JUTAWAN TERSOHOR Benjamin Clouver menggerak-gerakkan pulpen visconti nya resah. Ia tidak habis pikir, mengapa mereka mengatakan bahwa pria kaya dan kelewat tampan seperti dirinya ini di sebutkan sebagai pria dingin yang tidak pernah bersosialisasi. Ben ingat, ia selalu ikut dalam perkumpulan yang di atur Charles - asisten pribadinya - dimana perkumpulan itu cukup memangkas digit tabungannya lumayan besar. Namun ternyata semua itu tidak cukup memperbaiki citranya sebagai pria yang masih single di usianya yang sudah memasuki kepala empat. Memangnya apa yang salah dengan itu?. Ben sendiri tidak mengerti mengapa semua orang begitu tertarik dengan masalah pribadinya.
Ben melirik jam tanganya yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Ia menaruh pulpenya di laci, melepas kacamata dan memencet interkom. "Aku sudah selesai Charly," katanya. Setelah beberapa saat, seorang pria bertubuh jangkung, berkulit cokelat, rambut ubannya merupakan trend yang ia ikuti sejak beberapa bulan yang lalu - hal itu cukup membuatnya begitu percaya diri - masuk membawa penyedot debu. "Yah yah! OB mu ini sudah di sini Sir".
"Ya tuhan, sejak kapan kau bermulut pedas Charly?" kata Ben bercanda.
Charles mengangkat bahu acuh, merapikan berkas-berkas yang masih berserakan di meja, menjalankan penyedot debu agar benda itu bekerja sebagaimana mestinya. Ben masih disana saat itu, melihat bagaimana asisten pribadinya itu melakukan pekerjaan yang seharusnya di lakukan oleh seorang OB. Sebenarnya Ben tidak ingin memerintahkan Charles melakukan semua perkerjaan itu, Tapi Ben tidak pernah mengijinkan orang lain masuk keruang kerja pribadinya selain dirinya sendiri dan Charles. Baginya Charles sudah seperti ayah, kakak dan sahabat. Meskipun kadang-kadang mereka nampak seperti pasangan Gay.
"Aku sudah selesai." Charles membuyarkan lamunan Ben, mengambil jas yang masih tergantung di kursi lalu memberikannya kepada tuannya. "Gadis mana yang akan kau tiduri untuk malam ini sir?"
Ben nyengir kuda kemudian berjalan mendahului Charles. "Bagaimana menurutmu mengenai Maroko?".
"Jika kau ingin, tetapi biar aku ingatkan, mereka terlalu berbau cerutu".
"Aku suka yang bermata biru" Ben menambahkan. Kini mereka sedang berada di lift. Charles memencet angka satu. "Tapi kebanyakan dari mereka berdada rata, tapi silahkan saja jika kau memaksa. Lagipula, yang bermata hitam jauh terlihat seksi,"
Ben menimbang-nimbang sejenak. Melirik Charles yang nampak seperti bajingan sejati. "Berapa gadis yang kau tiduri dalam minggu ini Charly?" Ben bertanya sungguh-sungguh, bukan bermaksud untuk menyindir. Meskipun kenyataannya Charles memang sedikit tersindir. "Seingatku 6, atau mungkin 8. Entahlah."
Tiingg...
Pintu lift terbuka. Di hadapan Ben berdiri seorang wanita memakai pakaian formal yang telihat wajar, meskipun belahan dadanya sedikit terlihat kurang bahan. Wanita itu tersenyum dan menunduk sekilas untuk memberi hormat. Ben melirik sekilas - karena memang pandangan yang seperti itu sulit untuk di abaikan - namun segera mengalihkan pandangannya ke punggung Charles yang berada di depannya. Charles keluar di ikuti Ben dari belakang.
"Kau lihat itu Charly?" tanya Ben tanpa mengatakan bahwa dirinya sempat meliriknya setidaknya lebih dari 5 detik.
"Tidak."
Ben terdiam. Berfikir apakah hanya dirinya yang punya mata jelalatan. Sebenarnya tidak juga. Ben sudah fasih mengenai wanita-wanita seperti itu. Hanya saja, seperti yang di katakan tadi bahwa pemandangan seperti itu sulit untuk di abaikan.
"Permainannya monoton," kata Charles menambahkan. "Wanita itu suka ketika kau seperkasa kuda jantan di musim kawin, tetapi yang di lakukannya hanya seperti pelepah pisang."
Ben nyaris mati tersedak air liurnya sendiri. Tidak percaya akan pemikirannya bahwa mungkin saja Charles telah meniduri semua karyawan wanitanya. Ben penasaran dengan satu hal. Apakah Charles juga pernah meniduri Milly? - Sekertaris yang selalu mencoba segala cara untuk menarik perhatian Ben. Memikirkan hal itu Ben agak sedikit marah dengan Charles. Bukan berarti Ben cemburu. Faktanya hingga saat ini belum ada satu wanitapun yang mampu mengikatnya. Tapi Ben sedikit marah karena Charles akan membuat karyawan wanitanya tidak konsentrasi dalam pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved
RomanceKetika memasukinya pertama kali, Benjamin clouver merasa ada yang aneh. Dia memesan wanita yang perpengalaman untuk memuaskan nafsunya, bukan gadis perawan yang berteriak kesakitan ketika ia tidak sengaja bermain kasar. Tetapi tentu saja Johanna Joh...