Mundur atau Hadapi

53 4 3
                                    

Abigail tengah duduk menyendiri di sudut cafe yang bernuansa classic itu. Seorang pelayan menghampirinya dengan membawa nampan berisi pesanan Abigail. Hanya secangkir cokelat panas. Hanya itu adalah menu yang cocok untuk menenangkan pikirannya di cuaca dingin ini.

"ini mbak pesannya,"

"Oiya, makasih," jawabnya sambil tersenyum.

Mata nya berfokus pada pesan yang masuk ke ponsel nya "Reuni Angkatan 2009". Refleks Abigail mendesah pelan. Tiga rangkaian kata itu sudah mampu membuatnya bernostalgia akan masa-masa muda nya dulu. Hanya seorang itu yang pertama kali terlintas di pikirannya. Tak sadar matanya berubah menjadi sendu namun sudut bibirnya tersenyum. Spontan ingatan itu muncul membanjiri setiap sudut otaknya. *Drrt* *Drrt* Ponsel Abigail berbunyi, refleks dia menatap layar ponselnya "Jasmine".

"Ya jasmine, ada apa ?"

"Kenapa suara lu Bi. Lemas banget. Oiya lo uda baca group line ga ? Kita ngadain reuni"

"Udah, emang kenapa ? Semangat banget"

"Ya gue kira lo belum tau. Kan lo males banget megang HP. Ya jelasla gue semangat, ketemu teman-teman lama."

"lusa kan ?"

"Yo'i. Gue nebeng mobil lo ya. Mobil gue lagi di service di bengkel"

"Astaga, rumah lo kan jauh Jas."

"Yaelah, ama teman sendiri. Dulu gue sering kasi tebengan ke lo. Sekarang ? kacang lupa kulit ni ya."

"Ye maap, ntar gue jemput. Sumbu pendek banget. Eh, lo lagi dimana ?"

"Ni baru keluar dari kantor, kenapa emang ?"

"Datang ke cafe depan kantor Jas. Gue sendiri, males gue diketawai pengunjung lain. Dikira gue jomblo karatan."

"Lah emang faktanya gitu kok."

"Lo berangkat sendiri lusa. Gue lebih milih jadi kacang lupa kulit dibanding dikatain teman sendiri,"

"Yaelah, becanda. Sumbu pendek ni ye. Yaudah gue samperin."

Tak lama, Jasmine sampai disana. Kemudian dia menyapu pandangan ke setiap sudut ruangan. Didapatinya Abigail sedang melambai ke arahnya dan kemudian Jasmine menghampirinya.

"Bi liat posisi duduk lo sekarang, anak-anak baru oek juga bakal tau kalo lo jomblo karatan,"

"Mbak, saya pinjam pisaunya, boleh?" Tanyanya pada seorang pelayan.

"Gajadi mbak, teman saya ngacok ni, hehe."

"Segitunya Bi. Kenapa lo ga nyoba cari si ? Jodoh tu udah ditentuin ama Tuhan, tapi kalo kita gaada usaha, gimana mau dapat," lanjutnya.

Raut wajah Abigail berubah, matanya kembali sendu. Dia pun menanggapi apa yang dikatakan Jasmine. Apa dia terlalu berfokus pada masa lalu. Apa dia masih menunggu sesuatu yang semu. Apa dia salah karena hanya menempatkan satu orang di hatinya dan dengan egois melarang siapapun masuk kesana. Abigail merasa dirinya bodoh karena terintimidasi oleh perasaannya sendiri.

"Bi, aku tau cuma Danish yang ada di hati lo. Tapi gue gamau lo harus berakting sampai saat ini. Gue tau dan ikut ngerasain patah hati lo yang mungkin belum sembuh sampai sekarang. Tapi Bi, gue udah kenal lo dari kita masih bocah, gue udah nganggap lo jadi saudara gue. Gue gamau lo sedih. Hanya dua hal yang bisa gue saranin ke lo. Hadapi atau mundur. Lusa, di acara reunian nanti lo harus lakuin kedua saran gue ini. Jangan tahan Bi, gue jadi sedih."

Abigail hanya tersenyum, matanya mulai memberat. Air matanya yang tak terbendung kemudian menetes. Menumpahkan segala kegundahan di hatinya saat ini. Hanya Jasmine yang mengerti dia dan dia bersyukur akan itu.

.Take Me Back.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang