Malam ini indah sekali. Bintang-bintang bertebaran dilangit malam, mengeluarkan cahayanya yang sangat indah. Dan hal ini lah yang paling disukai oleh gadis manis berusia 16 tahun, Annisa Aloysa Putri atau Cha-cha.
Gadis manis itu kini duduk dibalkon kamarnya, menatap bintang dan mulai bercerita.
“Bintang, apa kabarnya? Kayanya kamu makin baik ya? Buktinya kamu makin terang tuh sinarnya. Seneng deh liatnya” kata cha-cha sambil tersenyum.
“Bintang, besok aku udah mulai masuk sekolah. Liburannya bentar banget yaa rasanya. Eh tp aku udh jadi anak kelas XI loh! Hehe”
“Oh ya bintang, hari ini udah ketemu bunda belum disurga? Tambah cantikkan bunda aku? Iyalah, aku aja cantik gini kok, hahha. Bintang, aku kangen bunda. Salamin kangen aku ke Bunda ya tang. Aku jadi inget gimana saat bunda pergi dan pertama kali kenal kamu” raut wajah cha-cha berubah sedih.
Cha-cha kembali mengingat kejadian 9 tahun silam saat bundanya pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Saat itu cha-cha berumur 7 tahun, gadis kecil yang tak mengerti apa yang terjadi. Dia hanya tau saat ini bundanya tertidur dengan nyenyak, dan disekitar bundanya banyak sekali yang menangis. Dia tidak tau harus berbuat apa selain ikut menangis.
“Bunda..huhuhu.. bunda kok bobo aja? Bunda bangun dong! Cha-cha janji ga bakal nakal lagi. Tapi sekarang cha-cha laper, suapin cha-cha dong bun” cha-cha kecil mengguncang-guncang tubuh bundanya yang terbujur kaku.
Cha-cha menghampiri ayahnya yang duduk disebelah jasad istrinya sambil menangis. “Ayah, bunda kok bobo aja sih? Bangunin bunda dong yah! Aku kan laper” kata cha-cha sambil mengelap air mata yg membasahi pipinya.
Cha-cha kecil yang benar-benar polos dan tak mengerti apa-apa ini terus merengek kepada ayahnya. “Cha-cha, sekarang bunda udah disurga. Bunda ga bisa nyiapin makanan buat kamu lagi. Sekarang yang nyiapin makanannnya bi surti aja ya sayang” kata ayah dengan lembut sambil membelai rambut cha-cha.
“Hah? Surga? Surga itu dimana yah?” kata cha-cha sambil melongo tak mengerti.
“Surga itu jauh dan kita ga bisa kesana”
“Huaaaa.. cha-cha mau bunda. Pokoknya mau bunda! Huhuhuhu” tangis cha-cha pecah dan semakin kencang.
“Sayang, tenang aja. Kalo kamu kangen bunda, kamu tinggal liat bintang dilangit. Nah nanti kamu bisa kirim salam buat bunda, jangan sedih lagi ya my princess” ayah memelukku dan menenangkanku.
“cha-cha, ayo makan dulu. Udah ditunggu ayah ni!” terdengar suara mama dari ruang makan. Suara teriakan mama membuyarkan lamunanku.
“Iya ma, sebentar lagi Cha-cha turun kebawah”
Hey kalian pasti bingung kan?. Itu mama ku. Ingat! Mama bukan bunda. Dia sudah hampir 4 tahun menikah dengan ayah. Jangan berfikir kalo dia adalah ibu tiri yg jahat ya. Dia sangat baik, menyayangiku sama seperti menyayangi putranya. Riovaldo Pradika. Dulu aku ingin sekali punya kaka, dan akhirnya terwujud. Beda usia kami terpaut 3 tahun. Dia sangat sayang padaku, teman-temanku selalu iri padaku karna aku punya kaka seperti aldo (aku biasa memanggilnya seperti itu), terutama karna kaka ku ini ganteng
“Eh bocil! Lama banget sih ditungguin dibawah” suara aldo tiba-tiba saja ada dibelakangku yang membuatku kaget
“Ih kaka! Ngagetin aja ih! Masuk kamar orang tuh ketok pintu dulu kek, assalamualaikum kek. Kalo gue jantungan gimana? Mau tanggung jawab?” omel cha-cha terhadap kknya itu
“Iya, lo yang tanggung gue yang jawab. Udah bawel, ayo cepetan! Laper ni” aldo menarikku, “sepertinya dia memang benar-benar lapar hahaha bodo amat deh gue” batinku
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moon Light
Teen Fictioncinta bisa datang dimana saja dan kapan saja. itu lah yang dialami cha-cha. gadis manis 16 tahun yang jatuh cinta pada musuhnya disekolah. senior tampan dan rupawan yang membuatnya kesal setengah mati tetapi disukainya. bagaimana kelanjutan kisah ch...