bagaimana aku bisa

6 0 0
                                    

langit sore yang kemerahan mendadak berubah menjadi kelabu. aku bergegas menuruni anak tangga kampusku sembari berlari-lari kecil.
"oh tidak! aku lupa membawa payung" kesalku dalam hati.
tidak banyak mahasiswa yang terlihat dikampus, hanya ada aku dan beberapa teman seangkatanku yang tidak begitu ku kenal. ya, ini masih libur semester pertama dan aku bukan mahasiswa yang benar-benar rajin untuk selalu ke kampus. hanya saja, kampus adalah pelarian terbaikku saat ini.
selang aku berjalan menyusuri koridor yang berisikan mading-mading, hujan pun turun deras.
aku memilih duduk diantara anak tangga tepat didepan pintu keluar kampus. ya, aku menunggu hujan segera berhenti agar aku bisa pulang ke kosanku. kosan ku tidak terlalu jauh dari kampus, aku hanya perlu berjalan kaki sekitar sepuluh menit lalu aku akan sampai tepat didepan kos-kosan berwarna ungu muda yang sudah kutempati 2 tahun terakhir.
aku mengambil handphone ku yang sengaja aku silent karena beberapa jam sebelumnya aku berada diperpustakaan. seperti biasa, aku akan mengecek notifikasi dari WhatsApp, barangkali dia mengingatku.
"dia? mengingatku? ah sudahlah!" aku berbicara dengan diriku sendiri. dia, adalah kekasih yang kunamai cinta. aku begitu mencintainya sejak pertama kali kami memutuskan untuk berpacaran 2008 silam. namun, saat kami harus melanjutkan pendidikan, kami harus terpisah oleh jarak dan waktu. dia memilih untuk kuliah di luar provinsi, karena menurutnya itulah yang terbaik, dan ia ingin membanggakan kedua orangtuanya. terbukti, dari Indeks Prestasi Kumulatif yang ia peroleh, menurutku mendekati sempurna.
"jika dia tidak menghubungiku, apa salahnya aku menghubunginya duluan" bujukku didalam hati. akhirnya aku memulai percakapan yang aku sendiri tidak yakin apakah dia akan membalas pesanku atau tidak.
"cinta... apa kabar? sudah 2 pekan kamu tidak menghubungiku. apakah praktekmu belum usai? aku merindukanmu. tidakkah kau mengingat aku? 2 pekan merupakan waktu yang lama bagiku untuk tetap menunggu. beritahu aku bgmn kabarmu" dengan cepat pesan itu terkirim, ya terbukti dari tanda ceklis yang berlapis disudut kanan bawah chatting ku. berbeda dari perkiraanku, 3 menit kemudian ia membalas pesanku.
"aku baik-baik saja. harap untuk tidak menghubungiku lagi" hah?!! jantungku berdebar sangat kencang tidak percaya akan apa yang aku baca. tidak mungkin dia berkata demikian, karena 2 minggu yang lalu ia masih berbicara lembut dan mesra denganku.
"kamu kenapa? kenapa tiba-tiba memintaku untuk tidak menghubungimu lagi? ayolah.. kamu jangan bercanda lagi" balasku.
"tidakkah kau mengerti bahasaku? sudahlah". tanpa diduga, ia langsung membalas pesanku. padahal selama ini ia sama sekali tidak membalas pesan terakhirku.
"apa yang terjadi denganmu cinta? mengapa berubah drastis? aku salah apa??? hei jangan-jangan ini ulah temanmu. pasti dia yang membalas pesan ini. ayolah siapa sih kamu? jangan mengerjaiku!" cecarku. aku benar-benar tidak percaya ia berkata demikian, bisa saja itu ulah temannya yang usil. setelah 15 menit tak kunjung balasan, kemudian aku mengirimkan lagi pesan berikutnya.
"apa ini benar-benar kamu? memangnya aku ada salah ya sampai kamu berkata seperti itu? tolong jangan diam saja". dalam hati, aku benar-benar bingung dan curiga apakah ini nyata atau tidak. ku lirik langit yang mulai gelap, dan tetes hujan mulai reda. saat itu menunjukkan waktu pukul 17.00 wib. aku pun pulang dengan wajah yang tertunduk ke layar handphone. aku tidak sabar menanti balasan pesannya. lalu aku mencoba menelefonnya. tut tut tut! telefonku di reject! aku ulang hingga 7 kali dan aku mendapat penolakan yang sama. apa sesungguhnya yang terjadi padanya? aku gundah, air mata ku mulai jatuh satu persatu membasahi pipi mungilku. tidak! dia hanya bercanda. tidak mungkin dia memintaku untuk tidak menghubunginya karena selama ini kami tidak pernah terlibat masalah yang serius. bahkan, jika ia sedang dalam mood yang tidak baik, dia tidak pernah sampai tega untuk memintaku agar tidak menghubunginya. ia adalah sosok yang benar-benar lembut dan sangat menghargai aku.
tanpa sadar, ternyata aku tidak berjalan diatas trotoar. aku masih terus berjalan dan berusaha sampai ke kosanku walau kini airmata sudah tak dapat lagi ku tahan. brakkkkkk!!!!!
tiba-tiba aku merasa kepalaku sangat berat dan mataku seakan ingin tertutup padahal aku tidak mengantuk sama sekali. sayup-sayup ku dengar beberapa orang berusaha membangunkan aku dan bertanya apakah aku baik-baik saja. aku mencoba untuk bangun namun akhirnya aku ambruk.
______________________________________
aku membuka mataku dan mendapati langit-langit yang serba putih. bau khas rumah sakit membuatku tersadar bahwa aku pingsan. aku mencoba untuk duduk. ku lempar pandanganku ke seisi ruangan. tidak ada seorangpun disana. ada infus yang terpasang di tangan kiri ku. aku melirik ke arah meja yang ada disebelah kananku dan berusaha meraih tas ku yang ada disana. belum sempat aku mengambil tas ku, seseorang yang tak ku kenal memasuki ruangan tempat dimana aku berada.
"nurul, kamu sudah sadar?" sapanya. aku tidak mengenalnya. sekilas, sosoknya mirip dengan si cinta.
"kamu siapa?" ia mulai mendekatiku dan merogoh sesuatu dari dalam tas yang sedari tadi di sandangnya.
"oh iya perkenalkan, aku dimas. aku yang tadi membawa mu kesini. kebetulan aku juga sengaja mencarimu. aku tidak menyangka kita akan bertemu dalam keadaan seperti ini. tadi kamu tiba-tiba pingsan di jalan. untunglah saat itu aku lewat dan mengajak beberapa orang untuk membantumu" jelasnya.
"oh iya terimakasih. kamu mengenalku?" aku penasaran.
"tentu saja aku kenal. bayu banyak bercerita tentangmu" jleb! bayu? bayu adalah si cinta!
"oh ya?" ia mengulurkan tangannya dan menyerahkan sebuah amplop kertas berwarna biru tua lengkap dengan namaku yang tertera diatasnya. sedikit gusar, aku membuka amplop tersebut dan mendapati sebuah surat yang terlipat rapih. aroma stroberi menyeruak. dia begitu tahu aku menyukai stroberi.
"teruntuk nurul aisiyah. jika surat ini sudah berada ditanganmu, itu artinya hubungan kita telah usai...." what? aku terpaku beberapa menit kemudian melanjutkan membaca.
"....maafkan aku yang tidak bisa menjadi lelaki yang baik dan menepati janji. aku sudah membuatmu menunggu begitu lama tanpa kepastian. aku tidak pernah benar-benar membahagiakanmu, bahkan di hari ulangtahunmu aku juga memilih membisu. aku sudah tahu ini akan menjadi akhir yang pilu. nurul, kamu harus melanjutkan hari-harimu walau tanpa angan bisa hidup bersama denganku. aku sudah memiliki istri. kau tidak perlu mencari tahu siapa dia, dan tetaplah hidup dalam kesenanganmu. aku tidak pernah bermaksud untuk mengkhianatimu apalagi menyakitimu. namun takdirlah yang akhirnya membuat kita tidak bisa bersatu. aku tidak akan lagi menjawab setiap pertanyaanmu dan ku mohon jangan kacaukan lagi hidupku. bukalah lembaran barumu. kau akan menemukan lelaki yang memang pantas untuk memilikimu. dari aku, bayu adam". aku merasakan sakit yang teramat sangat. kata demi kata yang ia tulis disuratnya membuatku benar-benar hancur.
"bagaimana mungkin ia bisa meninggalkanku seperti ini! istri? oh tidak!! kapan ia menikah??? bukankah 2 pekan lalu ia masih berkata agar aku menunggunya agar aku menantinya dan ia sangat mencintaiku!!! ini sangat tidak masuk akal". aku sedikit menjerit. perlahan aku menutup mataku dan merasakan airmataku jatuh membasahi pipiku, lagi dan lagi hingga akhirnya aku menangis sejadi-jadinya. ini tidak mungkin dan sangat tidak mungkin.
dimas yang sedari tadi berdiri dihadapanku mulai menarik sebuah kursi dan duduk tepat disampingku.
"nurul, kamu harus mengikhlaskannya. dia tidak lagi bisa bersamamu" aku menoleh kearah dimas dengan mata memerah dan sendu.
"bagaimana bisa dia begini padaku! siapa wanita itu? kapan mereka berjumpa? bahkan setiap hari, untuk makan saja dia sampai lupa karena praktikumnya yang begitu menyibukkan. bukankah dia harus sarjana dulu, membahagiakan orangtua nya, lalu berjanji akan menikahiku?! namun apa ini??!!!" pekikku.
"maaf nurul, untuk alasan itu aku tidak tahu. aku hanya berharap kamu bisa memahaminya" dimas tampak kaku.
"memahaminya??? tapi apakah dia paham tentangku???? 2 pekan ini...tanpa kabar...dan tiba-tiba dia bilang sudah punya istri????" aku kembali terdiam dan merenung sambil sesekali menyeka airmataku. lagi, aku berfikir keras dimana letak kesalahanku dan apa yang telah aku perbuat hingga ia begitu tega dan tenang nya meninggalkanku dalam ketidaktahuan dan rasa sakit yang teramat sangat....

......bersambung.......

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

2 | membisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang