Chapter 1

14 2 0
                                    


Pukul 5 sore. 

Tidak kurang dan tidak lebih.

Tepat pada pukul 5 sore, telepon genggam Franzy sang ketua 'Lima Sekawan' pasti berdering.

Dan hari ini pun sama, pukul 5 sore disaat 'Lima Sekawan' sedang berkumpul di ruangan mereka, Franzy sang ketua mengangkat telepon genggamnya yang sedang berdering itu.

Ia tidak berkata apa-apa, hanya sebuah luapan emosi yang keluar setelah ia menutup teleponnya.

"Huh! Menyebalkan sekali orang itu!" ucap Franzy seusai menutup telepon genggamnya. 

"Tenang dong Franzy, kita tahu kok kamu kesal, tapi ya coba kontrol emosi kamu" sahut Elli mencoba menenangkan ketua nya itu yang sedang emosi.

"iya Zy, kita harus tetep berpikir dingin dalam menyusun strategi kita untuk mencari tahu tentang ancaman telepon itu" Karen yang ada di ruangan itu juga ikut menenangkan Franzy.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita susun strategi sekarang, aku sudah muak sekali dengan orang ini" ucap Franzy dengan nada kesalnya.

-----o0o-----

Semua dimulai pada hari itu, hari Senin,tanggal 20 Oktober 2015,hari dimana tepat pada pukul 5 sore, telepon genggam Franzy pasti berdering.

Kring... Kring...

Telepon genggam milik Franzy berdering.

"Hallo?" Franzy mengangkat teleponnya itu.

"Kalian tidak akan pernah berhasil menyelesaikan misteri yang ada, selama aku masih mengawasi kalian, maka semua rencana kalian tidak akan berhasil, Ingat, kau masih punya urusan denganku, urusan kita belum selesai" 

Tut... Tut... Tut...

"Apa maksud dia mengakatan itu? dan siapa dia?" gumam Franzy dalam hati.

-----o0o-----

Di suatu ruangan

"Hei 'Lima Sekawan' ! Kita dipanggil kepala sekolah untuk bertemu dengan pihak kepolisian" sahut Franzy pada anggotanya saat masuk ke dalam ruangan yang bisa disebut sebagai markasnya 'Lima Sekawan'.

Ya,beginilah mereka yang hidup sebagai kelompok yang suka menyelesaikan kasus-kasus yang seharusnya tidak diselesaikan oleh anak remaja seperti mereka.

Akhir-akhir ini pihak kepolisian meminta mereka untuk ikut menyelesaikan kasus yang mungkin tidak bisa diselesaikan oleh pihak kepolisian.

Kurang masuk akal memang, kelompok remaja menangani kasus-kasus yang seharusnya ditangani oleh negara.

Tapi disitu lah mereka merasa senang jika mereka disuruh untuk menangani sebuah kasus, apalagi jika kasus itu terkait dengan pembunuhan, cyber crime, dan sebagainya.

-----o0o-----

"Vio, coba kamu cari tahu dengan detail kasus pembunuhan tersebut! Karen, coba kamu observasi wilayah tempat kejadian! Elli,coba kamu analisis motif pembunuhannya!" perintah Franzy kepada anggota-anggotanya. 

Kali ini, mereka mendapat kasus pembunuhan yang terjadi di kawasan jalan karawang, Bandung. Bisa terbilang gila memang, kelompok remaja mengurus kasus pembunuhan yang bisa saja membahayakan nyawa mereka.

Tapi apa boleh buat, itulah yang sebenarnya mereka inginkan, menangani kasus-kasus sadis yang penuh misteri. Walaupun begitu, untunglah 'Lima Sekawan' bukan lah terisi dengan orang-orang berhati jahat atau bisa dibilang psikopat. Akan menjadi kacau bila salah satu dari mereka mempunyai jiwa psikopat.

"Dapat!" teriak Vio yang terlihat sudah menemukan sesuatu dari hasil ulikannya.

"Apa yang kau dapat?" tanya Franzy sambil berjalan ke arah Vio.

"Pembunuhnya adalah seorang perempuan, jika dilihat dari CCTV, dia sekitar 30 tahun-an, rambutnya selalu digerai dan tidak pernah diikat, dan dia selalu berpakaian rapi. Tapi dia tidak begitu rapih ya dalam membunuh remaja ini, sampai terlihat gerak-geriknya di kamera CCTV, sepertinya dia bukan psikopat yang punya motif tertentu dalam membunuh korbannya. Korbannya adalah remaja berumur sekitar 17-19 tahun, tidak ditemukan memar atau luka pada korban, yang ada hanyalah bekas tusukan yang ada di perutnya, kemungkinan terjadi pembunuhan pada sabtu malam pukul 10 sampai 12 malam" jawab Vio sembari terus mencari informasi tentang kasus itu.

"Perempuan 30 tahun? membunuh remaja 17-19 tahun? Elli,bagaimana analisismu tentang kasus ini?" tanya Franzy kepada Elli. 

"Kalau secara detail sih aku belum bisa menyimpulkan, tapi kupikir remaja itu memang pergi bersama pembunuh itu tanpa ada sebuah paksaan, karena tidak ada luka pukulan memar ataupun yang lain kecuali luka tusukan di perut korban. Bisa juga pembunuh dan korban saling mengenal, maka korban hanya mengikuti si pembunuh karena sudah mengenalnya, dan kata Vio tadi, pembunuhnya bukan orang psikopat yang punya motif tertentu, dan memang biasanya jika dia psikopat, maka dia akan bermain lebih rapi, tanpa tertangkap kamera CCTV" jelas Elli.

"Karen?" tanya Franzy yang melihat Karen sedang fokus mencari info tentang lokasi kejadiannya.

"Lokasi kejadiannya di sekitar jalan Karawang, Bandung, jika aku lihat di peta, di daerah itu hanya ada beberapa ruko dan sebuah taman besar yang orang-orang sering kesana jika malam minggu. Tapi anehnya, hari dimana pembunuhan terjadi, tidak banyak orang yang pergi ke taman itu." jelas Karen masih terus mencari informasi yang ada tentang kejadian di sekitar jalan Karawang,Bandung itu.

Ting... Tong... Ting... Tong...

Bel gedung berbunyi,menandakan gerbang akan ditutup dan seluruh orang yang berada di dalamnya harus segera meninggalkan gedung tersebut.

"Baiklah, pencarian kita selesaikan sampai di sini dulu, pulang dan istirahatlah kalian. Dan ingat, jangan sampai ada orang lain yang tahu tentang pencarian kita ini." ucap Franzy untuk mengakhiri kegiatan mereka.

"Siap!" jawab para anggota.

"Oh iya, dan satu lagi, besok akan ada anak yang akan bergabung dengan 'Lima Sekawan' namanya Petra Davies. Dia termasuk anak bukan asli Indonesia, sama sepertiku. Ajari dia cara kita bergerak dalam menjalankan suatu kasus atau misi." ucap Franzy memberi tahu.

"Tentang semuanya?" Tanya Karen dengan nada tidak yakin.

"Ya, semuanya, pastikan juga dia tahu kita sedang berusaha menyelesaikan sebuah kasus." jawab Franzy meyakinkan.

"Tapi dia itu anak baru, kita belum tahu kemampuannya apa dan bagaimana cara dia bergerak atau mengerjakan sesuatu" kata Karen dengan nada agak tidak menerima anak baru itu langsung bergabung dalam kegiatan investigasi mereka.

"Aku juga sebenarnya tidak ingin langsung mengikut sertakan dia, tetapi itu adalah permintaan dari kepala sekolah dari tanggal 20 Oktober lalu, dan sekarang sudah tanggal 19 November, kepala sekolah ingin aku langsung mengikut sertakan dia dalam kegiatan investigasi kita, dan aku juga sudah tidak mungkin menolaknya" ucap Franzy yang mulai mengeluarkan emosinya.

"Sudahlah, tidak perlu berdebat, kita bisa bicarakan itu nanti lagi, sekarang bukan saatnya berdebat tentang hal itu, gerbangnya sudah mau ditutup, ayo kita pulang" ucap Elli untuk melerai sekaligus menenangkan keduanya. 

"Yasudah, kita bicarakan nanti lagi saja, aku juga sudah lumayan lelah" ucap Franzy yang langsung berjalan keluar ruangan.

"Baiklah, ayo!" ajak Karen kepada Elli dan Vio sambil berjalan keluar mengikuti Franzy.


-To Be Continued-

Zwanziger SH

-----o0o0o-----

hai hai hai~~

maafkan ya pembuat cerita ini mengupload ceritanya begitu lama

semoga saja kedepannya bisa konsisten menguploadnya...

please keep on reading, and don't forget to vote and comment

just wait for another part, and see you later~~




What's Inside?Where stories live. Discover now