Matahari mulai menampakkan sinarnya. Aku terbangun dari tikar pandan yang terlalu sering menjadi santapan tikus-tikus kelaparan. "Ralin, bangun nak.." sosok ibu yang sederhana, dan rela melakukan semua hal demi putri semata wayangnya ini. "Iya ibu.." (aku menyahut). Lalu aku mulai terbangun untuk meregakan badan dan menggulung tikar pandan kesayanganku. Aku berdiri dan sedikit berlari untuk menghampiri ibu. "Mandi dulu nak, ibu berangkat dulu ...". "Baik ibu..". Lalu aku bergegas untuk membasuh wajahku yang penuh akan debu-debu jalanan. Aku menghampiri ayah, sosok kepala keluarga yang sudah lima tahun terkapar diatas ranjang yang hampir roboh. Lima tahun lalu ayahku seorang pemulung seperti aku dan ibuku. Hingga suatu hari sebuah mobil menabrak ayah hingga ia tak sadarkan diri selama seminggu. Namun, apadaya aku dan ibuku tak memiliki uang sepeserpun lalu aku dan ibuku memutuskan untuk membawa pulang ayah untuk dirawat dirumah. Saat pertama kali ayah membuka mata aku merasa bahagia, namun aku pun merasa sedih karena penyakit stroke yang menyerang tubuh ayah hingga tak dapat bergerak sama sekali. Lalu aku mencium tangan dan kening ayah. Kemudian aku berjalan membawa karung dan tongkat besi yang biasa aku pakai untuk memulung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dream
General FictionNamaku Ralin, aku berusia 15 tahun. Ibu dan ayahku adalah seorang pemulung. Hingga suatu hari mereka meninggalkan aku sendirian, aku tertidur dalam kesedihan. Aku melihat sesuatu yang indah. Semuanya terasa begitu nyata. Inikah kehidupanku yang sebe...