"Assalamualaikum warohmatullah..
Assalamualaikum warohmatullah.."
Terdengar begitu lembut nan halus saat perempuan bermukenah putih mengucapkan kedua salam mengakhiri ibadah maghribnya. Wajahnya kian bersinar seakan akan malaikat langsung memberi percikan percikan cahaya ilahi pada dirinya.
Kedua tangan yang ia tadahkan ke atas sembari mengucapkan kalimat kalimat Allah juga tak lupa menyampaikan segala doanya pada sang Pencipta.
Baginya, tiada sesuatu yang paling mulia di mata Allah selain berdoa kepadanya. Dan hanya kepada Allah lah ia memanjat dan memohon agar selalu diberi karunia dan ridho-Nya.
Tak sedikitpun doa yang terlewatkan, ia selalu menyurahkan segala isi hati dan pintahnya pada Allah di setiap akhir sujud ibadahnya. Tak heran jika wajah Muslimah memiliki pancaran cahaya yang menyejukkan hati. Begitu juga dengan mata dan senyumannya yang semanis madu, membahagiakan tiap jiwa yang memandang.
Semilir angin membuat gorden jendela kamar Muslimah menari nari mengikuti kemana gerak angin tersebut. Suara detakan jam dinding begitu terdengar jelas di telinga Muslimah, namun tak membuat ia mengakhiri kencannya dengan Tuhan.
Tok tok tok..
"Muslimah?" Terdengar suara wanita paruh baya di balik pintu kamar memanggil namanya. Yang tak lain adalah ibunda Muslimah.
Muslimah segera mengakhiri doanya sembari mengucapkan Aamiin dan mengusap wajah cantiknya.
"Iya, Umi? Muslimah lepas sholat magrib." Seru Muslimah yang masih terduduk di atas sajadahnya.
"Ada Guntur di depan, Nak. Ia sudah menunggumu." Ucap Umi Zulfa, ibunda Muslimah yang kini sudah menginjak usia lima puluh lima tahun, tapi semangatnya tak pernah berhenti berkobar dalam beribadah juga menafkahi keluarganya.
Ayah Muslimah telah meninggalkan Muslimah juga ibundanya sejak Muslimah berada di kandungan usia delapan bulan. Kini ia tinggal bersama Umi dan juga kakaknya, Salsa.
Guntur dan Muslimah sudah saling mengenal sejak mereka di bangku SMA lima tahun yang lalu. Guntur adalah kakak kelas Muslimah. Umur mereka selisih dua tahun, saat Guntur kelas dua belas, Muslimah baru masuk ke sekolah menengah dan mereka tergabung pada satu organisasi yaitu OSIS. Dan pada saat itulah Guntur mulai menyukai Muslimah.
"Kak Guntur? Ada apa dia kemari, Umi?" Tanya Muslimah.
"Kurang tau Umi, Nak. Baiknya kamu langsung turun dan temui Nak Guntur ya, Imah." Jawab Umi Zulfa kemudian ia turun dan menghampiri Guntur di bawah.
Muslimah langsung melepaskan mukenah yang ia kenakan dan melipatnya kemudian ia simpan kembali di rak kecilnya. Terdapat juga Alqur'an dan kitab kitab yang tertata rapi di dalam rak tersebut.
Saat ia bercermin membenahkan jilbab juga sedikit mengoleskan sedikit lipstik di bibir kecilnya, ia sempat berpikir mengapa Guntur datang ke rumahnya lagi. Padahal ia sudah berkali kali menolak ajakannya untuk menikah, karena ia mengetahui jika Salsa kakak perempuannya itu sangat menyukai Guntur. Muslimah benar benar mempunyai hati yang mulia, ia tak mau membuat hati kakaknya sakit dan cemburu. Namun tetap saja, Guntur terus datang dan mengajaknya untuk menikah.
Tanpa pikir panjang Muslimah segera menyelesaikan jilbabnya, ia tak mau Guntur menunggunya terlalu lama, kemudian ia segera keluar kamar dan turun ke bawah untuk menemui Guntur di ruang tamu.
Saat berada di anak tangga, Muslimah sudah melihat Guntur yang sedang duduk di sofa bersama Umi Zulfa. Entah apa yang mereka bicarakan, Muslimah tak mau ikut campur dan meneruskan langkah kakinya menuruni tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSLIMAH
Roman pour AdolescentsSelain pernikahannya berkali kali gagal, kebaikan hati Muslimah juga membuatnya terjebak menjadi TKW hingga mendapat siksaan dari majikannya. Mampukah dia lolos dan kembali ke Indonesia? COVER BY : PUTRI_GRAPHIC