunyikan"
"Aku heran sama Sinta"
"Memangnya Sinta kenapa?"
"Sinta menganggap Kalo aku dan Ry itu pacaran"
"Memangnya hubungan mu dan Ry apa?"
"Aku dan Ry cuman sahabat kecil, aku sudah mengetahuinya sejak masih kecil"
"Alhamdulillah" bisik Fandi
"Ha? Ada apa?"
"Nggak papa kok"
"Memangnya kamu ngomong apa tadi?"
"Aku ngomong Ohh gitu, ternyata sahabat kecil"
"Ohh aku kira kamu bilang Alhamdulillah"
"Nggak raa, eh ngapain disini, kita ke Warung Bii popon aja Yuk"
"Dimana tu?"
"Disamping sekolah, disana ada sup kakap yang enak banget, dijamin kamu nambah"
"Beneran?"
"Iyah Beneran, Yuk!!" Sambil menarikku.

"Biii sup kakap 2 yah" teriak Fandi.
"Baik denn"
"Kamu udah lama makan disini?" Tanyaku
"Mm iya, sebelum masuk ke sekolah ini"
"Lama juga yah"
"Iya, aku sering diajak sama ayah kesini"
"Enak yah punya ayah"
"Iya, ayah baik, selalu ngajak aku main basket Kalo sore"
"Pasti seru"
"Kalo ayah kamu gimana ra?"
"Papa udah ada di surga fan"
"Innalillah, maaf raa, aku nggak tau"
"Nggak papa"
"Mmm enak fan, enak banget malah" ucapku
"Memang enak, Bi popon juga cantik, kayak ra!"
"Ha? Kayak siapa?"
"Kayak alyah maksudku"
"Aku kirain kamu bilang kayak ra! , oh iya, Kamu cocok banget sama Alya"
"Ahh nggak ah"
"Ih Beneran fan, dia cantik, baik, kayaknya peduli banget sama kamu"
"Ah udah ah, males bicarain Alya"
"Ih kan kamu bilang Alya cantik"
"Iyah memang cantik"
"Terus?"
"Mmm,, cantikan ra!"
"Cantikan siapa?"
"Raraaaaaaaaa!!!!!!" Teriak Fandi
"Hah?" Aku heran, mengapa Fandi berkata seperti itu, dia kan punya alya, ngapain aku dibilang cantik dari Alya.
"Kenyataan kan, kamu lebih cantik dari Alya"
"Udah, aku nggak mau dibandingkan!" Tegas ku
Suasana menjadi tegang, aku sangat canggung berbicara kepada Fandi, mungkin dia juga canggung berbicara kepadaku. Aku menatap keluar Warung Bi popon, tiba tiba Fandi memegang kepalaku.
"Ih kenapa?" Tanyaku
"Mmm" sambil memperlihatkan sebuah daun.
"Oh gitu" jawabku singkat
"Makasih nya mana biee?"
"Makasih" dengan nada tegas.
"Kok marah?"
"Kamu tuh!"
"Oke oke aku minta maaf"
"Mmiya"
"Dimaafin?"
"Tergantung"
"Tergantung apa?"
"Berapa mangkuk sup yang kamu traktir"
"Yah Rara aku kirain apa"  Fandi langsung tertawa.
"Yuk kembali ke sekolah, kayaknya udah mau hujan"
"Mmmiya"
Kami pun langsung ke sekolah, selama Fandi meninggalkan ku di dekat gerbang sekolah, sepanjang perjalanan mata orang orang sekitar menuju kearahku, Aku seperti setan, dipandang sinis. Ry kamu Dimana? Aku membutuhkan mu!!. Sesampainya dikelas, meja dan kursi ku sudah dipenuhi permen karet, saus dan hal hal yang menjijikkan. Aku heran dengan orang orang, mengapa sekarang berita hoax malah dipercaya? Pertanyaan yang sulit. Aku pindah ke kursi paling belakang, didekat jendela, plus bagian sudut. Pelajaran fisika dimulai, aku sangat tidak fokus dengan pelajaran waktu itu, aku masih dihantui hujatan hujatan tadi, ini seperti lawan terbesarku.
"Rara, maju kerjakan soal Diatas!" Ucap Pak Gandi guru fisika. Pada saat itu aku tidak mendengarnya karna aku sedang berada di negri khayalan ku
"Raraaaa!!!!!" Teriaknya
"Woeee, barbieeee!!!!" Teriak salah seorang, dan aku belum mendengarnya. Pak gandi menuju ke belakang tepatnya disamping ku, dia langsung memukul meja. Aku sangat kaget dengan suara yang dihasilkannya. Teman teman sekelasku menertawai ku.
"Hahaha udah nikung, congek lagi" kata salah seorang dikelas.
"Aku baru liat Barbie congek, dia itu barsak" kata Linda
"Apaan tu barsak lin?" Tanya Sinta
"Barbie rusak!!!"
"Hahaha" semua teman sekelasku tertawa, miris Pak gandi juga tertawa. Sungguh, ini sangat menyakitkan. Apa yang harus kuperbuat?.
"Oke diam!, kita tanya ke barsak dulu! Kenapa kamu melamun ha? Ucap Pak gandi dengan nada tegasnya.
"Mmm anu Pak!!"
"Anu anu apaan?" Tanyanya
"Mmmm"
"Kamu itu siswi terpintar Rara, kamu sudah memberikan contoh buruk"
"Maaf Pak"
"Ini sebuah kesalahan, dan bapak harus adil, kamu harus dihukum"
"Siap Pak, saya siap dihukum"
"Berdiri ditengah lapangan sampai jam pulang"
"Siap Pak!"
Aku menuju ketengah lapangan yang sangat panas, karna terkena paparan sinar matahari langsung, dan aku harus berdiri selama 3 jam lebih disini, perlahan ada seseorang laki laki yang mulai menghampiriku.

Budayakan baca terus vote.
Terus ikutin!

Untuk RyWhere stories live. Discover now