Satu

64 9 9
                                    

Rintik-rintik hujan membasahi jendela kelas Kana. IPA 12-2. Kana sangat suka hujan,biasanya kalau hujan dia akan keluar rumah bermain hujan, menari-nari dirumput yang basah seperti anak kecil.

Kana diam melamun memandang butiran-butiran air dari langit tanpa memedulikan pelajaran Bahasa Indonesia-yang menurutnya membosankan. Sedang asik melamun di kursi pojok paling belakang, tiba-tiba bu Mala, guru bahasa membuyarkan lamunan nya.

"Kana Charissa, kenapa anda melamun di kelas saya?!, bila tidak berkenan di kelas saya silakan keluar!" Bentak bu Mala dengan kesal.

Semua pasang mata tertuju pada gadis pendiam ini. Sesekali berbisik.

Teman sebangkunya sekaligus sahabatnya dari SMP, Nauval lebih tepatnya Val. Melirik kana dengan tatapan khawatir karena sahabatnya itu tiba-tiba melamun.

"Maaf bu, saya tidak akan mengulangi lagi" Kana membuka suara sambil menunduk.

"Kali ini saya maafkan! Setelah ini saya tidak mau melihat kamu melamun di kelas saya lagi." Amarah bu Mala mulai mereda.

Anak-anak yang lain kembali menatap papan tulis dengan memperhatikan pelajaran dengan seksama takut hal yang sama terjadi lagi.

Kana menghela napas lega saat pelajaran kelas bahasa ini berakhir dengan bunyinya bel istirahat. Semua anak yang mendengar bersorak senang. Para guru mulai menyudahi pelajaran mereka.

Dengan berkata "Sampai disini pelajaran saya, sampai berjumpa minggu depan."

"Lo kok sampe bisa ngelamun di kelas sih Kana?! Minggu pertama sekolah lo udah begini," Decak cowok bernama Nauval itu khawatir dengan sahabatnya.

"Banyak pikiran nih gue. Hahaha" Kana tertawa kecil.

Semua orang pasti menyangka bahwa Kana itu orang yang pendiam dan tertutup. Tanpa mereka ketahui bahwa Kana adalah seorang yang cerewet, terbuka, dan suka marah marah. Kata Val sih begitu. Bahkan pipi Val sampai jadi sasaran bila Kana sedang kesal.

Kana begitu hanya kepada orang yang sudah dikenalnya lama dan dapat dipercaya seperti Val. 

Sedang asik-asiknya berbincang, tiba-tiba di luar kelas terdengar ribut ribut.

"Liat keluar yuk Val!" Ajak Kana.
Dengan dibalas dengan anggukan Val. Kana menarik tangan Val membuat jantung laki-laki itu berdegub kencang.

Sesampainya di luar kelas ternyata keributan itu karena ada cowok bak malaikat berhidung mancung, dengan mata yang indah sedang keluar dari kelas dengan tangan dimasukkan ke kantung celana, menatap kerumunan histeris itu dengan tatapan biasa saja. tampak keren sekali. Tipikal cowok yang lembut dan tidal sombong. Siapa yang tidak meleleh melihat seperti itu. Semua siswi berteriak histeris-tak terkecuali Kana.

Kana memang tau cowok itu sejak lama. Tapi kali ini dia betul-betul memperhatikan cowok ini yang ternyata begitu tampan.

"Astaga, Val!! Itu cowok manusia apa malaikat sih? Astaga ganteng banget!! AAAA!!" Kana berteriak histeris membuat Val di sebelahnya menutup kuping.

"apasih biasa aja, gantengan juga gue." Kata Val berusaha menutupi kecemburuannya. Ya begitulah kenyataannya, Val suka dengan Kana sejak SMP, entah karena Kana yang kurang peka atau Val kurang kasih kode.

"Ngarep deh lo. Wake Up Val. Lo jauh banget sumpah sama tu cowok, kalo gak salah si namanya Revan." Cibir Kana yang pasti ngena banget di hati Val.

"Dasar Kana yang gak peka." Kata Val gemas.

"Hah? Gapeka apanya?." Tanya Kana heran.

"Ma.. maksudnya, Kana yang gak peka sama wangi wangian." Elak Val.

"Masa sih? Perasaan, gue peka peka aja kok sama wangi-wangian, termasuk bau badan lo ni yang kayak kambing." Kening Kana berkerut heran dengan jawaban Val.

"Yeee, wangi gini dibilang bau kambing." Val mengacak-acak rambut Kana dengan gemas.

Andai lo tau yang sebenarnya Kana, batin Val tersenyum kecut.

Lamunan nya terhenti mendengar teriakan Kana.

"Eh, Val liat geh si Revan mau nyamperin guee!! Ah mimpi bukan sih?" Kana berteriak melihat Revan berjalan ke arahnya sambil tersenyum.

"Gak usah geer deh ka-"

Belum selesai Val menyelesaikan kalimatnya tiba tiba ...

"Hai, nama lo Kana kan? Oh ini ya cewek yang namanya Kana. Cantik banget sih." Kata Revan tersenyum kepada Kana.

Kana yang melihat itu langsung tersipu-sipu. Kana membuang muka ketika Revan menatapnya. Tak ingin Revan melihat mukanya yang merah seperti kepiting rebus.

blushing aja udah manis banget tu cewek. Gak salah gue udah suka dia dari kelas 10, batin Revan.

astaga mimpi apa gue semalem, nikmat tuhan mana yang engkau dustakan, batin Kana sambil mengingat salah satu surah di Al-Qur'an : Ar-rahman.

"Hm,iya gue kana." Balas Kana tersenyum canggung.

"Boleh minta ID Line nya gak? Biar bisa kenalan lebih." Katanya lembut sukses membuat Kana meleleh.

Val yang melihat itu, langsung tersenyum miris. Dada nya sesak hati nya hancur berkeping-keping, apa lagi melihat tatapan dan senyuman kana kepada Revan, itu ciri-ciri orang jatuh cinta, Fai tau karena dia pernah merasakan-atau sering kepada Kana.

"Boleh kok, nih" kata Kana menuliskan ID Line nya di kertas kecil. Berusaha mengontrol jantungnya agar tidak melompat-lompat.

"Bye.Sampai besok. Jangan lupa dibales ya chat an dari gue." Pamit Revan tersenyum manis. Manis sekali. Membuat Kana langsung melongo.

"Oke."

Siswi-siswi yang melihat Revan tersenyum pada Kana, langsung membuat mereka tersenyum sinis kepada Kana-- yang tak mungkin di pedulikan olehnya.
Biarkan toh, dirinya sedang bahagia, lagi pula itu hanya orang orang yang iri kepada dirinya.

Setelah Revan pergi Kana tersenyum senyum berjalan ke kelas nya dengan hati riang. Yang di balas dengan tatapan jijik oleh para siswi yang lain.

Ketika Kana sampai di kelas tak sabar untuk bertemu Val--karena Val tadi pamit pergi pas Revan meminta ID Line Kana karena Val tak mau mengganggu mereka katanya.

Kana menyampiri Val yang sedang duduk di meja nya dengan hati hancur, tanpa tau keadaan Val,

Kana kana kapan lo peka sih
Batin Val.

***
"Astaga Val!! Dia minta ID Line gue anjir! Mimpi apa gue semalem" Teriak Kana bahagia kepada Val.

Val masih bergeming.

"Lo seneng kan Val?" Kata Kana curiga melihat Val diam saja dari tadi.

Dengan berat hati Val mengangguk. Agar sahabatnya itu bahagia. Walaupun Kana sudah membuat hatinya sakit tapi ia ingin membuat Kana bahagia. Apalagi mood Kana sekarang lagi bagus-bagusnya.

Tanpa mendengarkan Kana yang terus memuji betapa beruntungnya dia hari ini. Val menatap dalam pandangan kosong dan menahan gejolak rasa cemburunya.

***

FriendZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang