Bagian Satu

125 10 17
                                    

Tinggal di kota besar, umurnya baru 16 tahun namun sudah memiliki apartemen pribadi yang mewah, dan hidup serba ada.

Tubuhnya sangat terawat, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Terlebih, kedua orang tuanya yaitu Nyonya Ampere dan Tuan Kelvin yang berprofesi sebagai dokter gigi di salah satu rumah sakit terkenal menjadikan gigi gadis ini sangat rapi dan cantik karena pernah menggunakan behel.

Gadis berambut hitam dan panjang ini memiliki nama Kandela. Yap! dalam ilmu fisika, Kandela adalah satuan dari besaran intensitas cahaya. Itu adalah sebab ia diberi nama Kandela, karena diharapkan akan menjadi cahaya untuk alam ini.
Kandela sangat tidak suka mempercayai hal-hal yang tidak masuk akal. Ia hanya percaya jika suatu hal telah ada penelitian dan segala hitungan-hitungannya. Tetapi, berbeda dengan mamah dan papahnya, mereka sangat percaya dengan magic.

Kandela adalah anak tunggal, tidak memiliki saudara kandung satupun. Walaupun ia hidup serba ada, tapi sebenarnya dia kesepian. Karena kedua orang tuanya sangat sibuk. Ia memiliki banyak teman yang kaya-raya. Bermain bersama mereka adalah hal yang sudah biasa dan membosankan, karena tak jauh dari pusat perbelanjaan atau salon kecantikan.

Orang tuanya memang jarang sekali di apartemen, jadi ia tinggal bersama pembantunya sejak kecil. Namun, ketika Kandela berusia 15 tahun, pembantu yang bernama bi Natrium itu berhenti bekerja. Pembantu yang akrab dipanggil bi Tri itu jatuh sakit sehingga harus mengundurkan diri sebagai pembantu. Semenjak itu, Kandela tinggal sendirian jika tak ada orang tuanya.

Keluarga ini memiliki dua apartemen mewah. Yang satu untuk mereka sekeluarga dan yang satu lagi untuk Kandela sendiri.

Karena sudah sangat bosan di apatremen, Kandela pergi ke rumah sakit tempat orang tuanya bekerja. Lalu ia berjalan menuju ruang kerja mamahnya pada waktu istirahat,

"Tok! Tok! Tok!" ketuk Kandela pada pintu ruangan itu.

"Masuk!" jawab mamahnya dari dalam.

"Mamah...." seru Kandela.

"Yaampun Kandela, kamu ngapain kesini ? Kayak ga ada kerjaan aja kamu. Kamu mau minta uang yah ?" tanya mamahnya sambil mencari dompet.

"Ehh... Enggak enggak, Kandela bukan mau minta uang kok mah. Uang yang kemaren mamah kasih masih ada."

"Terus mau ngapain ?"

"Kandela kesini abisnya bosen mah di apartemen mulu. Lagipula Kandela juga emang ga ada kerjaan."

"Kalo bosen sana shopping aja atau perawatan ke salon."

"Ihh mamah, itu juga Kandela udah bosen mah. Kandela pengen di sini nemenin mamah kerja, sambil ngeliatin mamah kalo nanganin pasien itu gimana."

"Ngapain sih ? Ga usah."

"Please mah..." ucap Kandela memohon.

"Kamu tuh, udah gede juga. Masih aja kayak anak kecil. Yaudah lah, tapi jangan ganggu mamah."

"Ihh mamah baik deh, Kandela sayang mamah....." kata Kandela sambil memeluk mamahnya.

"Hmm ya ya.." jawab mamahnya datar.

Akhirnya Kandela diizinkan oleh mamahnya untuk menemaninya bekerja.

Mamahnya ada perlu dengan anggota rumah sakit yang lain seningga ia harus keluar dari ruangannya. Kandela pun diminta untuk menjaga ruangan tersebut.

Ketika mamahnya pergi, Kandela duduk di bangku mamahnya sambil memainkan ponselnya yang baru ia beli minggu lalu. Kandela iseng membuka laci yang terdapat di meja mamahnya, ketika membuka laci tersebut, Kandela melihat cahaya yang sangat terang dan sangat silau dari dalam laci, perlahan-lahan cahaya itupun mengecil sehingga Kandela bisa melihat apa yang sedang bercahaya itu.

Ternyata itu adalah dua buah tongkat yang panjangnya kira-kira 30cm. Yanh satu berwarna biru dan yang satu lagi berwarna ungu. Ketika melihat kedua warna itu, Kandela teringat bahwa warna biru adalah warna kesukaannya dan warna ungu adalah warna kesukaan mamahnya. Ketika Kandela mengangkat tongkat yang berwarma biru, ternyata terdapat sepucuk surat di bawahnya.

Surat itu berisi,
"Untuk : Ampere
Dari : Arcimedes

Berilah nama 'Kandela' untuk putrimu setelah ia lahir, dan berilah tongkat ini setelah ia berusia 17 tahun."

Kandela pun bingung, "Hah? Archimedes? Siapa dia? Apa dia nenek ku ?" kata Kandela bicara sendiri. Kandela berpikir bahwa mungkin itu neneknya, karena ia memang tidak pernah tahu siapa nama neneknya itu. Selama ini ia hanya memanggil neneknya dengan sebutan 'grandma.'

Terdengar oleh Kandela suara sepatu mamahnya, sepertinya ia menuju kembali ke ruangannya. Kandela pun bergegas memasukan tongkat bercahaya tadi agar mamahnya tidak tahu bahwa Kandela melakukan tindakan tidak sopan yaitu membuka laci mamahnya tanpa seizinnya. Lalu, Kandela kembali keposisinya yang tadi sambil memaikan ponsel miliknya.

Ia bingung, mau menyanyakan tentang tongkat tadi atau menunggu hari esok. Karena besok, umur Kandela sudah tepat 17 tahun.

Mamah Kandela, yaitu nyonya Ampere, sudah tahu bahwa barusan putrinya membuka laci tanpa meminta izin terlebih dahulu. Karena nyonya Ampere dapat merasakan siapa yang barusan membuka laci dan melihat tongkatnya.

Setelah selesai bekerja, Kandela dan mamahnya menemui papahnya untuk pulang ke apartemen bersama-sama. Mereka pulang menggunakan mobil mewah mereka.

The Braces FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang