Untuk kali ini, aku melihat senyummu dibalik kabut pagi. Air ini masih menetes ringan dipilu awan—masih tersisa perih bekas semalam. Tanah pasundan kembali basah, sayang. Aku yang tersungkur membeku terbelai hempasan angin, kepiawaiannya menusuk pada inti hati. Syarafku bekerja cepat mencipta rindu—kali ini merindu tentang kita—yang ternyata tidak sampai bahagia.
Disini, aku sempat memanggil namamu, mencoba mengilhami diri dibalik jeruji patah hati. Dibalik jendela ukuran lima puluh kali lima puluh sentimeter, butir hujan seakan mencoba membawa rinduku kepadamu—ku tidak yakin akan sampai dengan sempurna. Sesempurna sakit ini, sesempurna rasa rindu yang semakin membulat.
Sayang, bagaimana kabar sang terkasih? Ku dengar awan salah membawa pesan untukmu, karena yang ku terima adalah kebahagiaanmu yang lain—dengan yang lain, yang lebih pantas. Maafkan aku, untuk kesalahan dulu yang tidak pernah bisa ku tebus lagi. Maaf, karena pandanganmu sekarang tidak bisa mengarah kepadaku lagi.
Semua sudah membentuk dinding masing-masing.
Seakan tau apa maksudku, kau membentuk dinding untuk diriku. Untuk aku yang dulu pernah menghancurkan pertahananku untukmu. Sayangnya, aku terlalu bodoh untukmu. Khayalanku terlalu pandai membuat skenario cerita. Cerita berakhir indah dengan kisah pilu disela-selanya namun tidak berdampak apapun padaku sekarang.
Yang ada hanyalah kekecewaan.
Beritahu aku, sebutkan cara untuk bisa melupakan seseorang yang sudah lama ingin dilupakan? Bantu aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung Hujan Lagi
Poetrybisakah kalian mendeskripsikan rintikan hujan? atau hanya sekedar menerka? - - Genre: Teen-Romance copyright to Literallyns 2017.