Dinda, salah satu murid baru di SMA Sukma Jaya. Ia berniat mengikuti ekskul paskib. Karena ia jatuh cinta pada ketuanya, Bagas.
"Din, lo ikut ekskul apaan?" Tanya Vera sambil memegang formulir.
"Paskib deh, ada kakak dingin soalnya." Vera memutar bola matanya malas saat mendengar jawaban Dinda.
"Kak Bagas lagi, Kak Bagas lagi. Bisa gak sih gak ngomongin tu orang?"
"Ya nggak bisa lah, Ver. Dia kan jantung gue,"
"Alay lo."
"Bodo,"
"Eh kantin kuy!" Ajak Dhira, Dinda dan Vera mengangguk setuju.
Sampai dikantin, semua tertuju pada mereka. Baru 3 hari bersekolah, mereka sudah menarik perhatian. Terlebih lagi Vera, dia adalah pemilik sekolah ini.
Vera, Dinda, dan Dhira duduk setelah memesan makanan. Vera dan Dhira terlibat percakapan seru, tapi Dinda hanya menatap Bagas.
"Din, dari tadi lo tau kita ngomongin apa?" Tanya Dhira sekaligus mengangetkan Dinda. Dinda menatap Dhira tajam.
"Lo mah liat dia mulu, es kutub diliatin." Dinda hanya cuek mendengar ucapan Vera.
"Heh... lo dengerin gue gak sih?" Dinda memutar bola matanya malas, lalu menatap Vera dengan sebal.
"Gue itu udah jatuh cinta pandang pertama sama dia. Apa masalah buat lo?"
Pernyataan Dinda membuat Dhira dan Vera menahan tawanya.
"Ngapain nahan ketawa sih? Ada yang salah?" Tanya Dinda heran.
"Lo percaya cinta pandang pertama?" Tanya Dhira, Dinda mengangguk.
"Setau gue cinta pandang pertama itu cuma ada dicerita sama film." Ucap Vera diangguki Dhira.
"Gue bikin sendiri, biar antimainstrem." Dinda menjawab sekenanya saja, lalu kembali menatap Bagas.
"Dinda berubah," bisik Dhira. Vera mengangguk.
"Sekarang jadi dia yang dingin." Bisik Vera membalas. Dhira tersenyum.
***
"Gas, dari tadi gue liatin si cewek itu ngeliatin lo mulu," celetuk Dava, Bagas mengangguk.
"Tau gak? Itu artinya pertanda besar bagi Bagas."
"Ngomong apaan si lo Pul?"
"Tandanya Bagas bisa jatuh cinta."
Tuk...
Aww...
"Gas sakit tau ga?" Ipul menggeram.
"Kalo ngomong saring dulu!" Balas Bagas.
"Si Ipul gak punya penyaringan jadi gitu," celetuk Dava.
Tuk...
Aww...
"Eh sakit bego."
"Lagian elu kalo ngomong suka bener, hahaha," Dava menatap aneh Ipul. Kalo seandainya bener ngapa harus jitak pala Dava?
"Untung ganteng lo Pul."
"Apa Dav gue ganteng? Baru tau lo? Dari lahir gue udah ganteng keleusss," ujar Ipul diiringi tawanya.
"Tadi gue bilang, untung gue gantengnya full. Jan ge'er!"
"Boong ah."
"Bener."
"Boong?!"
"Bener."
"Boong."
"Bener."
"Boong."
"Ben-"
"Diem! Berisik tau."
Ipul dan Dava akhirnya diam. Cari aman aja, kalo Bagas marah kan bahaya.
***
"Eh paskib kumpul di lapangan atas," teriak Arni, salah satu siswa yang mengikuti ekskul paskibra dikelas Dinda.
"Ver, Dhir, kalian mau pulang duluan atau bareng?" Tanya Dinda.
"Gue pulang duluan aja ya Din, Ver. Gue mau latihan basket," pamit Dhira dan pergi meninggalkan Vera dan Dinda.
"Lo Ver, gimana?"
"Maaf banget Din, gue harus latih anak SMP nari," Dinda mengangguk.
"Yaudah ayo bareng ke atas!"
"Eh iya, ayo!"
Vera dan Dinda pergi meninggalkan kelas.
"Ver, Kak Bagas deketin kita," Dinda meremas tangan Vera membuat Vera memutar bola matanya malas.
"Ver, mau pulang?" Tanya Bagas membuat Vera mengernyitkan dahinya.
"Iya Kak," jawab Vera.
"Kakak anterin yah?" Vera menatap Dinda. Cewek itu terlihat kecewa.
"Gak usah Kak. Lagian kakak kan ketua ekskul paskib," balas Vera.
"Kamu ikut?"
"Nggak, Dinda yang ikut Kak," celetuk Dinda. Bagas menatapnya aneh.
"Oh jadi ini temen kamu?" Vera menatap Bagas aneh.
"Emang kenapa Kak? Ada yang aneh?"
"Kamu kalem dia centil."
Mendengar hal tersebut Dinda menarik tangan Vera menjauh.
"Gue yakin Kak Bagas mau buat gue cemburu," gumam Dinda membuat Vera mengangguk.
"Kak Bagas itu ngode, bego!" Dinda menatap Vera tajam.
"Maksud lo?"
"Dia gak suka cewek centil. Kak Bagas lebih suka cewek kalem," jelas Vera.
"Gue bakal jadi cewek kalem," Dinda mendekati anak paskib lainnya. Vera menghela nafas seraya menatap punggung Dinda yang mulai menjauh.
"Peka si, tapi... gak usah jadi orang lain juga kali. Kak Bagas itu lebih suka yang apa adanya tau. Dinda, lo terlalu polos untuk cinta."
Vera mengendikkan bahunya lalu pergi keluar sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Berharap
Teen Fiction"Kak jan php dong!"~ Dinda Ayu Alisya "Lo aja yang terlalu berharap," ~ Bagas Adriansyah Putra Menurut Dinda; Jan berharap ama kakak kelas, kerjaannya php terus. Apa perlu gua timpuk pake batu, biar tau rasa sakinya?