One - Minor

85 4 0
                                    

"HPnya dilepas bisa kali,"gumam Indah hingga membuat Tania dan Mentari melepaskan ponselnya secara bersamaan.

"Udah jadi ini pake lagu apa?"tanya Tama lelah. Mengatur teman-temannya yang hiperaktif benar-benar membutuhkan tenaga lebih.

"Gue usulnya lagu pertama sih,"sahut Fia. Ocha ikut mengangguk.

"Gue sih terserah,"tambah Dio. Fia memutar bola matanya, "Tolong dong gue udah bosen banget denger kata 'terserah'."keluhnya.

"Dipercepat bisa nggak? Ocha dicariin tuh,"ujar Mentari menginterupsi. 

"Yaudah jadi next project Surat Cinta untuk Starla-nya Virgoun kan?"Lagi-lagi, Tama bertanya untuk memperjelas semuanya.

"Kita nyoba aja dulu versi band-nya. Soalnya gue suka nggak ngeh sama pianonya. Kalo nggak bisa, akustikan aja,"lanjut Fia, menutup sesi "rapat" mereka malam itu.

Setelah memutuskan lagu, semuanya bersiap-siap pulang. Tidak lupa rutinitas "mencari barang yang hilang" karena mereka memiliki kebiasaan menyembunyikan barang penting seperti ponsel, chargeran, kunci motor dan lebih ekstrimnya lagi sendal.

But there's a little bit happiness.

_____________________________________________

"Eh sadar gak sih Fia sekarang berubah?"tanya Ocha membuka percakapan mereka. Mentari, Tania, Indah dan Ocha memang sedang berkumpul di Orange Cafe.

Hari ini, Indah bolos dari latihan menarinya karena memilih menghadiri pertemuan tidak jelas ini. Fia seperti biasa sibuk dengan kegiatan sekolahnya yang seabrek, sementara Dio dan Tama sedang mengikuti study tour.

Tidak biasanya memang mereka memilih mengikuti kegiatan seperti itu, namun alasannya cukup masuk akal. Mau nyari cecan buat kecengan baru.

Mentari mengernyitkan dahinya bingung. "Berubah gimana maksud lo?"

"Gue setuju,"lanjut Indah menanggapi.

"Dia sekarang kesannya sibuk disibuk-sibukin gitu. Indah juga kelas 9, belum lagi latihan menari. Tapi dia nggak sesibuk Fia tuh,"timpal Ocha membuat Mentari dan Tania mengangguk kepala mengerti.

"Tapi sistem sekolah kita kan emang ribet Ca. Beda sama sekolahnya Indah. Gue sih fine aja dia sibuk,"kata Mentari memberi tanggapan. Mentari, Ocha dan Fia memang berada di sekolah yang sama, hanya jenjangnya saja yang berbeda.

"Saran gue sih, kita gak usah ngomongin Fia dari belakang gini. Gue juga nyadar emosinya belakangan ini lagi naik turun. Tapi kita sebagai tema harusnya nolong, bukan ngomongin dia kayak gini. Udah yah guys,"Tania mengeluarkan argumen pertama dan terakhirnya. Dia beranjak dari bangkunya meninggalkan selembar uang pecahan 50.000 untuk membayar caramel macchiato yang ia minum.

"Tania marah?"

"Enggak, dia cuma gak mau kebawa emosi."

_________________________________________________

SoulGod (7)

Geraldo Pratama : Jumat, 24 Februari 2017 jam 4 sore tempat biasa. 

Langelo Dio : Mager amat gue latian.

Oninda Fia : yudh gausah lthn rbt amat.

Langelo Dio : Santai ae kali.

Oninda Fia : bdo.

Ulvia Mentari : Fia vs Dio sesi kedua.

Sevita Lathania : Tengkar mulu yaoloh.

Ulvia Mentari : Terangkanlah.

Denisa Windania : Jiwa yang berkabut langkah penuh dosa.

Geraldo Pratama : Ada yang gabisa?

Denisa Windania : Gue bisa kok.

Ulvia Mentari : ^

Sevita Lathania : ^(2)

Ocha Alinda : ^(3)

Langelo Dio : Diusahain.

Oninda Fia : Gak janji. 

Indah menghela nafas kasar membaca pesan terakhir yang masuk ke ponselnya. Selalu seperti itu. Fia yang tidak bisa, memiliki janji lain dan seribu satu alasan lainnya.

Fia teman mereka, tentu. Tapi ia terlalu memprioritaskan sekolah tanpa berpikir bandnya juga membutuhkannya.

Masalah pertama.

______________________________________________________

An : gue gatau mau jadiin siapa jadi pusat konflik so gue akhirnya ngebuat diri sendiri seolah-olah jadi "antagonis."

Alur cepat. Sepertinya hanya akan terdiri dari beberapa part.

27.02.2017

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Symphony of FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang