Mama..

16 2 14
                                    

Author POV

"Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa.. Hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya meyinari dunia.."

Prok prok prok prok, tepuk tangan meriah dan suara teriakan ceria menggema di salah satu kelas TK Restu Bangsa.

Para murid ada yang berceloteh senang, ada yang bermain tak memperhatikan, ada juga yang sangat antusias meskipun tak hafal lirik lagunya.

Tetapi disisi lain ada seorang gadis berambut panjang dan berwajah cantik di urutan bangku nomor 2 depan meja guru terlihat menerawang dengan pandangan kosong dan tangan menumpu kedua pipinya.

Entah apa yang ada di pikiran gadis mungil tersebut hingga Bu Sandra menghampiri gadis itu seraya menundukkan badannya.

"Wawa kenapa kok diem aja sayang? Wawa sakit?" Ucap bu Sandra seraya menempelkan punggung tangannya di kening dan leher gadis mungil itu.

"Wawa gak sakit bunda, Wawa gak apa apa kok" ujar gadis bernama lengkap Zahwa Karina Salsabila dan biasa dipanggil Wawa itu. Ia menjawab pelan sambil tersenyum menatap bu Sandra.

Memang di sekolah ini para murid memanggil gurunya dengan sebutan "Bunda" khusus kepada bu Sandra, hal itu diawali dari salah seorang murid yang mengatakan wajah bu Sandra mirip bundanya dan jadilah seluruh siswa ikut ikutan memanggil bunda kepada bu Sandra. Ckckck dasar anak anak.

Bu Sandra menghela nafas perlahan sambil mengelus puncak kepala Wawa. Merasa ada yang aneh dengan muridnya yang terbiasa ceria itu, akhirnya ia kembali menuju meja guru dan merapikan buku serta peralatannya di meja.

"Baiklah anak anak, sudah waktunya pulang. Hari ini Ikhsan pimpin doa ya" ujar bu Sandra dan berdiri di depan kelas.

Yang merasa namanya dipanggil pun meletakkan tangannya di atas meja, dan diikuti seluruh murid lainnya.

"Sebelum pulang, malilah kita beldoa, beldoa mulai". Para murid pun kompak menundukkan kepala tak terkecuali guru mereka.

"Beldoa selesai" teriak ikhsan dengan suara khas cadel dan cemprengnya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, hati hati dijalan ya anak-anak" bu Sandra mengucapkan salam seraya mengulurkan tangan untuk para murid yang berebut untuk bersalaman, terutama murid laki laki yang brutal mendorong-dorong temannya.

Murid perempuan tak mau kalah juga saling berebut sambil berteriak centil karena terkena dorongan para murid laki-laki.

"Hati-hati sayang, nanti kalo gak mau baris rapi besok siang bunda gak kasih permen coklat loh". Emang dasar anak kecil, tak menghiraukan apa kata gurunya dan berlari keluar kelas, ada juga yang jahil menarik tas murid perempuan di depannya.

"Bundaaaaaa Devan nakal sepatu aku diinjak", teriak Nancy seraya mengerucutkan bibirnya kesal dan menolehkan badannya pada bu Sandra sebelum akhirnya pandangannya teralihkan pada sang mama yang melambai-lambaikan tangan di depan mobil merahnya. Sementara Devan sudah berlari entah kemana.

Bu Sandra hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya setelah keadaan kelas mulai sepi. Kebiasaan rutinnya setiap hari Jumat ia membagikan lolipop gratis kepada seluruh muridnya sepulang sekolah, kebetulan ini hari Kamis dan berarti ia harus segera pergi ke Supermarket untuk membeli persediaan permen untuk dibagikannya esok hari.

-

Setelah memastikan kelas sudah terkunci, ia segera memakai jaket dan sarung tangan seraya bersenandung kecil menuju parkiran, tetapi pandangannya tertuju pada gadis kecil yang duduk di ayunan sendirian, padahal sekolah sudah sepi dan hanya tersisa para guru saja di kantor. Akhirnya ia menghampiri gadis itu dan menyentuh pundaknya perlahan.

"Loh Wawa belum pulang sayang?" Tanya bu Sandra seraya duduk jongkok di hadapan Wawa.

"Eh" gadis itu tersentak dan sedikit kaget melihat seseorang di depannya, dan benar saja ia sedang melamun.

"Wawa belum dijemput papa bun, mungkin papa sibuk" ujar gadis itu menunduk sambil memainkan ujung roknya.

"Bareng bunda yuk? Tapi bunda bawa motor nih, gpp kan? Oh iya bunda juga mau ke supermarket. Wawa mau temenin bunda belanja kan?" Tanya bu Sandra bersemangat.

Seketika raut wajah Wawa berubah ceria "Wuaaaaahh asiiiik, mau banget bunda!" Ia pun segera berdiri tegak dan menarik tangan bu Sandra, "Lets go bunda!"

Merekapun akhirnya mengendarai motor matic bu Sandra, dengan Wawa yang dibonceng berdiri di bagian depan. Setelah hampir 15 menit mereka sampai di supermarket terdekat dan berjalan bergandengan tangan layaknya seorang ibu dan anaknya.

Bu Sandra mendorong troli belanjaanya diikuti Wawa yang memakan eskrimnya dengan lahap.

"Wawa mau nambah lagi eskrimnya?" Tanya bu Sandra sambil memilih sabun cair favoritnya di rak atas.

"Sebenernya mau sih bun, tapi papa ngelarang Wawa makan eskrim terlalu banyak soalnya Wawa nanti pilek" ujarnya masih dengan asik menikmati eskrimnya.

"Oh gitu ya, Wawa tadi kenapa dikelas kok nyanyinya gak semangat? Biasanya kan Wawa kalo nyanyi suaranya paling keras banget tuh ngalahin suara yel-yel tahu bulat hihi" ujarnya sambil menggoda gadis dengan mulut belepotan itu.

Wawa menunduk, tak merespon ucapan bu Sandra. Akhirnya bu Sandra yang sibuk memilih pasta gigi pun menoleh kearah Wawa.

"Loh sayang kenapa diem aja? Mau lagi eskrimnya? Takut dimarahi papa ya? Yaudah nanti bunda tanggung jawab deh kalo dimarahin papanya" sambil mengelap sudut bibir Wawa yang belepotan.

"Wawa kangen mama bun" lirihnya.

"Oh Wawa kangen mama, aduh maaf ya sayang. Pasti mama nungguin dirumah ya? Ayo kita pulang, takutnya nanti mama Wawa khawatir kalo Wawa pulangnya telat".

Gadis itu menggeleng pelan, matanya berkaca kaca. Bu Sandra akhirnya berjongkok sambil menatap Wawa cemas karena ia merasa bersalah mengajak anak itu berbelanja. Yah bukan sepenuhnya salahnya sih kan Wawa tadi bersemangat menerima ajakannya.

"Mama Wawa gak ada dirumah bunda" jawab gadis itu dan semakin membuat bu Sandra bingung. "Oh mamanya Wawa juga bekerja? Sibuk ya? Yaudah gpp hari ini kan Wawa sama bunda" ucapnya menenangkan.
"Mama gak kerja kok bunda, kata papa mama sekarang lagi di surga" lirih Wawa yang hampir membuat suaranya tak terdengar dan meneteskan air matanya.

Deg! Serasa ditusuk beribu jarum dan dihantam petir bu Sandra segera memeluk anak kecil yang rapuh ini. Ia tau mengapa Wawa tak bersemangat di kelas saat seluruh murid antusias bernyanyi, ternyata Wawa teringat sang mama yang sudah tak bisa lagi dilihatnya bahkan dipeluknya seperti ini.

Ya Allah, sungguh berat ujian anak kecil tak berdosa ini batinnya. Merasa menjadi tontonan di supermarket, ia
segera menuntun Wawa menuju kasir dan membayar belanjaannya.

MY DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang