CURHAT

22 0 0
                                    

"maaf buk, kursi saya di 11A", ucap seorang gadis kepada seorang wanita yang duduk termenung menatap keluar jendela. " oh, iya.. maaf, boleh tukeran tempat dek? saya ingin duduk dekat jendela" balas wanita yang di panggil ibuk itu penuh harap. Gadis tersebut pun hanya bisa tersenyum mengiyakan dan duduk di sebelah wanita itu. Setelah duduk dikursinya dengan nyaman, gadis tersebut kembali melihat wanita disebelahnya yang terus saja memandang keluar jendela, perawakannya yang terlihat besar, mengenakan dress coklat dengan selendang merah dengan untaian rambut yang telah memutih di beberapa bagian terjepit rapi. Wanita yang dipandangi si gadis disebelahnya menyadari tatapan gadis tersebut, hanya saja ia masih menikmati pemikirannya dengan menatap keluar jendela. 

Tidak ada pemandangan yang berarti di luar sana, hanya landasan pacu yang gersang dan beberapa pesawat yang terparkir tak jauh dari pesawat yang ditumpanginya, namun paling tidak ia masih bisa menikmati kota kelahirannya sedikit lebih lama sebelum raganya dipaksa terbang meninggalkan rumahnya. "take off position" begitu suara-suara samar terdengar menggantikan segala instruksi keselamatan pramugari. Kedua perempuan tersebut sibuk dengan pengalihan diri masing-masing dari kondisi perubahan gravitasi. Si gadis yang memejamkan mata semabari mengatur napasnya, dan si wanita yang sudah bersandar dan merapalkan doa-doa. setelah kondisi pesawat yang mulai stabil, si wanita kembali memandang keluar jendela, masih samar pulau-pulau yang nampak berserakan di bawah sana. si gadis yang terlampau penasaranpun menjulurkan kepalanya keluar jendela "pulau-pulaunya banyak juga ya buk.." si wanita yang di panggil 'ibuk' pun tersenyum dan mengalihkan perhatiannya pada si gadis di sebelahnya "iya... saking banyaknya, saya sampai belum sempat jalan-jalan ke pulau-pulau itu". " hahaa.... iya buk, butuh waktu lama kalau mau ke semua pulau-pulau itu" sambung si gadis, "ibuk asli Makassar ya?" tambahnya, berusaha mengalirkan percakapan. 

"iya.. adeknya bukan dari Makassar?"  

"iya, bukan buk, saya transit ajah buk di Makassar, saya dari Ternate" jawab si gadis  menjelaskaan. 

"oh... Ternate? Maluku?" tanya si wanita, 

"iya buk, Maluku Utara" ralat si gadis 

" ah... iya,  kamu kemana destinasi nya? jogja atau masih nyambung perjalanan lagi?" tanya si wanita kembali

"saya ke jogja buk, tinggalnya gak jauh dari Bandara juga" 

"kamu di jogja kuliah?"

"iya buk.." jawab si gadis seadanya, mulai meringis akan pertanyaan selanjutnya yang mengarah ke perguruan tinggi tempatnya belajar. Yup... pertanyaan itu sedikit menjatuhkan mood. Banyak kampus bertebaran bahkan bertetanggga di Jogja, tapi stigma orang-orang seperti hanya UGM kampus di jogja. 

"kuliah dimana?, kamu baru masuk kuliah ya?" (tuh, kan...)tanya si wanita bertubi-tubi

"iya buk, hehe... keliatan banget ya buk? bawaannya seabrek" jawab si gadis memilih mengabaikan pertanyaan pertama

"iya.. ini tasnya di dorong aja ke bawah kursi depan,  kalau ada keadaan darurat, biar tidak menghalangi evakuasi"

"oh.. iya, maff ya buk" tangkasnya sembari mendorong tasnya yang cukup penuh itu 

"iya.. gak papa, itu isinya apa? makanan ya, makanya gak ke kabin?"

"hehee.... iya buk" jawabnya seraya tersenyum malu

"gak usah malu... maklum lah, mahasiswa kalo pulkam, bekalnya banyak" jawab si ibu tersenyum "saya jadi inget jaman saya kuliah dulu juga malah bawaannya lebih banyak karena naik kapal gak dibatesin muatannya" sambung si ibu tersenyum menerawang. "oh ya, kamu sendiri? gak dianter orang tua?"

"iya, sendiri buk.. hehe... soalnya udah dapet kostan, tinggal masuk kuliah juga ini"

"iyaa.... bagus tuh... harus mandiri. Orang timur nih, mesti berani, meskipun katanya orang timur itu kasar, wataknya keras, tapi kita lebih berani. tempat boleh tertinggal, tapi pemikiran kita gak boleh tertinggal" ungkap si wanita dengan semangat.

Satya HredayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang