02

94 13 3
                                    

Jam menunjukan pukul dua belas siang lewat lima belas menit, dan Lily sudah menguap beberapa kali. Selama Dia menunggu, hanya ada satu pelanggan yang datang. Ya, lelaki kasar itu. Udara mulai terasa dingin karena gerimis mulai turun di luar. Sepertinya akan semakin lebat. Lily menghembuskan nafas berat, Dia sangat khawatir. Deon bilang, Dia akan pulang jam dua belas tepat, dan ini sudah sangat telat. Mungkin terjebak macet di jalan.

"Mbak, mie ayam mang kumis abis. Gue aja ampe basah gini gara-gara berebut porsi terakhir sama ibu-ibu. Lagian Mbak pesannya kejauhan. Mang Kumis mah dekat kampusnya Alanta. Kenapa minta beliin sama gue?!" Deon berteriak saat memasuki ruangan kafe. Dia mengibaskan jaketnya yang basah dan duduk tepat di depan Lily yang sibuk dengan lamunanannya. Tidak ada tanggapan dari kakaknya itu, membuatnya berdecak keras.

"Mbak oyy!"

"Eh, Kamu udah nyampe De. Apa tadi katamu?" Lily tersentak, kaget.

"Mbak nih ngelamun aja. Ntar gak nikah-nikah loh. Mie ayamnya mang Kumis abis."

"Sembarangan! Jadi kamu beli apa? Udah laper tau." Gadis itu menepuk-nepuk perut ratanya.

"Di kira gue gak laper. Gak ada beli apa-apa. Masak mie rebus aja mbak. Atau kalo gak, ini kue aja yang dimakan." Deon menunjuk kue-kue yang terpajang di lemari kaca.

"Ini kue buat dijual, De."

"Di Jual juga bakalan dimakan."

"Ya udah,, kamu masak mienya sana."

"Loh kok aku? Gak mau ahh."

"Terus siapa? Begundal Alanta? Gak mungkinkan."

"Mbaklah. Lagian masakannya Mbak itu enak tau, biar pun cuman mie instan." Puji Deon dengan senyum mengembang.

"Arrgggh,, mau makan aja ribet." Lily berteriak kesal. Gadis itu lalu berjalan ke arah dapur. Mengambil mangkuk, membuka kemasan mie, lalu menumpahkan air panas ke atasnya. Setelah menunggu beberapa menit mie itu pun siap di santap. Lily membawa dua mangkuk mie dan meletakkan satu di depan Deon.

"Yaa,, ini mah bukan mie rebus. Mie yang kecelup air panas ini mah." Deon berucap kecewa, tapi tetap mengaduk tak bersemangat mie di depannya.

"Masakannya Mbak enak tau, biar pun cuman mie instan." Lily mengulang ucapan Deon beberapa saat lalu. "Ya udah sok atuh dimakan. Keburu dingin." Lanjutnya sambil menyeringai.

"Amit-amit punya kakak." Gumam Deon nyaris tak terdengar. Adiknya mulai menyantap mie buatannya dengan lahap.

"De, tadi Mbak ketemu cowok aneh banget." Lily kembali berucap.

"Semua cowok juga Mbak anggap aneh selain kami berempat."

"Kayaknya orang baru."

"Oh, yang macam preman itu."

"Kamu tau?"

"Nggak, cuma tadi nggak sengaja ketemu. Dia kayaknya yang nyewa rumah kosong itu."

"Rumah kosong angker itu?" Deon hanya mengangguk.

"Kenapa Mbak peduli?" Deon bertanya penuh selidik. Lily menggeleng pelan lalu mulai menyuap mie yang sudah mendingin.

"Udah abis! Kenyang!" Deon mendorong mangkuk yang sudah kosong." Jemput Benji sama Cello dulu ya, Mbak"

"Hati-hati, ya!"

"Yokayyy!"

----------------

Mbak, Alanta buat masalah lagi. Cepat pulang.

Tomorrow With YouWhere stories live. Discover now