angin tertiup sayup di pelipis mataku..
mengisyaratkan pilu kenangan ini..
memberi isyarat untuk berhenti..
berhenti atas kecanduan yang membuat derita..
karna cinta itu kamu..
16-11-2014
"hufhhh..."aku menarik nafas perlahan. sedikit memastikan keberanian diriku, hari ini aku harus mengatakannya. harus.
sudah setahun aku jalani hubungan dengan boy, lelaki yang akan kutemui didalam restaurant. aku berjalan perlahan sambil melihat tubuhnya dari jauh, seperti biasa boy selalu duduk di tempat yang sama setiap kali kami ke reataurant ini dan memesan secangkir kopi luwak sambil menungguku. dua tahun sudah bisa membuatku menghafal segala kebiasaannya, dari cara dia berjalan hingga cara matanya menyampaikan ucapan semuanya sudah kuhafal. tapi ada yang masih menganjal mengenai hubungan ini, dan menurutku dua tahun kebersamaan kami tidak cukup untuk menghapus kejanggalan ini.
"apakah aku setampan itu?"ucap boy, aku tersentak kaget dari lamunanku, seketika ku ambil tempat di hadapannya sambil merapikan rambutku.
seperti biasa kami akan terdiam selama lima menit, selam lima menit boy akan terus menelisik sudut wajahku, dengan senyum yang mengembang, dan berkata.."kau selalu cantik, entah apa yang membuatku memujimu seperti ini, tapi ini kenyataannya lina"ucapan yang selalu sama.
"tak bisakah kau romantis sedikit dengan mengubah kalimat gombalmu itu?"sergahku mengakhiri lima menit sakral boy.
"tidak..itu bukan gombalan lina, tapi itu kenyataan"ucapnya lagi membela dirinya. dan aku hanya bisa tersenyum.
"setelah mengenalmu selama dua tahun, hanya kaulah yang bisa benar-benar membuat aku mencintai sedalam ini. hingga aku benar-benar terjebak akan dirimu. jujur awalnya kupikir kau perempuan biasa yang erik kenalkan padaku. perempuan yang hanya melihat uangku saja dimata mereka, tapi lina kau beda. kau bahkan membawaku keduniamu yang membuatku bahagia, dan malam ini.."boy berhenti sebentar dia mengambil sebuah kotak kecil disakunya. yabg sungguh sudah kuduga isinya apa.
"boy.." ucapku lirih. lirih karena maksud hatiku yang beda, lirih karena malam ini mestinya tak begini. lirih karena mestinya aku yang mengucapkan duluan sebelum semua terlanjur jauh.
dengan tulus boy memajukan kotak kecil yang berisikan cincin."aku tak bisa seromantis kahlil gibran untuk mengukir kata, tapi lina maukah kau berada disisiku"aku menangis haru.
"tapi, maafkan aku boy..aku tak bisa.."ucapku tertahan, boy terlihat memudar dari pandanganku karna air mata yang terus jatuh. tapi aku bisa merasakannya, merasakan sakit hatinya.
"lina.."bisa kurasakan tangannya bergetar memegang tanganku.
"boy maafkan aku, dua tahun sungguh membuatku bahagia, tapi kau tahu masih banyak yang tersembunyi dari hubungan kita, masih banyak hal yang harus kukatakan..boy maafkan aku" kulepaskan eratan tangannya ditanganku dan menyapu tangannya lembut.
"lina tak apa kau tak mau terima cincin ini. tentang semua yang tersembunyi tak apa jika tak kau katakan..tapi jangan akhiri ini aku mencintaimu"air mata menetes dari matanya. dan itu semakin membuatku tertunduk,
"ada seorang yang kucintai"ucapku tuntas.
"aku bisa membuatmu mencintaiku lina sungguh..."balasnya.
"tapi ini sudah dua tahun boy, dan aku jalani semua dengan menyembunyikan segala hal darimu. tak kupungkiri aku memang bahagia, tapi boy, ini bukan cinta. karena dia masih ada disini"tanganku menekan tepat di jantung. ya..aldi masih ada dihatiku.
sejenak, semuanya hening, boy tampak diam namun sedetik kemudian, kulihat boy berdiri perlahan, mengembalikan kotak cincin itu dihadapanku."kuanggap malam ini tak pernah terjadi, sungguh lina aku mencintaimu...mulai dari sekarang aku akan berusaha hingga dia hilang dalam hatimu..."kurasakan kecupan dalam dikeningku. apa yang harus kulakukan, apa yang harus kulakukan aldi.
kau pergi..masih kuingat waktu itu
langit cerah dan kau katakan kata sakit itu
ketika dia yang lain hadir, aku tergoyah..
namun lagi..kau masih tetap disini dihatiku..