Kini sudah saatnya untuk padamkan hati, hati yang semakin berontak dan memanas karena kau pembuat bara di hati.
Tak ada gunanya ku berdiam tak bertindak, mengiris hati dan perasaan menahan luka, menutupi dengan goresan senyum palsu setiap saat.
Betapa berartinya kau untukku, aku biasa menjelma menjadi apapun yg kau mau, tak usah kau pedulikan aku.
Memang, aku ada, tapi tak nyata adanya di matamu.
Aku hanya seperti angin lewat yg bisa dirasakan tapi tak dapat di sentuh.
Sudah saatnya ku padamka hati, dan pergi meninggalkan lara, agar kau sadar kemarin aku ada, tapi kau tak melihat.
-Tira Ayumi-