"Hinata ada apa?"
"Ah tidak ada apa-apa Sakura-chan," Hinata tersenyum tipis sembari menggeleng kepalanya kecil. Namun Sakura bukanlah gadis yang tidak peka. Ia sangat tau, sorot mata Amethyst didepannya memancarkan sebuah kesenduan. Ia menyadari mungkin Hinata sedang ada masalah. Ingin rasanya Sakura bertanya pada Hinata, namun ia urungkan, Ia tidak ingin menganggu privasi calon istri sahabatnya itu.
Saat ini, seperti biasa mereka sedang berada di Rumah Sakit Konoha— lebih tepatnya di taman belakang rumah sakit, untuk menikmati bento makan siang.
"Arigatou ne Hinata, jika tidak ada kau mungkin pekerjaanku tak akan cepat selesai.."
Lagi-lagi Hinata hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Hinata memang sering ditugaskan membantu Sakura atau medic-nin yang lain dirumah sakit, karena dengan byakugannya para medical-nin seperti Sakura lebih cepat mendapatkan titik cakra pasien untuk memberikan pengobatan.
Hanya saja, belakangan ini iya memang sudah jarang ke Rumah Sakit untuk bertugas ataupun menjalankan sebuah misi karena harus sibuk mengurus persiapan pernikahannya yang tinggal beberapa minggu lagi."Ne Hinata, semalam si baka itu sudah jadi memesan tempatnya."
"Ah begitu ya.."
Sakura mengangguk antusias, lalu gadis bersurai senada bubble gum itu berkata, "Hanya saja aku heran, kenapa semalam kau tidak ikut Hinata?""I-itu ada sesuatu hal yang harus kuurus Sakura-chan."
Tangan seputih porselen bertautan erat menahan rasa gugup lantaran kebohongan yang dilontarkannya, Ia tidak mungkin mengatakan perihal ia tidak ikut karena calon suaminya yang memang tak peka atau sedikit baka itu tidak menawarkannya untuk ikut."Oh begitu ya hehe, padahal semalam aku menghajarnya karena kupikir dia tak memberi tau Hinata," ujar Sakura sembahri menunjukan cengiran malunya pada gadis indigo itu, yang dibalas senyuman maklum Hinata.
Angin musim semi berhembus sepoi-sepoi menerpa surai berbeda kedua gadis yang sedang hanyut dalam menikmati bento mereka. Tidak ada percakapan lagi yang menjadi peneman, hanya suara rimbun angin yang menjadikan backsound ketenangan
Mata Emerald itu menatap langit-langit dengan pandangan yang sulit diartikan. Fikirannya menerawang jauh, membayangkan wajah seorang pemuda yang sangat dirindukannya. Di dalam hati, Sakura selalu bertanya-tanya— Bagaimana keadaan dia? Dimana keberadaannya sekarang? dan yang terpenting Aku sangat merindukannya.
Tidak pernah sehari pun fikirannya berhenti untuk memikirkan pemuda itu— cinta pertamanya.
Jujur saja Sakura sedikit merasa iri dengan Hinata, gadis itu telah berhasil mendapatkan pemuda impiannya. Perasaan gadis itu telah berbalas setimpal dengan keseriusan Hubungan yang dijalaninya dengan Naruto. Dia juga bahagia sahabatnya yang selalu dia anggap bodoh dan sedikit tak peka bisa mendapatkan gadis baik seperti Hinata.Ah mengenai Naruto, terkadang Sakura sedikit tidak menyangka, sahabatnya yang selalu bertingkah konyol dan kekanakkan bisa berubah 180 derajat di depan Hinata— maksudnya dalam segi sifat. Pemuda itu bisa sangat dewasa walau tak sepenuhnya menghilangkan sifat konyolnya, lalu dia juga bisa bersikap romantis dengan caranya sendiri dan yang terakhir seperti julukannya— Ninja penuh kejutan, tiba-tiba saja Naruto memberitahunya bahwa pemuda itu akan menikah.
Sakura masih ingat bagaimana syoknya dia saat mendengar sebuah kabar bahwa sahabatnya itu akan menikah, hal itu bermula dari gosip yang menyebar mengenai Naruto yang mendatangi mansion Hyuga tanpa wali untuk melamar Hinata. Pada awalnya dia tak terlalu percaya akan gosip itu sampai dia menanyakannya sendiri pada Naruto, dan hal yang lebih mengejutkannya lagi— dengan salah tingkah Naruto membenarkan hal tersebut bukan sekedar gosip.
Sungguh belakangan ini Sakura selalu memikirkan bagaimana dengan kisah cintanya. Kapan dia bisa mendapatkan kepastian seperti Hinata.
Bukannya Sakura meragukan Sasuke atau apa— hanya saja seorang perempuan butuh kepastian bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pre Marriage Syndrome
RandomDisaat semua hanya tinggal menghitung hari menuju pernikahan mereka, disitu pula semua keraguan muncul perlahan demi perlahan menggerogoti hati Naruto dan Hinata. Tak jarang semuanya berujung dengan pertengkaran diantara sang kedua calon pengantin.