Yoga-
"Mae!" ucap seorang pria yang mengenakan moge serta jaket kulit memanggil nama Maesha. "Sini bentar." lanjutnya.
Maesha menghampiri pria itu di ujung jalan dekat sekolahnya, "Ada apa kak?" Maesha sepertinya heran, ia tak mengenal sosok pria itu sebelumnya. "Kakak siapa?" sambung Maesha.
"Gua kakaknya Sheila, gua kenal lu dari Sheila, adek gua nitip surat tolong anterin ke dalam surat dari adek gua, dia deman. Gak bisa sekolah, kepalanya masih puyeng." jelasnya sembari memberikan surat keterangan sakit.
Maesha mengambil surat itu dan mulai membaca kepala surat, tertanda nama Sheila Andari, "Oke kak, aku sampain nanti. Ada yang bisa dibantu lainnya, kak?" tanya Maesha kepada pria itu.
"Uda gak ada lagi, makasih sebelumnya ya. Gua mau cabut dulu."
Maesha melanjutkan jalannya menuju gerbang sekolah. Dengan langkah indah yang ikut teriringi lantunan lagu gaje yang setiap ke sekolah dinyanyikannya itu.
"Hai semuanya! Selamat pagi." ucap Maesha terhadap teman - temannya yang sedang sibuk membahas acara ulang tahun seorang cewe, teman sekelasnya juga.
"Hai kembali, Mae! Lu mau ikut party Rina, gak?" timbul cewe yang menggunakan rok mini berwarna abu mendekati posisi Maesha.
"Party-nya dimana, Ndah? Kita pete-pete berapa ni?"
"Di taman widia, Mae." ungkap cewe yang bernama Indah itu. "Eh kalo pete-pete 35ribu cukup gak ya?" sambungnya.
"Cukup kali deh ya, ayo pada bubar sekarang. Rina uda dekat tu, mau masuk kelas." seorang cewe seperti membubarkan gerombolan temannya itu.
Seketika para cewe - cewe itu lenyap, ada yang kembali duduk di bangkunya, kekantin dan bahkan ada lanjut mojok bareng pacarnya.
• . •
Sepulang sekolah Maesha menggunakan angkutan umum, ia harus menunggu lama di halte dan jikalau mau cepat sampai ke rumah, Maesha harus pergi ke terminal yang jaraknya dari halte sekolah cukup jauh.
"Mae! Nunggu apa?" tiba - tiba ada sosok Rina dengan motor matic-nya.
"Ya nunggu angkot, Rin. Uda biasa juga kan."
"Tapi ini uda sore banget, lu sama gua aja deh." Rina turun dari motornya dan moncoba mendekati Maesha.
"Gimana ya, Rin?" Maesha berpikir sambil menggerakkan bibirnya. "Oke deh, ayo! Daripada gue gak pulang juga." sambungnya.
"Nah gitu dong, nih lu yang bawa!" Rina memberikan Maesha kunci motornya.
"Yaelah ni anak..."
• . •
Pintu gerbang rumah Maesha terbuka lebar ketika Maesha dan Rina hendak masuk ke halaman utama rumah megah itu. Maesha memang seorang anak dari pengusaha terkenal di kota itu. Tanpa berjemur lama diluar,Maesha menawarkan Rina untuk masuk sebentar ke dalam rumahnya.
"Rin, masuk dulu yuk! Panas di luar." ajak Maesha.
Rina masi belum mendengar apa yang dibicarakan oleh Maesha. Mungkin itu karena Rina menggunakan helmnya.
"Hello Rin!" Maesha melambaikan tangannya tepat di depan muka Rina. "Kenapa sih, lu?" lanjutnya.
"Eh...eh... Ngomong apa tadi? Gua gak apa-apa." Rina kaget. "Uda ya gua pulang, dah Mae!" sambungnya sembari memilas gas motornya itu.
Maesha sedikit bergeleng melihat tingkah Rina. Dan Maesha pun mulai masuk ke rumah dengan langkah kaki yang beraturan. Ia duduk di sofa merah yang berada tepat di depan akuarium rumah itu, akuarium itu cukup besar, dan banyak sekali jenis ikan di dalamnya. Maesha kemudian melepas sepasang sepatu cantiknya dari kedua kakinya. Selang beberapa menit, Bi Inah membawakan Choco Milk serta cemilan yang rutin diberikan setiap Maesha pulang ke rumah.