Ku tatap raut tak senang si gadis berambut kepirangan itu. Tangannya memilin ujung gaun putihnya —merasa tidak nyaman.
Dan gelengannya membuatku terkejut. “Tidak, Chan.”
Deg! Dia..., menolak perasaanku padanya —yang terpendam selama 14 tahun ini...?
“Ti-tidak?” ulangku, “Yeri, ada apa? Apa yang kurang dari kita? Kita sudah saling memahami dan bersahabat sejak pertama kali bertemu, 14 tahun lamanya!”
Yeri terdiam.
“Ingat saat kita berusia lima tahun? Saat aku tersesat di hutan karena terpisah dari rombongan, sosokmu yang bercahaya itu datang menyelamatkanku dan membawaku ke jalan keluar. Sejak saat itu kau selalu bersamaku. Kapan pun, di mana pun.”
“Bahkan kau menyukai nama pemberianku,”
“Masalahnya bukan—“
“Aku janji akan membuatmu bahagia, Yeri. Membuatmu tersenyum lebih dari yang biasa kau lakukan untukku, kita akan terus bersama!”
“Brak!”
“Ups,” pekik Yeri, terlalu bersemangat membuatku tak sengaja menjatuhkan kotak pensilku.
“Ma-maaf, sebentar,”
Sambil menbereskan alat tulisku yang tercecer di lantai, aku melanjutkan, “Kau tak pernah datang pada orang lain, Yeri. Melainkan hanya padaku,” setelah beres aku kembali duduk di kursiku, “Awalnya aku merasa aneh tapi— astaga!!!”
“Nah,” aku terkejut tak mendapati Yeri duduk di hadapanku, melainkan Seungkwan Hyung. “Seperti biasa, Chan ngobrol sendirian..”
“Apaan, sih, Hyung? Mana Ye—“
“Kau yang apaan!! Bocah Edan!!” sembur Hyung, memanggilku seperti anak-anak lain yang tidak percaya akan keberadaan sahabatku, Yeri.
“Bergegaslah ke ruang Teater —sekarang!!!”
***
Flashback...
“Kau bertaruh?”
“Apa?”
“Ayo kita cari si Manis itu di hutan ini!”
“Ah, kalau kau melihatnya, kau pasti akan berlari terbirit-birit karena ketakutan!”
“Ish, sungguh! Ayo kita taruhan siapa yang.....,”
Bukannya menjaga adik kecil mereka, kedua laki-laki kakak sepupu Chan itu tidak menyadari bahwa mereka melepaskan pengawasan mereka dari si kecil Lee Chan.
“Uwa~ kelinci~ kelinci~” gumam Chan yang baru berusia empat tahun itu antusias.
Dia ikuti ke mana kelinci putih itu melompat-lompat. Chan kegirangan mengikuti si gumpalan bulu itu, hingga akhirnya dia menyadari : sekitarnya sunyi.
Membiarkan kelinci itu lolos dari pandangannya, Chan menatap sekitar. Dia sudah berada di tempat antah berantah, hanya ada pohon-pohon tinggi yang menjulang, rumput-rumput liar, dan kabut tipis.
“Om-Omma...” Chan mulai gugup, “Omma... Appa..” rasa takut menghinggapinya.
Bibirnya bergetar, mata polos Chan tertuju pada sebuah batang kecil yang bergerak-gerak tak wajar.
“Srak, srak.. Srak, srak..”
“Omma..” Chan hampir merengek.
Tanpa ada angin, Chan melihat dedaunan bergoyang. Kelihatannya bukan digerakan oleh hewan. Tiba-tiba Chan merinding untuk pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Drabble] 만약에 IF
FanfictionAuthor Chalenge #1stChalenge Kami sekumpulan Author FF berkumpul dalam satu grup Facebook 'AUTHOR'S CHALENGE AND CLASS - INDONESIA' membuat chalenge dan saling berbagi ilmu dalam dunia kepenulisan. 1st Chlalenge kali ini adalah ✔ DRABBLE ✔ Cast haru...