If Only

1.3K 125 13
                                    

Retina gadis itu menangkap pemandangan keluarga yang menangis tersedu-sedu. Gadis itu berbalik. Ia harus melakukan pekerjaannya sebagai seorang perias jenazah. Gadis itu—Bae Juhyeon—dengan telaten membersihkan darah yang mengalir di sekujur tubuh pemuda yang mungkin seusianya.

Pada saat gadis itu hendak memasukkan sebuah alat semacam softlens—guna agar mata pemuda itu tidak kempes setelah kematiannya, mata pemuda itu bergerak hingga membuat gadis itu terpekik histeris.

Juhyeon semakin menguatkan pekikannya kala pemuda itu bangkit dari pembaringannya.

"Aku di mana?" Tanya pemuda itu pada Juhyeon. "Di mana Taeyeon?"

Gadis itu tidak menjawab. Ia malah berteriak. "Tolong aku! Jenazahnya bergerak!"

Pemuda itu turun dari ranjang besi tempatnya tadi terbaring. Ia mendekati sang gadis.

Gadis itu kembali terpekik. Pemuda itu pun juga ikut terpekik saat mengetahui bahwa tak sehelai benang pun menutupi tubuhnya.

***

Juhyeon duduk di salah satu kursi tunggu rumah sakit. Ia masih syok dengan mayat hidup yang tadi ia hadapi.

"Kau pasti sangat terkejut," kata Kang Seulgi—salah satu dokter di rumah sakit Baekhak. Ia menyodorkan segelas kopi kepada Juhyeon untuk menenangkan gadis itu.

Juhyeon memeganginya gelas kopinya erat, berniat untuk menghantarkan hangatnya kopi ke tangannya yang mendingin. "Aku pikir aku akan mati karena serangan jantung," ucap gadis itu pelan.

Dokter muda itu menunjuk sosok yang ditutupi kain putih yang berasal dari salah satu kamar dengan dagunya. Juhyeon melihat apa yang ditunjukkan wanita berprofesi sebagai dokter itu kepadanya melalui sudut matanya.

"Ada apa dengan jenazah itu?" Tanya Juhyeon.

"Dia adalah kekasih mayat hidup tadi, padahal mereka baru saja saja menikah hari ini," cerita Seulgi.

Juhyeon beralih melihat gelas kopinya. "Kasihan sekali."

***

Juhyeon meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku akibat merias beberapa jenazah. Gadis itu melangkah keluar dari gedung rumah sakit. Lagi-lagi gadis Bae itu terkejut, kali ini gara-gara botol infus yang jatuh dari atas gedung rumah sakit.

Gadis itu mengumpat sambil mendongak ke atas untuk melihat siapa yang sengaja menjatuhkan botol infus tersebut. Mata Juhyeon menyipit kala melihat pemuda yang tengah berdiri di pagar pembatas atap rumah sakit.

Dengan cepat gadis itu masuk ke dalam rumah sakit, dan segera memberi tahu pihak keamanan jika ada seorang pemuda yang hendak melakukan tindak bunuh diri.

Setelah memberi tahu pihak keamanan, gadis bersurai coklat tua itu bergerak cepat untuk menghentikan pemuda yang hendak bunuh diri tadi. Ia menggigiti kukunya ketika menunggu lift, namun ia merasa menunggu lift terlalu lama, hingga gadis itu memutuskan untuk menaiki tangga darurat.

Walau kakinya sudah terlalu pegal untuk menaiki ratusan tangga. Juhyeon tetap berusaha sekuat tenaganya. Dengan napas terengah-engah. Ia membuka kenop pintu menuju atap.

Gadis itu sudah tak dapat lagi menghentikan pemuda itu dengan kata 'stop'. Ia malah mendekati pemuda yang mulai kehilangan keseimbangannya.

Tangannya menahan tangan pemuda yang hampir jatuh ke permukaan tanah. Ia mengerahkan semua tenaganya yang tersisa untuk menyelamatkan pemuda itu.

"Lepaskan aku!" Pemuda itu—Byun Baekhyun—memberontak sembari mencoba melepaskan tangan Juhyeon yang menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

Sekuat apapun Juhyeon mencoba, tenaga Baekhyun tentu lebih besar daripada tenaga gadis bertubuh kecil sepertinya. Juhyeon ikut terjatuh bersama Baekhyun. Untungnya pihak rumah sakit sudah menyediakan balon pelindung dibawah sebagai antisipasi.

If Only (BAEKHYUN X IRENE) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang