*note : kata bercetak miring flashback
Not sure if you know this
But when we first met
I got so nervous I couldn't speak
Pria itu tersenyum. Menatap dirinya dalam cermin penuh percaya diri. Dia merasakan hal yang berbeda. Sesuatu yang menyenangkan namun begitu sulit untuk digambarkan. Dia, Jung Yong Hwa. Pria yang selalu merasa dirinya adalah yang paling beruntung melebihi apapun. Hari ini, setelah janji itu terucap, maka sempurna lah sudah hidupnya.Ia membenarkan dasi kupu-kupunya yang ia kenakan tanpa melenyapkan senyum menawannya. Wajahnya berseri. Dia benar-benar menjadi pria bodoh sekarang, selalu tersenyum tersipu malu padahal tidak ada yang menggodanya.
Dia kembali menatap cermin. Dia mengingat saat itu, saat pertama kali mereka bertemu. Seperti sebuah proyektor besar yang mengulas kilas balik hidupnya. Ia kembali tersenyum. Yong Hwa ingat bagaimana kakunya dia, bagaimana kaki dan tangannya gemetar dibawah meja, merasakan sensasi luar biasa saat jantungnya berdetak kencang untuk pertama kalinya. Dia masih bisa merasakan euphoria kesenangan yang begitu menantang. Ya, dia masih merasakannya, hingga saat ini.
"Mwo ? Kalian ingin bercanda dengan ku ?" ucapnya jengkel. Tapi ia terus meletakan ponselnya ditelinga, mendengar setiap rentetan kalimat tidak masuk akal yang dilontarkan oleh penelpon yang entah berada dimana.
Ia mendesah pelan, menutup map laporan didepannya dengan kasar.
"Kalian terlalu berlebihan, ok ?!! Aku tidak akan mati lebih cepat meski aku masih sendiri diumur ku yang sekarang. Jadi..."Dia mendengarkan dengan cermat lagi, mendengarkan dengan lebih baik lagi suara-suara samar yang meneriakinya. Ia merasa dililit kebosanan yang hampir membuatnya gila. Dia terlalu lelah untuk membahas hal yang sama berulang-ulang kali. Kencan buta bodoh yang selalu berujung pada perkenalannya dengan wanita-wanita cantik tetapi....argh, sangat gawat jika dipilih untuk menjadi pendamping. Awalnya terlihat sempurna namun berakhir neraka. Mereka yang meminta hubungan untuk secepatnya diseriuskan tanpa ingin mengenal lebih dekat, dan setelah itu mereka sudah menyampaikan banyak hal tentang ingin membeli kosmetik berkualis, tas dan sepatu ternama, rumah mewah, apartemen mahal atau apapun yang membuat mereka terlihat kaya. Dan itu benar-benar membuat Yong Hwa muak mendengarnya.
"Ok, tapi ini benar-benar untuk terakhir. Dan setelah ini jangan hubungi aku lagi tentang kencan buta yang tidak menguntungkan itu" dia melempar ponselnya menjauh. Mengurut pelipisnya sebelum ia memandang jam tangan dipergelangan tangannya. Dan ia kembali mendesah. Dua jam lagi untuk kencan buta terakhirnya. Dan jika tidak cocok maka berakhirlah sudah, dan dia bebas. Ya, dia harus menuntaskan ini dan setelah itu dia akan bersorak ria karena akan terhindar dari kencan buta untuk selamanya. SELAMANYA !!!.
**
Yong Hwa mendesah pelan. Untuk kesepuluh kalinya disetiap menit, ia memperhatikan jam tangannya. Wanita itu masih belum datang. Wanita itu terlamabat. Sepuluh menit. Dan meskipun itu sebentar, tetap saja wanita itu terlambat. Dan Yong Hwa berpikir jika wanita itu adalah salah satu spesies yang sama dengan para wanita yang pernah ia temui terakhir kalinya. Ujung bibir Yong Hwa berkedut, menahan tawanya yang hampir pecah. Seharusnya dia sudah bisa menebak, dan seharusnya dia tidak pergi dan hanya tidur diatas kasur empuknya, memeluk guling berkepala mickey mouse miliknya. Dan sekarang dia benar-benar terlena untuk melakukan hal itu.
Matanya mengedar, mendesaki sudut-sudut restoran yang sudah dipenuhi para tamu. Ia mendesah, sebelum akhirnya, ia mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan ingin beranjak pergi. Hingga suara tarikan nafas berat mengalihkan pandangannya. Dia ternganga. Entah terpesona atau takjub atau merasa jijik. Tapi detak jantungnya berbeda. Lebih cepat, melampui batas, keluar dari irama yang seharusnya.