Chorízo

362 19 2
                                    

Original story by
Mongbunny





Dentangan lonceng gereja  nyaris memekakan telinga siapa saja yang mendengarnya. Suara itu pula menandakan, akan ada peristiwa sakral yang terjadi beberapa menit ke depan. Merdu memang, membuat siapa pun yang mendengarnya akan tersenyum. Tapi tidak untuk pemuda ini—pemuda yang sedari tadi hanya menatap nanar pintu gereja nan megah di depannya. Demi Tuhan, dia tidak ingin melangkah ke dalam, itu sama halnya bunuh diri.

“Menyebalkan,” gumamnya disertai senyuman sinis.

Sudah dua jam lamanya ia berdiri tapat di bawah Pohon Oak. Sesungguhnya, tubuhnya itu nyaris beku, karena angin bertiup cukup kencang hari ini. Namun, bukan masalah baginya, yang terpenting adalah bagaimana caranya dia bisa masuk ke dalam tanpa harus menahan sakit di hatinya, mengendalikan gemuruh di dadanya, atau mungkin mengontrol air matanya agar tidak turun sesukanya.

Lima belas menit dari sekarang, ia akan menjadi saksi atas peristiwa sakral yang terjadi di depan altar. Pemandangan yang mungkin akan membuatnya hancur bagaikan diterjang ombak yang begitu dahsyat.

“Jungkookie, kenapa masih di situ? Ayo, kemarilah! Acara pemberkatan akan dimulai sebentar lagi.”

Pria tampan dengan rambut kelabu, lengkap dengan setelan jas putih yang membalut indah tubuh gagahnya, seketika menghempaskan pikiran kacau Jungkook dengan suara beratnya. Pemuda berwajah manis menatap kosong si pria kelabu yang hanya berjarak lima meter dari posisinya saat ini.

Dengan gugup ia mengangguk, berjalan mendekati pria tersebut.

“Kau harus kuat,” tangan pria itu menepuk kepalanya lembut, sedang berusaha menyemangati—meski Jungkook pikir, hal itu tidak ada gunanya sama sekali, hatinya sudah hancur. Jungkook ingin mati rasanya. Namun yang dilakukannya hanya membalas pria itu dengan senyuman tipis serta helaan napas lelah.

Setelah cukup lama berdiri tepat di depan pintu gereja, akhirnya Jungkook dan pria kelabu masuk ke dalam, memposisikan diri mereka di barisan kedua dari depan.

‘Aku bersumpah akan membunuhmu, jika kau mengatakan janji suci itu, Hyung’

Jungkook mengutuk di dalam hatinya, matanya fokus mengarah ke pria rupawan yang berdiri di depan altar menunggu pengantinnya datang.

Pria di depan sana—yang berdiri dengan gagah, pria yang selama 3 tahun bersamanya, pria yang sempat mengisi hari-harinya dengan suka dan duka— hari ini akan mengikat janji dengan sosok lain, seorang pemuda yang belum seminggu ia kenal.

Brengsek!

Jungkook ingin sekali memukul pria itu sampai kehabisan napas. Sampai mati. Benci, marah, apa pun bentuk kemurkaan, ingin rasanya ia lampiaskan pada pria bersurai kelam di sana. Tapi tidak bisa. Tidak akan pernah bisa.

'Karena aku mencintai sampai ubun-ubunku rasanya mau pecah'

Pria itu membalas lemah tatapan membunuh Jungkook, ia bahkan ingin mengisyaratkan ‘ini bukan kehendaknya’.

Bajingan!

Sungguh Jungkook tak ingin melihat wajah itu saat ini.

Kenapa? Kenapa harus menerima semuanya begitu saja? Tidak bisakah sekali saja mantan kekasihnya itu menolak? Haruskah dia mengorbankan perasaannya demi hal yang tidak ia inginkan sama sekali?

‘Coba saja kalau kau berani mengatakan sumpah di hadapan Tuhan. Aku berani bertaruh, nyawamu akan terancam olehku,’

Jungkook membatin dengan aura membunuh. Bagaimana tidak? Jungkook sudah beribu kali sabar menghadapi semua rintangan yang menghalangi hubungan mereka selama ini.

Ευτυχία [tk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang