PROLOG

6.2K 99 15
                                    

Setelah terdengar suara bantingan kaca, Arumi kembali mengejar Muslimah yang berusaha kabur agar ia tak kena emosi istri pertama suaminya. Amarahnya kian membara, sebuah pisau sudah ada di genggaman Arumi dan mengacungkannya ke arah Muslimah.

"MUSLIMAH! JANGAN LARI KAMU! HAHAHAHA.." Ucapnya dengan tawa jahatnya ia terus mengejar Muslimah.

Muslimah semakin mempercepat gerak kakinya hingga ia keluar dari rumah menuju jalan raya. Sesekali ia menoleh ke belakang memastikan bahwa Arumi masih mengejarnya atau tidak. Tak seperti yang ia bayangkan, Arumi semakin dekat dan bahkan berada di belakang Muslimah.

"MUSLIMAH!! SUDAH KU BILANG, BERHENTI!!" Teriak Arumi.

Meskipun dadanya mulai sesak, Muslimah tak menghiraukan Arumi dan terus menambah kecepatan langkah larinya agar dirinya tak tertangkap. Suaminya sedang bekerja dan belum juga pulang ke rumah, tak ada yang bisa membantunya lagi kecuali pertolongan dari Allah.

Kini Muslimah hanya bisa berdoa dan meminta pertolonganNya.

"Ya Allah.. lindungi Hamba, jangan biarkan Mbak Arumi menusukkan pisaunya pada diriku. Ya Allah yang maha baik, cepat sadarkan Mbak Arumi." Doanya dalam hati dengan terus berlari.

Tapi kali ini Allah belum mengabulkan permintaan Muslimah, Arumi berhasil meraih lengan Muslimah. Sontak ia menghentikan langkahnya dan berbalik badan ke Arumi.

Tangannya begitu kuat mencengkram lengan Muslimah hingga membuat Muslimah merengek kesakitan.

"Aww.. sakit, Mbak, tolong lepaskan tangan saya." Lirih Muslimah dengan tangan kirinya yang menahan rasa sakit pada lengannya.

"Sakit Muslimah? Sakit kamu bilang? Lebih sakit mana sama aku yang tau suaminya menikah lagi? Apalagi denganmu Muslimah! Sakit mana? Haa??" Arumi semakin memperkuat cengkramannya pada lengan Muslimah.

"Ampun, Mbak. Saya tau perasaan Mbak Arumi bagaimana, tapi ini sudah takdir Allah, Mbak. Mbak Arumi harus bisa menerimanya dengan ikhlas." Ucap Muslimah dengan wajah yang semakin memerah karena menahan rasa sakitnya.

Arumi tertawa jahat, "HAHAHA, ikhlas? Ikhlas kamu bilang? Istri mana yang ikhlas jika suaminya menikahi perempuan lain? Nggak ada Muslimah!"

"Oohh kamu mau aku ikhlas ya?" Tanya Arumi dengan senyuman palsunya.

"Kamu mau aku ikhlas Muslimah?" Tanyanya sekali lagi.

Muslimah hanya bisa menangis lirih menahan cengkraman Arumi.

"JAWAB MUSLIMAH!"

"Iya, Mbak. Mbak Arumi harus ikhlas menerima takdir Allah." Jawab Muslimah.

Kemudian Arumi menarik Muslimah dengan keras hingga berada di dekapannya membelakangi Arumi. Dengan lengan yang masih dicengkram, Arumi kembali mengeluarkan pisaunya dan menempelkan pada leher Muslimah.

Sontak Muslimah kaget dan membuatnya memejamkan mata setelah melihat pisau yang sudah menempel di lehernya.

"Astagfirullah." Ucap Muslimah pelan.

Kemudian Arumi berbisik pada telinga Muslimah, "Setelah kamu mati, aku akan ikhlas, Muslimah."

Dengan mata yang masih dipejamkan, Muslimah terus menasehati dan berusaha menyadarkan Arumi.

"Astagfirullah. Cepat buang pisau ini, Mbak. Sesungguhnya Allah sangat membenci pembunuhan. Cepat sadar mbak, kembali ke jalan Allah."

Dengan cepat Arumi menyautnya, "Halah Muslimah. Kamu gak usah munafik dengan jilbabmu ini. Gak usah sok suci kamu! Pake sebut sebut Allah lagi! Aku gak takut sama Allah!"

"Astagfirullah, Mbak. Cepat sadar, Mbak. Sebelum Allah memberikan azab kepada Mbak Arumi." Muslimah terus mengingatkan Arumi. Tapi wanita turunan iblis itu sama sekali tidak mendengarnya.

Arumi semakin mengeraskan cengkramannya pada lengan Muslimah. Dan pisaunya kian menekan leher Muslimah hingga terasa permukaan pisau yang tajam. Muslimah terus memanjatkan doa supaya Arumi mengurungkan niatnya untuk membunuh Muslimah.

Keadaan jalanan benar benar sangat sepi. Tidak ada satupun kendaraan yang melaju bahkan seorangpun tidak ada yang melewati jalan itu.

Muslimah hanya bisa pasrah dan berdoa pada Allah. Jika memang ini sudah takdirnya untuk tiada, Muslimah berdoa agar Allah selalu mengampuni dosa dosa yang telah Arumi perbuat.

Ia akan selalu mendoakan dari atas Agar Arumi dapat kembali ke jalan Allah dan berbahagia dengan suaminya di dunia.

Maka Muslimah akan tenang dan ikhlas di sisi Allah.

MUSLIMAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang