Tatapan..

2 0 0
                                    

  Pagi menyapa, dengan tergesa-gesa, Zahra membawa cupcake buatan ibunya. Keranjang biru berpita, selalu menemaninya. Tepat ketika di persimpangan jalan, "BRUKK!!" , pandangannya seketika buyar, dalam samar-samar ia melihat seorang murid laki-laki menolongnya.

***

  Perlahan, ia membuka matanya pelan-pelan. Zahra menoleh ke arah jendela, terlihat rintik hujan mengguyur. Terlihat seorang murid laki-laki menatapnya dari kejauhan, guyuran hujan membasahinya. Namun ketika Zahra beranjak turun dari tempatnya, ia kembali menatap jendela, murid laki-laki itu hilang dalam pandangannya. "Tadi siapa yaa? Ko' seragamnya sama kayak seragam gue yakk? Kasian ujan-ujanan, yaa meskipun cuma gerimis doang." Ucapnya. Zahra melirik sekitarnya di dalam ruangan, kepalanya masih pening, ia pun melirik ke arah jam dinding ruangan, jam sudah menunjukan pukul 06.00 WIB, "ohh baru jam 06.00 WIB.." ucap Zahra santai. "WHAT??!!! jam 06.00 WIB?? Waduhh!! Bakal telat masuk kelas nih." Zahra bergegas menuju ruang Administrasi, "Permisi mba, saya pasien ruang no.A12. Berapa biaya yang musti saya bayar mba?"       "Sebelumnya, maaf, nama anda siapa?", tanya staf Administrasi. "Zahra Myesha Ufairah" "Tunggu yaa, " ucap staf Administrasi mengecek daftar pembayaran, "Oh yaa, mba tidak perlu membayar, karena biaya selama mba di rawat di sini sudah dibayar oleh seseorang." Zahra heran, "Semuanya?" "Yaa, semuanya", ucap staf Administrasi meyakinkan. "Maaf mba, boleh saya tau siapa -seseorang- itu?", tanya Zahra, penasaran. "Maaf juga sebelumnya mba, saya tidak bisa memberitahu siapa yang menanggung biaya rawat mba disini, karena itu keinginan dia."
  "Ciri-cirinya seperti apa mba?" "Dia memakai seragam sekolah, persis seperti seragam yang mba Zahra pakai sekarang."
  Zahra terdiam, "Ohh, oke. Makasih mba."
  "Iya sama-sama, mba Zahra."

  Jam sudah menunjukan pukul 06.10 WIB. Namun, Zahra seperti meninggalkan sesuatu di ruangan tempatnya dirawat tadi. "Astaga!! Keranjang."
  Cepat-cepat Zahra menuju ruang tempatnya dirawat, berusaha menemukan keranjang cupcake ibunya. Namun, di dalam ruangan itu, ia tak menemukan benda tersebut. "Ko' gak ada yaa? Atau jangan-jangan jatuh di jalan? Ahh gak mungkin! Tadi gue liat ko' keranjang itu disini. Meskipun gue liatnya samar-samar sih. Tapi gue yakin ko' keranjang itu disini. Hmm. Ehh ko' gue ngomong sendiri yaa? Aarghh!", ucap Zahra seraya menunjuk meja kecil di sudut ruangan.
  Zahra tersadar, ia lantas melihat jam dinding ruangan, jarum jam sudah menunjukan pukul 06.15 WIB, "aduhh!! Telat masuk kelas."

***

  Dengan tergesa-gesa, setelah berlari cukup jauh, akhirnya pintu gerbang sekolah itu tepat 1 meter di hadapannya. Ia menggedor-gedor pintu gerbang yang masih tertutup, "Pak Trisno, bukain gerbangnya, pak..", namun tak ada respon sama sekali.
  "Pak, bukain gerbangnya pak," ucapnya lagi.     Terdengar suara derap langkah dari belakang Zahra, namun ia tak menyadarinya.
  "Hoii.. percuma lo gedor-gedor, gabakal kebuka.", sahutnya. Zahra langsung menoleh ke arah sumber suara yang tepat dibelakangnya,   "Elo??" Seseorang itu hanya membalas sahutan Zahra dengan senyum simpulnya yang menawan, kalau boleh jujur, sebenarnya Zahra terpesona oleh senyumnya yang menawan itu, bahkan, perempuan satu sekolahnya berusaha agar dia tersenyum pada mereka. Bagaimana tidak gugup? Senyum itu menawan.
  Zahra tersadar, ia lantas menggedor-gedor pintu gerbangnya lagi.
  "Hehh cewe keras kepala. Percuma lo gedor-gedor pintu gerbangnya. Pak Trisno nya ajah ada disana. ", ucapnya menunjuk seorang satpam yang sedang bertugas berkeliling mngontrol sekolah. "Nih yaa. Pak, permisi pak, tolong bukakan pintu gerbangnya pak, ", sahutnya dengan suara bass yang dimilikinya.
  Ajaibnya, pak Trisno menoleh. "Tuh kan, lo liat.", ucapnya dengan sinis
  "Heran gue, suara cempreng kayak gue kenapa musti gak kedenger yakk, kayaknya gue harus ganti suara gue deh, ", gumam Zahra.
  Seseorang yang disampingnya terkesiap, "jangan", ucapnya tanpa sadar.
  "Lo ngomong apa? -jangan- ??"
  "Enggak, lo salah denger kali."
  "Hmm.."
   Seseorang itu bergumam dalam hatinya, "Jangan diubah, suara cempreng lu itu unik."

***

"Ada apa ini ada apa?", tanya pak Trisno
"Bukain pintu gerbangnya sih pak, please..", ucap Zahra memelas.
  Seseorang itu mengernyit, "Gausah melas banget gituh kali."
  Zahra menoleh, memandang seseorang itu dengan dingin. Lantas, ia kembali meminta pak Trisno agar membukakan pintu gerbangnya. "Pak, saya mohon, bukakan pintu gerbangnya pak, saya pengen belajar." Ucapnya.
  "Bukain ajah pak, kasian."
  "Heh lo! Siapapun nama lo, kenapa sih lo santai banget. Sementara lo tau sendiri, pintu gerbang masih ketutup." Ucap Zahra bingung.
  "Yaa daripada panik kayak lo.", balasnya cuek.

(Hening)

"Ok, bapak kabulkan permintaanmu, lain kali jangan diulangi lagi, "ucap pak Trisno.
  "Siap, pak", Sahut Zahra.
   Pak Trisno lantas membukakan pintu gerbangnya, "Kalian, silahkan masuk."
  Zahra tersenyum, "terimakasih, pak."
  Sadar, bahwa ketika Zahra tersenyum, seseorang sedang memperhatikannya, Zahra menoleh. Sayangnya ketika Zahra menoleh, seseorang itu masih menatapnya.
  "Hehh! Lo. Ngapain sih lo natap gue kayak gituhh? Serem tau gak." Ucap Zahra, jutek.
  Seseorang itu terkesiap, "ehhh" .
  Lantas ia bergumam dalam hati. "Romantis gituh, masa iya serem. Cewe aneh!."
  "Baru nyadar lo?"
   "Sorry tadi gue ketiduran," , ucap seseorang itu, lalu meninggalkan Zahra.
   Zahra berjalan menghampirinya, "Ketiduran?? heh, sejak kapan orang tidur, matanya melek? Jelas-jelas lu tadi natap gue gituh, masih ajah ngelak."
  Seseorang itu berhenti berjalan, lantas menoleh ke arah Zahra. Zahra pun berhenti melangkah, seseorang itu mendekat, menatap Zahra, lekat. Hingga akhirnya wajah mereka berjarak hanya beberapa senti. Degub jantung Zahra tak menentu, jikapun dihitung perdetiknya, maka tak terhitung, tak sesuai ritme, -DEGG!! "Elo, cewek teraneh yang pernah gue temuin.", ucap seseorang itu.
   Zahra terdiam..

-next part :)

DI BALIK SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang