Lima

550 71 7
                                    

"Woohyun-ah, kau mendengarku?" tanya Sunggyu, tangannya menepuk-nepuk bahu Woohyun. Woohyun hanya mengangguk lemah. Woohyun berdiri dan berjalan ke arah jendela, Sunggyu mengikutinya dan kemudian berhenti. Lama Sunggyu menunggu Woohyun bergerak, namun dia hanya diam mematung menerawang keluar jendela. Matanya terlihat kosong, Sunggyu ingin mendekati namun dia tak yakin apakah ini waktu yang pas untuk menghibur Woohyun atau tidak.

Sunggyu akan kembali ke tempat duduknya semula namun tertahan, saat dia menoleh untuk memastikan apakah Woohyun masih ada di tempat atau tidak. Sunggyu berlari ke arah Woohyun dan mencengkram lengannya, Sunggyu takut mata Woohyun berubah ke asalnya. Warna biru gelap yang mengerikan.
"Wooh-," belum selesai memanggil nama Woohyun kepala Sunggyu terasa berat, kepalanya begitu pusing, dan dia merasa sedang tersedot ke suatu tempat, semua yang ada di sekitarnya berputar begitu cepat. Nafasnya juga, dia merasa oksigen akan habis. Sunggyu termegap-megap berharap mendapatkan oksigen lagi dan kemudian dia merasa terhenyak di tempat yang terasa tidak nyaman. Sunggyu menghela nafas lega akhirnya bisa bernafas seperti biasanya lagi.
Sunggyu membuka matanya dan menganga melihat apa yang terjadi. Baru saja, mungkin satu menit yang lalu dia masih di kamar yang mengerikan itu, namun saat ini dia berada di sebuah ruang kosong, hanya ada cahaya putih dimana-mana. Sunggyu tak melihat siapapun, dia terjebak dalam dunia tanpa warna. Kosong, dan putih.
Sunggyu berjalan dan terus berjalan, entah kearah manapun dia berjalan yang dia lihat hanyalah kabut putih dan ruang tanpa batas. Sunggyu mulai lelah dan takut, memanggil woohyun pun percuma. Tak ada jawaban, sunggyu terduduk lemas tangan kanannya menggenggam tangan kirinya yang gemetaran.
"Woohyun-ah-," isaknya. Sunggyu menunduk dan tanpa sadar air mata turun dari kelopak mata kecilnya itu."-aku tak pernah merasa seperti ini. Aku, a-aku begitu takut, woohyun-ah keluarlah, aku takut." Sunggyu kini menangis sekencang-kencangnya, dia tak ingin terjebak dalam dunia ini selamanya, ia ingin pulang.

Terdengar suara celepak aneh dan sunggyu menoleh. Sunggyu menjerit kecil dan melompat bangun, berlari kearah suara itu berasal.
"KEMANA SAJA KAU BODOH!" teriak sunggyu, alih-alih bahagia melihat Woohyun. Sunggyu malah memukulnya dengan sisa kekuatan yang dimilikinya.
Woohyun terus terdiam, matanya memandang sayu Sunggyu. Aura kesedihan terpancar dengan jelas lewat mata biru gelap Woohyun, Sunggyu masih melanjutkan aksi pukul memukulnya sampai akhirnya dia lelah karena Woohyun tak kinjung membalasnya.
"Aku ingin pulang, aku benci tempat ini," Sunggyu menunduk, air matanya jatuh namun dia menangis tanpa suara kali ini. Woohyun mengepakan sayapnya, Sunggyu terkejut dan hendak protes. Namun kemudian, ada sesuatu yang lembut dan empuk mendorongnya ke arah Woohyun. Tanpa aba-aba Woohyun mencium Sunggyu, ciuman lembut yang selama ini ingin ia berikan. Mata Sunggyu terbelalak, tak percaya apa yang sedang dilakukannya saat ini, namun ia tak bisa menghindar. Sayap Woohyun menahan tubuhnya, Woohyun melumat bibir Sunggyu lembut, Sunggyu hanya terdiam tak berani membalas.
Woohyun melepas ciumannya, namun sayapnya masih menahan tubuh Sunggyu. Tangan kanannya membelai lembut pelipis Sunggyu, turun melewati pipi chubby Sunggyu, ke hidung mancungnya, dan berhenti di bibir cherry milik Sunggyu. Woohyun tersenyum melihat sunggyu yang sedari tadi masih membelalak-kan matanya. Bibir Woohyun mengecup pelan bibir Sunggyu. Melepaskan sayapnya, dan membantu Sunggyu mendapatkan ke seimbangannya lagi.
Sunggyu menggaruk-garuk lehernya yang tak gatal, matanya melihat kebawah enggan bertemu dengan mata woohyun. Jantungnya berdegup kencang, dia tak akan heran jika woohyun mendengarkan suara degupannya yang begitu kencang.
"Mianhae, tapi aku tak bisa menahannya," ujar woohyun pelan.
Sunggyu menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Maafkan aku, kau terseret kedalam sini. Ini dunia favoritku, aku menciptakannya. Saat aku sedih aku selalu datang kesini, karena dunia ini sangat kosong aku bisa melampiaskan semua kemarahanku tanpa takut melukai siapapun."
"Dunia apa memang ini?" tanya sunggyu. Matanya memandang sekeliling, dan merasa pusing karena semua yang dilihatnya hanya putih dan kosong. "Tak bisakah kita keluar dari sini, please?" tanyanya lagi.
"Kau tak menyukainya berada disini hyung?"
Sunggyu menggeleng, "Terlalu putih dan kosong, dan silau. Aku pusing melihatnya."
"Baiklah, kita akan pulang." Woohyun mengulurkan tangan kirinya dan menunggu sunggyu menggegamnya. "Pejamkan matamu, ini akan terasa sedikit pusing."
Sunggyu memejamkan matanya, dan dia merasakan lagi sensasi itu. Sensasi aneh yang pernah dia rasakan sebelumnya, dia merasakan lagi oksigen yang hampir habis namun tak seperti tadi kali ini sunggyu masih bisa menahannya. Kemudian dia merasa terjatuh ke sesuatu yang empuk, yang ternyata itu adalah ranjangnya.
"Woah, kita sudah di kamarku?" teriak sunggyu tak percaya. "Bagaimana dengan mobilnya? Yak! Kau harus mengambil anak kesayanganku!"
Woohyun terkekeh, "Aku tahu, aku akan segera kembali setelah mengambilnya."
Sunggyu mengangguk dan membiarkan woohyun pergi, dirinya masih sibuk menenangkan jantungnya yang masih berdebar-debar dari tadi dan menghilangkan sensasi aneh akibat perpindahan yang terjadi tadi.
Sunggyu membuka sebuah catatan kecil yang dulu sering ditulisnya, membuka halaman demi halaman dengan hati-hati. Sampai di akhir halaman yang ditulisnya, sunggyu terdiam. Membacanya berulang kali sampai bibirnya bergetar.

20 Desember 2001
Aku melihat woohyun menangis, aku tak tahu itu tentang apa tapi aku membencinya. Woohyun seperti adikku sendiri dan aku benci melihatnya menangis. Aku ingin mendekatinya tapi tiba-tiba woohyun mengeluarkan sayapnya dan mebungkus dirinya. Aku benci melihat woohyun yang seperti itu, dia terlihat seperti monster. Matanya sungguh menyeramkan, aku tak tau apa yang akan dikatakan orang tuaku jika melihat woohyun seperti ini.
Aku mendekati woohyun namun tiba-tiba dia menghilang meninggalkan cahaya putih yang menyilaukan, dan saat aku mencari hingga terjatuh woohyun tak ada. Aku berharap woohyun bisa pulang, dia selalu mengigau memanggil ibunya setiap malam. Apakah ayah dan ibuku tak bisa membawanya pulang?

Sunggyu mengingat lagi kejadian hari itu, selama ini dia selalu bertanya-tanya kemana woohyun menghilang. Ternyata dia pergi ke dunia yang menyedihkan itu, sunggyu menyesal selama ini selalu berfikir woohyun adalah monster yang menakutkan, padahal dia hanya seorang anak yang menyedihkan.

ANGEL WINGS (Born A New Angel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang