Chapter 1

5 0 0
                                    

Chapter 1

Ini adalah kisahku sekitar empat tahun lalu. Dimana, di masa itu adalah masa yang sangat kelam. Benar-benar kelam. Hidupku bagai daun yang terbang tak tahu tujuan. Walau begitu, aku mempunyai pekerjaan yang telah mendarah daging di tubuhkuk. Yaitu seorang PEMBUNUH. Aku melakukan pembunuhan pertama kali ketika aku masihlah belia. Yaitu sepuluh tahun.

*****

CRATT!!! Darah bermuncratan dimana-mana. Wajahku penuh dengan darah yang muncrat akibat tusukan itu. Tanganku gemetar memegang pisau itu. Wanita itu tereletak tak berdaya. Kakakku berdiri di sampingku dengan tatapan tak percaya. "JASON!!! APA YANG KAU LAKUKAN?!" teriak kakakku. Aku tetap diam mematung menatap wanita itu. "Kalian.... Kalian... DASAR.... BRENGSEK!!!" wanita itu memaki kami., kembali ku luncurkan pisau itu ke arah perutnya. Wanita itu memuntahkan darahnya. "Kalian.... KURANG AJAR!!!" CRATT!!! Kembali ku luncurkan pisau itu ke perutnya. Kakakku yang di sampingku hanya berteriak sambil memegang lenganku. Tapi aku lebih kuat dari kakak, aku berhasil menusuk wanita itu lagi. Lagi.... Lagi.... Dan lagi... tiap kali wanita itu memaki kami, aku menusuknya dengan pisau. Kakak kembali menahanku kali ini dia memelukku dengan erat, "ku mohon hentikan Jason, hentikan..." dia menangis, air matanya membasahi punggungku. Setelah itu kami melarikan diri dan pergi dari rumah itu selamanya, kami hapus semua jejak-jejak bahwa kami pernah ada di sana. Aku tak akn kembali lagi ke sana. Tidak akan. Di jalan kami hanya menatap kosong jalanan. "Lian, maafkan aku.... Aku..." Lian membalikkan badannya. Lalu, menamparku sekuat tenaga. "BODOH!!! DASAR BODOH!!!" aku hanya bisa menunduk. "Kau tahu? Kenapa kau harus mengikuti ayah? Kenapa kau harus menuruni bakat itu? Padahal aku berharap kau tidak akan pernah melakukan hal itu!" teriak Lian. Aku mengerutkan dahi tanda bingung, "apa maksudmu Lian?" Lian menatapku, tatapan yang sangat sedih, di tariknya nafas perlahan. "Kau tahu? Kau menuruni bakat ayah, kau benar-benar tenang saat membunuh wanita itu, kau benar-benar mirip ayah. Kau tahu? Ayah adalah seorang.... PEMBUNUH!!!"

Seketika aku terbangun dari tidur. Air keingat mengucur deras di kepala. Itu sudah lama sekali, tiga belas tahun yang lalu. Umukusudah menginjak dua puluh tiga sekarang. Aku pun beranjak dai kasur menuju cermin. Ku tatap wajahku. Wajah yang penuh dosa. Aku tersenyum, ini sudah menjadi takdir. Mimpi itu adalah mimpi terburukku. Wanita yang kubunuh itu adalah ibuku. Bukan, bukan ibu kandung tapi ibu tiriku. Aku tak pernah sekali pun memenaggilnya ibu. Aku selalu memanggilnya hanya dengan nama, yaitu Lita. Aku benci wanita itu, sungguh membencinya. Kakakku, Lian, selalu di pukul, di jambak, di tendang. Aku juga sama. Tapi, aku tak tahan melihat wajah kakakku yang penuh luka olehnya. Bialah aku, cukuplah aku yang disiksa olehnya. Di hari itu, Lita memeperlakukan kakakku dengan sangat kasar. Dia sudah berlebihan. Kakakku, di cekik olehnya. Aku yang ketakutan, takut melihat kakakku hampi mati, dengan segera mengambil pisau dan menusuknya. Ah, kejadian yang sudah lama sekali. Tapi, di hari itu, aku telah merubah hidupku. Hidupku yang dulu putih bersih tanpa noda. Semuanya musnah seketika di hari itu. Aku telah mengotori tangan ini, hati ini dengan membunuh. Perbuatan yang paling keji. Apalagi ketika tahu bahwa ayahku seoang pembunuh. Bukan pembunuh biasa, tapi pembunuh bayaran. Ayahku membunuh orang-orang yang tak punya salah padanya. Ayahku membunuh sesuai permintaan orang. Ayahku sudah lama meninggalkan kami. Ayahku meninggalkan kami ketika aku masihlah kecil. Terakhir kali aku mendengar kabar tentang ayah, ayah sudah meninggal. Dan semenjak itulah Lita mulaimenyiksa kami dengan kejam. Ah, lupakan, aku sudah muak dengan kenyataan itu.

KREEK.... Ku buka pintu rumahku. Lalu, terlihatlah sebuah amplop berwarna merah kehitaman. Tergeletak di depan pintu rumahku. Ku lirik ke kanan dan ke kiri. Lalu, segera mengambil amplop itu, ku tutup kembali pintu rumah dan segera membuka amplop itu. Kali ini target seorang pria, dengan tinggi 180 cm, berbadan besar, pekerjaan seorang karyawan biasa. Lokasinya di taman kota. Waktu, siang ini jam dua tepat. Ku taruh amplop itu ke dalam laciku. Ku arahkan kakiku menuju ruangan rahasia yang hanya aku saja yang tahu. Disana, banyak sekali senjata. Kali ini aku akan memakai sniper. Karena lokasi kali ini adalah daerah yang ramai di kunjungi orang. Akan sangat berbahaya jika aku terang-terang memakai pistol biasa untuk membunuh orang di tempat keramaian.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 09, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Blood KillerWhere stories live. Discover now