SUASANA di aula benar-benar ramai. Bukan karena ada pengumuman pemenang lotre. Tetapi karena dikumpulkannya siswa siswi baru di pusatnya SMA Lintang Utara.
"Tes ... tes ... Kim Taehyung saranghaeyo ... tes ... tes .... "
Prita menepuk bahu Kanina. Cewek penggila negara yang terkenal dengan gingsengnya itu kembali berulah. Menambah kericuhan di aula. Tahu-tahu saja mengumandangkan nama yang didengar saja asing. Tapi banyak juga siswi-siswi kelas 10 yang merespon.
"Apaan sih, Prit? Lagi cek sound juga." Kanina meletakkan mikrofon yang baru saja ia cek suaranya. Apakah masih berfungsi atau tidak.
"Lo kalo cek sound yang bener dong. Jangan Korea mulu lo bawa-bawa!" Sindir Prita ketika Cewek itu sedang sibuk-sibuknya menata berkas formulir yang akan diisi oleh calon anggota baru eskul Fotografi sekolah.
"Iya bawelku sayang," jawab Kanina seolah sama sekali gak mengindahkan teguran dari Prita.
Dari arah pintu utama, suasananya semakin tidak terkendali. Bahkan, Ravi. Si ketua osis malah berlari menuju barisan eskul yang diketuai oleh Prita. Ketimbang menyelam dan memecah kehebohan di area pintu aula.
"Ada apaan? Pasar kaget?" Tanya Kanina tambah ngaco. Membuat Prita cuma geleng-geleng kepala.
"Itu, si Daniar—"
"Cowok tengil itu lagi?" Potong Prita geram. Tanpa ba—bi—bu lagi, si Bidadari SMA Lintang Utara itu menapak maju ke depan. Membelah lautan siswi-siswi baru yang tengah menggila karena si Kadal Buntung ini.
Tapi siapa sangka, kalau tali sepatu Prita lepas sebelah. Dan adegan memuakan seperti ditangkap sebelum pantatnya mencium ubin aula bisa Prita anggap sebagai scene paling horor ketimbang waktu si Valak muncul dari televisi tua.
"Eh, si Sumprit." Daniar tersenyum dengan manisnya. Mengabaikan Prita yang terus berontak dalam pelukannya.
"Lepasin gak? Lo budeg apa tuli? Dani—ARRR!"
Gubrak!
Semua orang tercengang. Mulai dari Kanina yang sibuk ngoceh tentang drama terbaru yang tayang di selot Senin-Selasa. Atau Aji si sekretaris osis yang sibuk mendata calon kandidat penerus osis berikutnya. Atau Haikal, si ketua club sains yang terkenal dengan julukan Cold Man itu sejenak melongo. Menyaksikan bagaimana bokong Prita mencium dinginnya lantai ubin.
Dengan santainya, Daniar berujar, "Oops, sori. Maklum aja ya, gue bukan anak basket yang kuat tangannya. Tapi anak futsal, yang kuat kakinya."
Prita mengutuk Daniar dalam hati. Kemudian berdiri tanpa peduli bantuan siapapun. Prita menunjuk tepat pada hidung mancung Daniar.
"Elo ya .... " desis Prita tertahan karena kedatangan Bu Airin guru BK sekaligus yang mengurus bagian kesiswaan seperti Osis dan eskul SMA Lintang Utara.
Prita mendelik. Sebelum akhirnya kerumunan masa itu dibubar paksa oleh Bu Airin. Prita menyempatkan diri untuk menendang tulang kering kiri milik Daniar. Membuatnya berlonjak menahan ngilu yang teramat di kaki kirinya.
"Makan tuh kuat! Dasar Kadal Buntung!" Umpat Prita sebelum ia berlalu dan hanyut dalam lautan manusia.
***
PRITA membenamkan wajahnya di atas bantal. Bau aroma terapi yang menguar menusuk indera penciumnya ini rasanya tidak berefek besar untuk menghilangkan rasa stressnya. Belum genap satu minggu kembali bersekolah setelah liburan semester. Tapi sekarang, Prita jadi pengen liburan lagi ke Banjarmasin. Ke kota kelahirannya.
Prita menggapai ponselnya yang terletak di atas nakas dengan malas. Ketika beberapa kali didengarnya suara Raissa mengalun indah ketika sebuah panggilan masuk di ponselnya.
Prita mengernyit. "Nomor gak dikenal? Siapa?" Gumam Prita tak acuh. Kemudian melemparkan ponselnya asal ke atas kasur. Sebelum ia kembali melanjutkan niatnya untuk membersihkan diri sejenak, pesan baru ia terima lewat aplikasi LINE.
@DaniarSoccerboss
"Sore menjelang malam, Sumprit!"
@DaniarSoccerboss
"Coba tebak ini siapa?"
@DaniarSoccerboss
"Tahu dong, ini kan panggilan sayang dari Daniar Perwira!"
@DaniarSoccerboss
"Iya. Si kapten futsal ganteng yang gantengnya bisa ngalah-ngalain lee min hoo!"
@DaniarSoccerboss
"Kok lo gak bales sih? Masih menerka-nerka sedang apa dan di mana gue sekarang? Yang pasti gak lagi ada di hatimu. Hahahaha."
@DaniarSoccerboss
"Rply pliss."
@Pritaaana
"Siapa?"
@DaniarSoccerboss
"Calon masa depan lo."
@Pritaaana
"Gila!"
@DaniarSoccerboss
"Kok gitu?" ;(
@Pritaaana
"Please stop it! Bisa gak sih? Lo gak ganggu hidup gue? Sehari aja!"
@DaniarSoccerboss
"Uhhh ... sori gak bisa."
@Pritaaana
"Terserah!"
@DaniarSoccerboss
"Jangan lupa makan ya?"
@DaniarSoccerboss
"Jahat ya lo. Cuma di R doang?"
@DaniarSoccerboss
"Oke deh, see u juga."
@DaniarSoccerboss
"Oh iya. Niat gue cuma mau nanya aja, apa pantat lo baik-baik aja? Setelah bunyi bedebum kayak tadi siang? Gue pikir lo kudu nurunin berat badan, yakan? Bidadari?"
@DaniarSoccerboss
"Udah mati?"
@Pritaaana
"Lo aja yang mati! Dasar Kadal!"
Arrrggghhh! Sial! Sial! Sial! Kenapa sih, hidup Prita kudu berputar terus pada manusia kardus macam Daniar? Sudah cukup Cowok gila itu selalu merendahkannya. Dan menghubunginya lalu bertanya tentang keadaan pantat Prita? Tentu saja sakit! Dasar kadal buntung kurang waras! Sakit jiwa!
"Ta?" Panggil Ibu dari balik pintu. Buru-buru Prita menyahut sopan. "Iya Bu?"
"Turun dulu. Makan," suruh Ibu kemudian turun ke lantai dasar. Ugh, kalau bukan karen Daniar. Pasti Prita sudah menyantap makan malam bersama Ibu dan Ayah. Dan segala hal yang berhubungan dengan Daniar adalah berarti sial untuk Prita.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pepermint
Teen FictionIni bukan kisah sang pembenci berujung cinta. Bukan pula kisah cinta berujung tragedi. Hanya kisah klise yang banyak orang tahu, jika mengatakan lebih sulit daripada bertindak. Ada sebuah debaran yang selalu berujung dengan ketidak pastian. Karena...