Seira menghentikan langkah kakinya setelah melangkah keluar dari pintu kaca besar Bandara Internasional Incheon. Kopernya ia tegakkan di samping kaki kanannya. Sejenak ia berdiri di sana, membenarkan posisi ransel yang menggantung di punggungnya, lalu menarik napas panjang dan mengembuskannya kencang. Ia merapatkan syal putih yang melingkari le-her saat hembusan angin pagi musim gugur membelai wajahnya. Finally, angin musim gugur yang tidak pernah ia rasakan di Indonesia, di sini ia merasakannya.
Seketika Seira melompat senang. Alih-alih merasa kedinginan dengan udara di sekitar atau kelelahan karena perjalanan panjang delapan jam yang ia tempuh, ia justru terlalu exited dengan keadaan sekitar sampai tak memedulikan pandangan dari beberapa pasang mata yang berlalu lalang keluar masuk pintu utama bandara. Ia sibuk ber-selfie ria, kembali memotret sudut-sudut bandara yang menurutnya menarik dengan kamera yang menggantung di depan dada. Senyumnya mengembang lebar hingga sudut-sudut bibirnya nyaris menyentuh telinga setiap melihat hasil fotonya. Semuanya bagus. Nyaris tak ada satu tempat menarik pun yang terlewat dari lensa kameranya. Bahkan hal yang menurut orang lain biasa-biasa saja menjadi sangat indah di matanya.
Ahhh, Korea memang sudah berhasil menghipnotisnya. Bahkan hanya dalam hitungan menit setelah ia menapakkan kaki di sini, ia menyadari bahwa ia sudah tergila-gila. Ini sangat luar biasa. Kebahagiaan yang membanjiri hatinya saat ini sulit untuk dilukiskan. Kemegahan bandara Incheon yang selama ini hanya bisa ia lihat di internet atau di dalam drama-drama Korea sukses membuatnya melongo parah, menganga dan tidak berhenti berdecak kagum sejak tadi setelah melihatnya langsung dengan mata kepalanya sendiri. Menakjubkan. Dan moment ini sangat sayang untuk diabaikan.
Lima belas menit berlalu. Seira menutup kameranya setelah merasa puas mengambil foto. Ia meraih pegangan koper dan ingin kembali melanjutkan langkah ketika tiba-tiba se-suatu yang cukup keras itu membentur punggungnya. Tubuh Seira pun oleng. Kedua kakinya yang tidak bisa bergerak cepat mengembalikan keseimbangan tubuh membuatnya jatuh ter-sungkur dengan kedua lutut membentur lantai keramik bandara. Seira memekik keras sekali-gus mengaduh kesakitan, lalu menoleh cepat ke arah belakang.
Seketika ia mendengus. Kebahagiaan dan senyum yang menghiasi bibirnya mendadak lenyap saat ia mendapati sosok tinggi yang berdiri mematung dengan wajah datar dan tatapan tajam tertuju ke arahnya. Seira meringis—sekaligus menahan kesal—ketika matanya menda-pati orang-orang di sekitarnya berhenti melangkah, lalu menatapnya iba.
"Yak. Kau manusia, kan? Bandara ini luas. Apa yang kau lakukan dengan berdiri di depan pintu masuk, hah? Menghalangi jalan orang-orang di sini saja. Sial."
Apa? Seira melongo dan mengerjap-ngerjap beberapa kali. Bukannya merasa bersalah dan menolongnya untuk berdiri, laki-laki itu malah mengomelinya. Brengsek. Seira meng-umpat dalam hati dan menggenggam kedua tangannya kuat-kuat, lalu ingin membalas omelan itu, tapi ia tunda ketika ia menyadari semakin banyak mata yang tertuju padanya.
"Kenapa? Kau marah? Bukan aku yang salah, tapi kau. Makanya lain kali berhentilah di tempat yang sepantasnya. Kau bukan patung, nona."
Laki-laki itu mengoceh lagi. Kali ini nada suaranya penuh sindiran. Ekspresi wajah-nya juga sangat menjengkelkan. Seira tidak menyukai cara laki-laki itu memandangnya deng-an sebelah alis terangkat tinggi, dan tersenyum dengan senyuman menghina.
Brengsek. Seira tidak terima diremehkan.
Amarah Seira pun mencuat. Saat laki-laki itu mulai berjalan dan akan melewatinya, Seira menghembuskan napas singkat, meniup helaian rambut yang menutupi wajahnya, lalu segera memasang kuda-kuda terbaiknya sambil mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat d an menumpukan berat tubuh di lutut kiri dengan kaki kanannya yang siap beraksi. Ia menatap sangar ke punggung yang berjarak satu meter darinya itu sambil memposisikan tubuhnya ber-ada di sudut yang pas, lalu dalam hitungan detik kemudian ia mencegat langkah laki-laki itu dengan menendang keras pergelangan kakinya dengan gerakan berputar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Trip
RomanceHai... this's my first time menuliskan karya saya di wattpad. Entah kenapa saya tiba-tiba punya keinginan untuk berbagi cerita di sini, salah satu alasan yang mungkin adalah karena tiga naskah saya yang sudah diACC penerbit mayor belum rilis. Jadi...