Bab 1

35 6 1
                                    


Januari 2027.

Udara dingin menyelusup masuk menembus mantel bulu yang digunakan seorang wanita berambut hitam. Di hadapannya, di atas meja bundar, terdapat segelas coklat panas dan sebuah buku usang yang lumayan tebal. Mata coklat miliknya menatap kendaraan yang berlalu lalang melalui jendela kaca besar di samping kirinya.

Setetes air mata tepat jatuh bersamaan dengan hujan yang tiba-tiba turun dengan derasnya. Seolah hujan juga turut merasakan apa yang dirasakan oleh wanita berusia 23 tahun itu.

Matanya beralih menatap buku usang tersebut. Lagi-lagi, dengan bebasnya, air mata merembes dari pelupuk matanya.

Buku itu. Buku berjuta kenangan. Sebagian besar kejadian dalam hidupnya, tertulis dalam buku itu. Setiap sisi. Bahagia, kesedihan. Semua ada di dalamnya. Termasuk penyesalan. Termasuk kejadian malam itu. Dengan gemetar, wanita itu mencoba membuka buku usang dihadapannya. Tetap membiarkan air mata mengalir dengan derasnya. Wanita itu terus berusaha. Berusaha membuka cerita lama. Mengulangnya lagi. Berharap semua bisa berubah.

Berharap semua penyesalan berganti menjadi kebahagiaan.

Tapi bisakah?
Bisakah waktu di ulang lagi?
Tidak.

Tidak ada yang bisa mengulang waktu.
Karena waktu terus berputar. Tidak dapat dihentikan, atau dipaksa mundur.

Menghela napas panjang, wanita berambut hitam itu membuka buku usang dihadapannya. Menyiapkan diri untuk tetap tenang saat mencoba membaca ulang cerita lama.

Dan cerita ini dimulai. Saat halaman pertama buku itu dibaca olehnya.

•••

"Arini.." Hadis membalikan badannya menghadap Arini.

Arini menengadah, berhenti melipat pakaiannya.

"Ya..?"

"Lo siap untuk besok?" Senyum Hadis tidak pernah pudar.

"Banget. Gue gak sabaran tau nggak." Arini jingkrak-jingkrak kegirangan.

"Siap pake seragam baru?"

"Iya.." pekik Arini keras. Sedetik kemudian dia membelalak.

"Sssttss.. lo kok teriak sih? Ntar kita ketahuan sama ibu asuh karna belom bobok" Hadis juga sama. Membelalak.

"Heheheh.. sori" ujarnya dengan mengatup kedua telapak tangan.

"Ya, sudah. Kita tidur aja, entar telat. Huh" Hadis menepuk tumpukan pakaiannya yang sudah selesai dilipat.

Kemudian mereka merebahkan tubuh di kasur kecil masing-masing. Beberapa menit kemudian, keduanya benar-benar tertidur.

Dan doa keduanya sebelum tidur, sama. Semoga hari pertama di jenjang smp ini menyenangkan, sampai seterusnya semoga menyenangkan.

•••

MOS belum juga berakhir. Murid baru masih tetap berada di gugus masing-masing. Melakukan semua tugas yang diperintahkan kakak pembimbing. Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok. Arini dan Hadis ditugaskan mengumpulkan 100 tanda tangan dari murid kelas 9.

Tugas ini membuat Arini dan Hadis mendengus kesal secara bersamaan.

Dan yang paling membuat keduanya kesal adalah 100 tanda tangan itu harus terkumpul dalam waktu satu setengah jam.

Dan 15 menit waktu mereka sudah tersita karena bersungut-sungut dan menyumpahi kakak pembimbing tersebut saat mereka sedang mencari murid kelas 9 yang ajaibnya menghilang entah kemana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pudih LuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang