Prolog

8 0 2
                                    

Mereka sudah menemukanku. Aku sungguh lelah, tapi di sana, di taman itu telah menunggu seseorang yang selama ini aku tunggu. Seseorang yang sangat berarti. Seseorang yang membuatku berubah, seseorang yang tak akan pernah lepas dari ingatanku. Seseorang yang sangat penting di hidupku. Apakah aku akan berakhir dengan di bunuh? Apa hidupku sudah tidak berati lagi? Apa aku akan berpisah darinya? BRUKK, tubuhku terhempas menggelinding, aku sudah pasrah mungkin ini adalah akhirku. "Lihat di sana!" benar, hidupku akan berakhir. Lihat, mereka menemukanku yang sudah tak berdaya. Aku tak sanggup untuk berdiri lagi. "Aku akan menunggumu, aku yakin kau akan datang. Aku akan selalu menunggu." Seketika kekuatan itu kembali, kekuatan untuk bangkit kembali. Dia, menungguku. Dia yakin aku akan datang. Aku harus pergi ke sana. Aku sudah berjanji akan kembali lagi. Aku sudah berjanji padanya. Aku tak akan lari lagi. Aku tak akan meninggalkannya, aku tidak ingin dia terlalu lama menungguku sama seperti dulu. Aku akan mengerjanya. Dia sudah menungguku setelah sekian lama.

Kakiku sudah penuh luka. Sungguh melelahkan. Tapi, aku tidak akan menyerah. Aku harus berjuang! DOR!!! Kakiku berhasil di tembak, argh.... Aku tidak boleh menyerah! Ku paksakan kaki ini untuk berjalan. Di sana, dia..... Menantiku. DOOR!!! Peluru kembali meluncur tepat ke arah kakiku. Aku yakin merka tak akan membiarkanku untuk mati. Mereka hanya menangkapku dan kembali menyuruhku untuk melakukan pekerjaan yang keji itu. Aku tak ingin hidupku berakhir mejadi pembuat dosa. "Berhentilah! Kau! Jangan menghindar! Kau seumur hidup hanya bekerja untuk itu! Tanganmu sudah kotor! Tak dapat di bersihkan! Kita di lahirkan untuk pekerjaan itu! Pekerjaan itu sudah mengalir di dalam darah kita!" langkahku terhenti mendengar suara itu. Suara itu, aku sungguh mengenalnya. Air mataku hampir mengalir. Perlahan kubalikkan badanku. Dari jauh ku lihat dia tengah berdiri di antara orang-orang itu. "Kau, mengapa kau harus lari? JAWAB!!! JAWAB JASON!!!" ku menundukkan kepalaku, ku gigit bibirku. "Kau tak perlu tahu! Dan satu hal lagi, aku bukan JASON YANG KAU KENAL!" kembali ku balikkan badanku, ku seret kembali kaki yang sudah berlumur darah. "JASON! JAWAB AKU!" tidak, sekali-kali tidak, biarlah dia adalah orang yang penting di hidupku, biarlah dia menangis darah di hadapanku. Aku tak peduli, bagiku, aku yang dulu sudah menghilang, sekarang, aku harus menepati janjiku pada orang yang ku tunggu dan yang menungguku. GREB!!! Tubuhku di peluk dengan erat. "Jason, bagiku kau sangat penting, hanya kaulah satu-satunya saudara yang ku punya. Hanya kau, Jason." Aku terdiam, apa aku harus kembali? Kembali ke pekerjaan hina itu? "Aku percaya pada pilihanmu." Suara itu terngiang-ngiang di kepalaku. Apa yang harus ku pilih? Seketika semua ingatanku seperti memutar waktu. Aku pun tersenyum. "Lian, maafkan aku....." DOR!!! Peluru kembali di luncurkan bersamaan dengan menetesnya air mata.

The Blood KillerWhere stories live. Discover now