BECAUSE I LOVE YOU
Siang itu aku duduk di bawah pohon besar yang terdapat di taman di kampusku. Jam kuliahku baru saja selesai dan aku memiliki waktu luang, akan tetapi pulang tak ada dalam daftarku saat itu. Masih banyak mahasiswa yang berkeliaran di sekitar kampus, entah karena ada kelas atau hanya sekedar nongkrong-nongkrong saja. Seperti aku yang memilih duduk dan mengamati sekitarku.
Aku mengeluarkan sebuah skets book dari dalam tasku, mengambil pensil dan juga penghapus. Seperti yang biasa aku lakukan, aku langsung melarikan pensilku di atas lembaran sketsaku. Goresan-goresan tidak jelas yang kubuat perlahan-lahan berubah menjadi sebuah objek nyata. Bagaimana pun menggambar adalah keahlianku. Aku kan anak fakultas seni. Setiap pulang kuliah, aku selalu mengambil tempat yang sama seperti tempatku sekarang ini. Kemudian mulai membuat sketsa apapun yang ada di sekitarku. Kadang aku hanya melukis sebuah pohon besar yang ada di dekat parkiran, yang biasanya selalu dipakai anak-anak fakultas Ilmu Alam untuk nongkrong. Atau kalau aku sedang mood, aku akan menggambar sketsa orang-orang disekitarku.
Kali ini aku mencoba menggambar sketsa seorang cowok yang duduk bergerombol bersama teman-temannya, tak jauh dari tempatku duduk. Cowok itu sedang tertawa bersama teman-temannya. Aku sering melihat cowok itu di kampus. Meski aku tidak tau dia mengambil jurusan apa, tapi aku sering berpapasan dengannya. Dan belakangan, cowok itu mulai suka nongkrong di taman kampus.
Setelah sketsaku mulai menampakkan rupa, aku tak lagi mencuri pandang ke arah cowok itu dan teman-temannya. Aku hanya perlu mempertegas garis-garis kontur pada gambarku agar mempertajam rupa cowok itu bersama temannya. Walaupun aku begitu terfokus pada apa yang sedang aku kerjakan, bukan berarti aku tidak sadar ketika ada seseorang yang duduk di sebelahku. Karena aku merasa diperhatikan, aku pun mengalihkan tatapanku dari buku sketsaku. Dan kudapati cowok yang kujadikan model sketsaku itu telah duduk disebelahku. Aku kontan mengerjap kaget.
“Kamu ngapain?” tanyaku.
“Sorry, aku lihat kamu asik banget, jadi tanpa sadar aku menghampiri ke sini,” kata cowok itu. “Gambar apa sih?” tanyanya.
Aku pun memperlihatkan gambarku padanya. Aku tak melihat adanya keuntungan bagiku jika menyembunyikan fakta bahwa aku melukisnya tanpa ijin. Kulihat cowok itu mengerutkan alisnya dan menatap goresan-goresan tidak beraturan yang ada di buku sketsaku.
“Kok kayak pernah lihat ya…” gumamnya.
“Itu kamu,” kataku menjelaskan.
“Hah?!? Aku?? Kok cakepan di gambar sih?!” serunya.
Aku tak menggubris ocehannya yang mulai mengomentari gambarku. Sebaliknya, aku mulai membereskan alat tulisku dan memasukkannya ke dalam tasku. “Kalau kamu mau, kamu boleh mengambil sketsa itu. Aku nggak masalah, aku masih bisa gambar yang lainnya.”
“Serius ini boleh aku ambil?? Tapi, kenapa kamu melukis aku?” tanya cowok itu. Belum sempat aku menjawab, cowok itu kembali berseru keras. “Aahh… kamu naksir aku ya??”
“Jangan bicara sembarangan! Di sketsa itu bukan cuma ada kamu!” sergahku kesal. Apa-apaan cowok ini? Percaya dirinya tinggi sekali! Dengan jengkel kuraih tasku dan mengambil buku sketsaku dari tangan cowok itu. Kulepaskan sehelai kertas berisi gambar cowok itu, kemudian aku beranjak pergi.
“Eeh, mau ke mana??”tanya cowok itu.
“Pulang,” sahutku singkat tanpa menoleh ke arah cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE I LOVE YOU
KurzgeschichtenDia seperti matahari, yang menyebarkan kehangatan pada orang-orang di sekelilingnya. Aku bisa merasakan efeknya pada diriku. Setiap kali dia tersenyum atau tertawa, aku tak bisa mengendalikan otot-otot bibirku yang memaksa untuk ikut melekuk ke atas...