(1.1) Unusual

316 29 2
                                    

"Karena melakukan hal yang bisa bukanlah takdirku"

Yocelyn membuka kedua matanya saat mendengar suara percikan air yang mengganggu keheningan malamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yocelyn membuka kedua matanya saat mendengar suara percikan air yang mengganggu keheningan malamnya. Aktivitas tidurnya sambil memperhatikan dan menikmati cahaya rembulan yang berbentuk setengah lingkaran terusik oleh gumaman kecil bersamaan dengan suara cipratan air. Menarik napas, Yocelyn duduk di atas batu lalu berjalan sedikit demi melihat sesuatu yang berada di air terjun.

"Ah, siapa dia?" ucap Yocelyn dalam hati. Seorang laki-laki bertelanjang dada tengah berendam di bawah air terjun. Yocelyn dapat melihat bagaimana bggusnya tubuh laki-laki itu meski dari jauh.

Dengan muka merah Yocelyn mundur perlahan ke belakang. Ia tahu bahwa tidak seharusnya mengintip seorang laki-laki yang berendam di dalam air, terlebih di umurnya yang masih sangat muda, enam belas tahun. Masih dengan muka yang panas, Yocelyn menyembunyikan diri.

"Siapa di sana?"

Yocelyn menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. Ia bahkan tanpa sengaja menahan napas. Ia tidak ingin tertangkap untuk kesekian kalinya di Akademi Sihir Havruta. Telah cukup banyak masalah yang ia buat dan hukuman yang ia dapat selama tiga bulan berada di sana. Ia benar-benar tidak ingin menambah tulisan di buku catatan perilakunya.

Suasana kembali hening setelah dua kata terlontar dari mulut laki-laki yang tanpa sengaja diintip Yocelyn. Karena hal itu, ia menurunkan tangannya dan menggerakkan kepala demi melihat situasi di sekitarnya, Ia berencana untuk segera kabur sebelum tertangkap.

Yocelyn tidak menemukan lagi laki-laki yang berendam di bawah air terjun. Kedua sudut bibirnya terangkat. Senyum kecil terbit di wajahnya. Ia hendak berbalik kembali ke kamar. Namun detik berikutnya wajahnya menghantam sesuatu yang keras. Dari jarak yang sangat dekat, Yocelyn tahu bahwa wajahnya baru saja membentur dada seseorang yang basah.

Yocelyn menelan ludah. Perlahan ia mengangkat wajah. Sesaat ia merasa waktu berhenti. Wajah tegas dengan manik emerald dan rambut hitam membuisnya, membuainya dengan melantunkan nyanyian rindu yang terpendam di dasar hatinya. Mulai detik itu juga, ia tak akan melupakan wajah itu.

"Apa yang kau lakukan di sini, huh? Bukankah seorang pelajar Havruta dilarang keluar dari akademi tanpa izin di malam hari?" Laki-laki berambut hitam itu memegang lengan atas Yocelyn.

Yocelyn masih membeku. Ia masih tenggelam dalam perasaan yang menguasai seluruh persendiannya.

"Hei?" teriak laki-laki itu.

Yocelyn tersentak. Ia mencubit sebelah pipinya, mencoba mengembalikan semua kesadarannya. "Apa yang kakak lakukan?" tanyanya sambil memandang ke arah lain.

Laki-laki itu mengerutkan dahinya. "Apa? Aku sedang bertanya padamu, apa yang kau lakukan di sini, huh?" Suara laki-laki itu terdengar sedikit lebih tinggi.

Akhirnya Yocelyn sadar sepenuhnya. Ia menarik lengan untuk lepas dari cengkraman laki-laki itu. Namun usahanya sia-sia karena laki-laki itu menahan lebih kuat agar dia tidak melarikan diri.

"Kau harus dihukum!" Laki-laki bermanik emerald itu mengambil sebilah pedang di udara dan melakukan sihir perpindahan. Yocelyn ingin menghindar. Namun ketika akan mengeluarkan tongkatnya, tubuhnya sudah lebih dahulu terseret oleh sihir laki-laki itu.

© © ©

Yocelyn semakin menunduk tatkala berdiri di hadapan seorang guru yang selalu mencatat apapun ulahnya di akademi itu. Dengan menggigit bibir bawahnya ia berdoa agar kali ini tidak dijatuhi hukuman dipulangkan kembali. Ia terlihat sangat pasrah ketika laki-laki yang menangkapnya itu memegang ujung belakang bajunya.

"Apa ini, Michael?" sapa Andrew sambil menatap Michael dan Yocelyn bergantian.

"Michael?" Yocelyn mendongak. "Guru bilang Michael?" tanyanya lagi untuk memastikan pendengarannya. Ia beberapa kali mengerjab, terlihat sangat tidak percaya dengan pendengarannya.

"Kenapa? Apa ada masalah?" tanya laki-laki yang dipanggil Michael itu.

Yocelyn menoleh ke sampilng. Ia memicingkan mata demi melihat wajah Michael. Kemudian kedua tangannya menarik tangan Michael, melepaskan dirinya. "Jadi kau adalah Michael? Maksudku Michael Lerman?" Wajah Yocelyn berseri-seri. Semua rasa takut dan gentarnya hilang dengan sekejab.

Michael mundur selangkah. Yocelyn bertanya begitu dekat dengannya. "Ya, itu memang namaku," ucapnya sambil mengerutkan dahi.

Andrew menghela napas. Ia berjalan beberapa langkah, menepuk pundak Michael, dan berkata, "Sudah! Sudah! Acara perkenalan atau apapun itu sebaiknya dilanjutkan esok pagi. Malam sudah terlalu larut sebaiknya kalian kembali ke kamar masing-masing. Terutama kau Yocelyn."

Yocelyn mengangguk cepat. Karena sepertinya Andrew tidak akan menghukumnya karena pelanggaran malam ini. Tanpa membuang waktu, ia segera berlari ke luar ruangan. Namun begitu sampai di pintu Andrew bersorak.

"Aku akan menambahkan pelanggaranku malam ini, Yocelyn!"

Langkah kaki Yocelyn berhenti secara tiba-tiba. Ia berbalik lalu memasang wajah memelas. "Tapi Guru," ucapnya.

"Kembalilah!" perintah Andrew yang diterima oleh Yocelyn dengan hembusan napas yang berat.

"Kenapa Paman melepaskannya begitu saja?" tanya Michael.

"Aku tidak melepaskannya Michael, hanya ...." Andrew tersenyum, tidak melanjutkan ucapannya. "Ah ya, selama kembali Michael! Dan selamat atas keberhasilanmu!"

© © ©

Yocelyn memutar-mutar ujung rambutnya yang berwarna perak. Rambutnya yang lurus dan panjang hingga menyentuh pinggang itu diikat tinggi dengan sebuah pita biru yang senada dengan pakaiannya. Kedua matanya berbinar-binar menatap ke depan. Sosok laki-laki yang mencuri perhatiannya semalam kini berdiri di depan, di atas panggung bersama guru-guru lainnya.

Michael Lerman, adalah bintang yang mencuri perhatian banyak perempuan di Akademi Havruta. Meskipun jumlah murid perempuan tidak terlalu banyak, semua memuja Michael, termasuk Yocelyn sendiri. Dirinya adalah satu-satunya perempuan di angkatan pertama Akademi Havruta. Ilmu sihir memang sulit untuk dikuasai oleh kaum perempuan, karena pasalnya keahlian seperti digunakan dalam pertempuran yang didominasi oleh laki-laki.

Kini Michael tengah menerima perhargaan atas keberhasilannyamengusai ilmu sihir tingkat atas. Michael sekarang bukanlah murid AkademiHavruta, ia sudah setingkat seorang guru dengan kemampuan sihirnya itu. Takmengherankan, karena Michael adalah satu-satunya pewaris Akademi Havruta dimana Akademi tersebut didirkan oleh Keluarga Lerman.

Secret Love PoetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang